Berbeda dengan Tutut yang ketika diangkat menjadi Menteri Sosial menimbulkan kontroversi, tidak demikian dengan Puan Maharani. Walaupun memang Megawati sudah tidak menjadi presiden. Tetapi pengaruh Mega sebagai Ketua Umum PDIP dan peran Pak Jokowi menjadi Presiden sangat kental terhadap karir Puan dua periode Pemilu terakhir khususnya.
Puan, meskipun sebagai cucu Presiden Soekarno, dia sebenarnya menjalani hidup normal sebagaimana rakyat biasa. Puan mulai mengenal dunia politik sejak duduk di bangku SMP, ketika diajak keliling oleh ibunya, Megawati ke beberapa daerah. Demikian pula saat sekolah di SMA hingga lahirnya PDIP lahir pada tahun 1999. Perlahan namun intens, Puan mulai akrab dengan dunia politik.
Puan giat terjun di dunia politik pada tahun 2006, ketika bergabung dengan DPP KNPI Bidang Luar Negeri. Dari situ kemudian Puan ikut mencoba masuk sebagai Anggota Legislatif perwakilan Jawa Tengah V, di mana dia memenangkan suara sebanyak 242.504.Â
Karir Puan melonjak, saat dipercaya oleh Jokowi sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan di Kabinet Jokowi tahun 2014-2019. Sesudah itu, Puan lah wanita pertama di kursi kepemimpinan DPR RI (Wikipedia).
Di sini barangkali perjuangan yang membedakan antara Puan dan Tutut. Tutut lebih banyak terjun dalam kegiatan sosial masyarakat dan kepemudaan sebelum terjun ke dunia politik, sedangkan Puan, langsung ke politik. Pengalaman lain yang Puan miliki adalah pernah magang di dunia jurnalistik pada Majalah Forum Keadilan. Â
Perlakuan Orangtua
Kedua-duanya, baik Soeharto maupun Megawati, tergolong gigih dalam berjuang. Masa dan perspektifnya yang berbeda. Soeharto lebih ke penekanan sosial ke masyarakatan dalam mendidik Tutut. Sedangkan Megawati langsung ke politik praktis. Mereka berdua menjadi inspirasi bagi anak-anaknya.
Puan menempuh pendidikan FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi.Â
Sedangkan Tutut di Universitas Trisakti. Tutut lebih banyak menghadapi tantangan selama perjalanan karirnya, termasuk kasus misalnya TV TPI. Perjalanan karirnya dalam mendirikan partai politik yang tidak mulus di Partai Peduli Bangsa yang mandeg (2002-2014). Â
Demikian juga ketika bersama saudara laki-lakinya Hutomo Mandala Putra, di Partai Berkarya yang pada Pemilu 2019 lalu tidak mendapatkan kursi.
Setuju atau tidak, pada masa lalu, saat Soeharto berkuasa, memang peran bapaknya ikut berpengaruh dalam karir politik Tutut. Namun setelah itu, Tutut berusaha bangkit lagi, tanpa dukungan orang-orang yang dulu bahkan sangat dekat dengan Soeharto.
Perlakuan ini berbeda dengan yang didapatkan Puan, di mana Megawati sebagai Ketum PDIP yang semua orang tahu kekuatan politiknya selama dua periode kabinet terakhir. Megawati adalah jembatan terkuat bagi Puan, guna memuluskan langkah karir politiknya.