Di sisi lain, para pengagum Jokowi, yang fanatic sekalipun, pasti juga akan tanda tanya. Minimal, tidak habis mengerti, :"Mengapa Pak Jokowi menarik Prabowo? Apa kekurangan orang dalam."
Potensi Konflik
Sejujurnya, saya salut dengan keputusan Pak Jokowi dan Pak Prabowo yang bisa berangkulan pada akhirnya. Skenario seperti ini, langka terjadi di dunia nyata, kecuali dalam perfilman. Dalam film-film Hollywood pun, yang ada umumnya adalah, permusuhan yang berkepanjangan. Kalaupun ada dalam sejarah, memang pernah dalam peradaban Kerajaan Singhasari.
Dalam sejarah Kerajaan Singosari, waktu dipimpin oleh Tunggul Ametung, sementara Ken Arok menjadi prajuritnya (Baca: Menteri Pertahanan), Ken Arok melakukan kudeta.
Bukan hanya kekuasaan yang diambil alih oleh Ken Arok yang kemudian menjadi rajanya. Namun Ken Dedes, Permaisuri Tunggul Ametung, dipersuntingnya. Sebuah scenario yang tidak ada dalam agenda Prabowo. Jokowi tahu persis siapa Prabowo.
Oleh sebab itu, masuknya Prabowo dalam Kabinet Jokowi tidak lain adalah guna menghindari konflik yang lebih besar. Supaya tidak terjadi permusuhan antara dua kubu, yang berpotensi mencoreng integrasi bangsa. Inilah langkah yang patut diapresiasi.
Masa Depan Gibran
Kedekatan Prabowo dengan Jokowi, tentu saja tidak diberikan secara 'cuma-cuma'. Pasti sudah terjadi 'pembicaraan empat mata' yang kita tidak tahu. Atau, bisa saja kita tidak boleh tahu, antara mereka berdua.
Tahun 2024 Jokowi akan pensiun. Akan tetapi tidak sepenuhnya mundur dari panggung politik nasional. Siapa tahu, agenda Jokowi meniru langkah Mahatir Muhammad, PM Malaysia yang mengambil strategi 'come back to the ring'.
Jika ini yang terjadi, bukan hal yang mustahil, Jokowi akan 'titip-titip' anaknya untuk 'diasuh' oleh Prabowo. Ini hanya 'perkiraan cuaca' rakyat jelata. Boleh dong menduga?
Jika ini benar, maka agenda berikutnya adalah dukungan Jokowi terhadap majunya Prabowo untuk terus ke RI 1, akan lewat jalan Toll.