Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pengaruh Dukungan Jokowi ke Prabowo terhadap Karier Politik Gibran

29 Agustus 2020   17:45 Diperbarui: 31 Agustus 2020   10:18 2100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak kenal dengan Prabowo se-antero negeri ini? Sementara para 'pendatang baru' yang bakal diusung oleh apapun partai yang bakal mendukungnya berusaha sekuat tenaga memperkenalkan diri, Prabowo nanti, tidak perlu banyak cuap-cuap.

Tahun lalu, kalaupun penggemar Prabowo ada yang 'murtad', mereka masih akan mikir-mikir dulu, untuk milih siapa yang bakal dijadikan jagonya. Prabowo memiliki fans yang rata-rata fanatic. Mereka tahu siapa sebenarnya Prabowo.

Pemilu 2024 nanti, tidak akan terjadi banyak perubahan pergeseran jumlah suara kalaupun mengalami penggemar Prabowo mengalami kemunduran'. Justru akan naik ratingnya. Kecuali Prabowo mengambil langkah yang mengecewakan pendukungnya.

Pemilu masih empat tahun lagi. Saat ini, partai politik sedang bergerilya mengidentifikasi siapa yang bakal dijagokan nanti. Bagi Prabowo dan Timsesnya, andai Prabowo positif melangkah ke Capres, tidak perlu berusaha keras untuk mendongkrak reputasinya. Prabowo tidak butuh traktor penggenjot lagi.

Saingan

Saingan Prabowo nanti, betapapun statusnya senior sekelas Amien Rais, akan menjadi 'pendatang baru' dalam pergulatan Capres 2024. Dia akan berusaha ekstra keras guna mencari jalan, bagaimana bisa mengalahkan Prabowo. Paling banter Ganjar Pranowo atau Anies Baswedan

Pasalnya, saat ini, Prabowo sudah berada dalam kalangan 'orang dalam'. Secara politis, ini sangat menguntungkan Prabowo. 

Dengan ditariknya Prabowo dalam barisan Kabinet Indonesia Maju, terlebih di Kementrian Pertahanan, salah satu kementrian yang paling 'bergengsi' dan banyak mendapat sorotan dalam dan luar negeri, jalan Prabowo bakal mulur. 

Terlebih, masuknya Prabowo dalam jajaran Kabinet Jokowi, tidak asal main comot.

Mereka berdua, Jokowi dan Prabowo, pada dasarnya sudah lama saling kenal, jauh sebelum pertarungan pada Pemilu tahun lalu. Kita rakyat kecil ini tahu apa?

Karena itu, meskipun agak kesel juga saat mendengar pertama kali Prabowo masuk dalam Kabinet Jokowi sesudah kekalahan Pemilu lalu, dalam hati ini berkata, :"Prabowo ini ahli strategi. Pasti tidak sesederhana pikiran kita, mengapa masuk dalam lingkaran rival nya."

Di sisi lain, para pengagum Jokowi, yang fanatic sekalipun, pasti juga akan tanda tanya. Minimal, tidak habis mengerti, :"Mengapa Pak Jokowi menarik Prabowo? Apa kekurangan orang dalam."

Potensi Konflik

Sejujurnya, saya salut dengan keputusan Pak Jokowi dan Pak Prabowo yang bisa berangkulan pada akhirnya. Skenario seperti ini, langka terjadi di dunia nyata, kecuali dalam perfilman. Dalam film-film Hollywood pun, yang ada umumnya adalah, permusuhan yang berkepanjangan. Kalaupun ada dalam sejarah, memang pernah dalam peradaban Kerajaan Singhasari.

Dalam sejarah Kerajaan Singosari, waktu dipimpin oleh Tunggul Ametung, sementara Ken Arok menjadi prajuritnya (Baca: Menteri Pertahanan), Ken Arok melakukan kudeta.

Bukan hanya kekuasaan yang diambil alih oleh Ken Arok yang kemudian menjadi rajanya. Namun Ken Dedes, Permaisuri Tunggul Ametung, dipersuntingnya. Sebuah scenario yang tidak ada dalam agenda Prabowo. Jokowi tahu persis siapa Prabowo.

