Tutut pernah terpilih sebagai Presiden Federal Internasional Donor Darah se-Dunia pada tahun 1988-1990 (Tempo, 9/7/1988). Organisasi ini bertujuan menunjang pengadaan donor darah.
Ketika mendengar berita duka tersebut, Tutut bergegas balik ke Indonesia, dengan pesawat Singapore Airlines, menuju Singapore dulu, di mana sedang dijemput oleh suaminya, Indra Rukmana. Dari Singapore, bersama sang suami, menuju Solo-Jawa Tengah.
Pak Harto Menuturkan
Dalam perjalanan ke makam, Mbak Tutut berada satu mobil dengan ayahnya, Pak Harto. Menurut Tutut, Soeharto menuturkan, pada pukul 03.00 dini hari, Ibu Tien mengalami sesak nafas, sesudah Salat Tahajud.
Dari sini, kata-kata "Salat Tahajud" ini, saya akhirnya paham, bahwa cerita miring bahwa Ibu Tien dan Pak Harto suka hal-hal mistik Kejawen yang banyak beredar di masyarakat itu tidak benar. Ibu Tien dan Pak Harto diduga menyukai hal-hal seperti ini. Ditambah lagi kharisma Soeharto memudar kemudian lenyap sesudah 'berpulangnya' Ibu Tien untuk selamanya.
Tutut melanjutkan, Ibu Tien tidak mengalami sakit lainnya, kecuali sesak nafas ini. Dalam perjalanan ke rumah sakit, Ibu Tien sudah tidak sadar. Dia mengalami serangan jantung dan meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.
"Demi Allah, apa yang bapak ceritakan, itu yang terjadi. Tadinya saya akan diamkan saja. Tapi rasanya berita itu semakan diulang-ulang ceritanya oleh orang yang tidak bertanggungjawab," tulis Tutut.
Lesson Learnt
Hikmah yang bisa petik dari pembelajaran kisah ini adalah, sebaiknya kita tidak cepat termakan oleh isu atau rumor yang ada di media atau masyarakat, sebelum mengetahui kebenarannya. Oleh sebab itu penting sekali yang namanya chek and recheck.
Penyebaran berita tidak benar seperti yang dialami oleh keluarga Pak Harto, merupakan contoh yang sangat merugikan mereka.Â
Betapapun rumor tersebut misalnya benar, tidak elok sekiranya kita menambah beban deritanya dengan menyebarkan aib orang lain. Terlebih yang sudah meninggal dunia.