Bahkan, betapapun mereka masih sangat menghormati Megawati, bukan berarti mereka setuju kalau Mega tampil lagi duduk di kursi kepresidenan periode mendatang. Munculnya Prabowo-Puan misalnya, merupakan bukti dinamika dalam tubuh PDIP terkait perubahan future leadership-nya.
Kontroversi di luar PDIP
Kalau di dalam tubuh PDIP saja terjadi kontroversi, apalagi di luar PDIP. Orang-orang dari partai lain, Demokrat, Gerindra, PAN, PKS, PKB, Golkar, hingga partai yang baru lahir Gelora, pasti akan pasang ancang-ancang bila ini terjadi. Jika Megawati benar-benar mau maju lagi, lantas siapa yang akan disandingkan di sebelahnya? Amien Rais tentu akan koar-koar.
Prabowo pasti tidak akan bersedia. Bahkan, dalam tubuh internal PDIP pun kalaupun skenario ini jalan, Ganjar Pranowo tidak akan mungkin bersedia. Atau Puan Maharani, sang puteri dari Megawati. Pula dipastikan tidak akan bersedia tampil. Baginya tidak elok bagi reputasi partai.
Oleh sebab itu, PDIP pasti mikir tidak ingin mendominasi Capres dan Cawapres dari partai yang sama. Belum tahu  lagi, seandainya Mahmud MD dari Partai PKB. Siapa tahu partainya merestui untuk berdampingan dengan Megawati?
Orang akan bilang, skenario Megawati masuk bursa Presiden nanti ini ngawur. Tapi siapa tahu 'hati' politik?
Politik itu sering kali berjalan di luar nalar manusia. Perhitungan kita acapkali meleset karena politik tidak bisa diduga. Megawati sekarang menolak, karena fokusnya masih pada pembinaan kader partai.Â
Bukan berarti tidak ada kemungkinan kader-kadernya, seperti berubahnya fikiran  Mahatir Muhammad, dari Partai Pejuang Tanah Air di Malaysia yang tampil ulang. Â
Keluarga Bung Karno Tidak Satu Suara dengan Megawati
Tantangan besar lainnya berasal dari keluarga Bung Karno sendiri. Tahun 2016 lalu, dalam sebuah kesempatan, pernah Habib Rizieq mengajak adik bungsu Mega, Rachma, untuk ikut dalam Aksi Bela Islam pada bulan November 2016.
"Saya meminta kepada penguasa sekarang untuk tidak pilih kasih. Tidak ada perlakuan khusus bagi siapa saja yang terindikasi melakukan pelanggaran hukum. Penistaan terhadap simbol atau lambang negara termasuk perbuatan pidana, apalagi yang dinistakan agama, itu termasuk pidana berat," beber dia (JPNN.com, 31/10/2016).
Pernyataan ini mengindikasikan bahwa dalam keluarga Bung Karno sendiri, tidak senada dengan jalan fikiran Megawati. Pada Pemilu lalu, seperti kita ketahui, Rachmawati mendukung pasangan Parbowo-Sandiaga.