Oleh sebab itu, masuknya Prabowo dalam Kabinet Jokowi tidak lain adalah guna menghindari konflik yang lebih besar. Supaya tidak terjadi permusuhan antara dua kubu, yang berpotensi mencoreng integrasi bangsa. Inilah langkah yang patut diapresiasi.

Masa Depan Gibran

Kedekatan Prabowo dengan Jokowi, tentu saja tidak diberikan secara 'cuma-cuma'. Pasti sudah terjadi 'pembicaraan empat mata' yang kita tidak tahu. Atau, bisa saja kita tidak boleh tahu, antara mereka berdua.

Tahun 2024 Jokowi akan pensiun. Akan tetapi tidak sepenuhnya mundur dari panggung politik nasional. Siapa tahu, agenda Jokowi meniru langkah Mahatir Muhammad, PM Malaysia yang mengambil strategi 'come back to the ring'.

Jika ini yang terjadi, bukan hal yang mustahil, Jokowi akan 'titip-titip' anaknya untuk 'diasuh' oleh Prabowo. Ini hanya 'perkiraan cuaca' rakyat jelata. Boleh dong menduga?

Jika ini benar, maka agenda berikutnya adalah dukungan Jokowi terhadap majunya Prabowo untuk terus ke RI 1, akan lewat jalan Toll.

Persoalannya, Jokowi tidak bisa memutuskan sendiri, kecuali dia ditunjuk oleh Megawati memimpin PDIP di periode berikutnya menggantikan posisinya sebagai orang nomor satu di PDIP. Inilah kendala terbesar.

Namun demikian, kita tahu karakter Pak Jokowi yang 'kalem'. Dipastikan Pak Jokowi bisa 'melunakkan' hati Bunda Mega. Caranya: Puan harus tetap, akan naik bersama Prabowo.

Duet Prabowo-Puan ini jika direstui oleh PDIP dan Gerindra, partai-partai 'kecil' lainnya akan 'keteteran'. 

Mereka akan sulit mencari tadingan pasangan 'raksasa' ini. Tidak gampang mencari pendatang baru, yang mampu berkompetisi dan bisa seimbang kekuatannya mengalahkan Prabowo-Puan.

Di sinilah karir politik Gibran akan dimulai. Gibran akan mendapatkan tiket VIP untuk maju ke jenjang berikutnya. Betapapun misalnya, dia tidak lolos dalam Pilkada Walikota Solo nanti, tidak masalah. Gibran masih muda. Peluangnya masih cukup besar. Bisa dibina, atau kuliah lagi, kalau perlu ambil S3.

Bersediakah Prabowo?

Inilah pertanyaan yang harus dijawab. Prabowo bisa saja masih akan mikir. Yang pasti, Prabowo tidak punya agenda pribadi, membesarkan putera satu-satunya, Didit Prabowo, untuk mengikuti jejaknya. Lagi pula, tidak kelihatan sama sekali tanda-tanda, bahwa Didit minat mengikuti jejak ayahnya.

Sepertinya niat Prabowo tulus. Sejauh ini tidak ada ambisi untuk menciptakan Dinasti Prabowo betapapun dia nanti jadi terpilih jadi Presiden RI. Inilah yang membedakan Prabowo dengan kandidat lain dalam Pemilu 2024 nanti. Prabowo memiliki nilai lebih, terkait ada tidaknya agenda 'pribadi' ini.

Prabowo sudah kaya. Ketenaran juga sudah didapat. Jabatan Menteri Pertahanan, sudah pula dirasakan. Bagi Gerindra, peluang ini dimanfaatkan, mereka tidak ingin kehilangan 'sosok besar' yang mereka banggakan, betapapun Prabowo menolaknya.

Andai saja menolak negosiasi dengan PDIP, Jokowi dan Puan, Prabowo akan menghadapi tantangan besar lagi di Pemilu 2024 mendatang.

Pada akhirnya, bukan tidak mungkin, Prabowo dihadapkan pada dilemmatic situation. Antara menerima lamaran PDIP dengan segala persaratannya, termasuk (bisa saja) agenda 'mendidik' Gibran, atau jalan sendiri bersama Gerindra dan konco-konconya, dengan segala konsekuensinya.

Malang, 29 August 2020
Ridha Afzal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun