"Saya Guru Besar Universitas Airlangga,"Â tambahnya.Â
Ucapan profesor itu justru mendapat sindiran dari Rocky Gerung.
"Mudah-mudahan otakmu besar juga," sindir Rocky Gerung. "Minimal saya profesor beneran, kalau Anda 'kan belum tentu," balas Henry.
Ini merupakan contoh diskusi yang tidak sehat, yang tidak memberikan pembelajaran pada masyarakat tentang bagaimana pentingnya menjaga etika saat berdebat, di tengah sengitnya perbedaan pendapat. Ternyata, etika tidak memandang gelar. Profesor pun bisa salah sikap. Diskusinya jadi nyasar.
Rocky Gerung asal Sulawesi Utara dan Henry Subiakto asal Yogyakarta. Dua latar belakang suku yang berbeda, dan jauh pula perbedaan karakternya. Tetapi etika debat tidak mengenal asal suku dan karakter pelakunya. Etika berdebat di mana-mana sama, harus tetap dikedepankan. Khususnya kalangan terpelajar.Â
Agar tidak nyasar, kalau berdebat sebaiknya jangan menyerang pribadi atau individu lawan bicara. Kalau ini terjadi, yang professor pun gelarnya, bisa-bisa 'diturunkan' derajadnya oleh pemirsa. Mereka dianggap sebagai orang yang tidak tahu adab dan kurang berpendidikan. Â Tuh kan? Â
Malang, 31 August 2020
Ridha Afzal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H