Persoalannya, Jokowi tidak bisa memutuskan sendiri, kecuali dia ditunjuk oleh Megawati memimpin PDIP di periode berikutnya menggantikan posisinya sebagai orang nomor satu di PDIP. Inilah kendala terbesar.
Namun demikian, kita tahu karakter Pak Jokowi yang 'kalem'. Dipastikan Pak Jokowi bisa 'melunakkan' hati Bunda Mega. Caranya: Puan harus tetap, akan naik bersama Prabowo.
Duet Prabowo-Puan ini jika direstui oleh PDIP dan Gerindra, partai-partai 'kecil' lainnya akan 'keteteran'.Â
Mereka akan sulit mencari tadingan pasangan 'raksasa' ini. Tidak gampang mencari pendatang baru, yang mampu berkompetisi dan bisa seimbang kekuatannya mengalahkan Prabowo-Puan.
Di sinilah karir politik Gibran akan dimulai. Gibran akan mendapatkan tiket VIP untuk maju ke jenjang berikutnya. Betapapun misalnya, dia tidak lolos dalam Pilkada Walikota Solo nanti, tidak masalah. Gibran masih muda. Peluangnya masih cukup besar. Bisa dibina, atau kuliah lagi, kalau perlu ambil S3.
Bersediakah Prabowo?
Inilah pertanyaan yang harus dijawab. Prabowo bisa saja masih akan mikir. Yang pasti, Prabowo tidak punya agenda pribadi, membesarkan putera satu-satunya, Didit Prabowo, untuk mengikuti jejaknya. Lagi pula, tidak kelihatan sama sekali tanda-tanda, bahwa Didit minat mengikuti jejak ayahnya.
Sepertinya niat Prabowo tulus. Sejauh ini tidak ada ambisi untuk menciptakan Dinasti Prabowo betapapun dia nanti jadi terpilih jadi Presiden RI. Inilah yang membedakan Prabowo dengan kandidat lain dalam Pemilu 2024 nanti. Prabowo memiliki nilai lebih, terkait ada tidaknya agenda 'pribadi' ini.
Prabowo sudah kaya. Ketenaran juga sudah didapat. Jabatan Menteri Pertahanan, sudah pula dirasakan. Bagi Gerindra, peluang ini dimanfaatkan, mereka tidak ingin kehilangan 'sosok besar' yang mereka banggakan, betapapun Prabowo menolaknya.
Andai saja menolak negosiasi dengan PDIP, Jokowi dan Puan, Prabowo akan menghadapi tantangan besar lagi di Pemilu 2024 mendatang.
Pada akhirnya, bukan tidak mungkin, Prabowo dihadapkan pada dilemmatic situation. Antara menerima lamaran PDIP dengan segala persaratannya, termasuk (bisa saja) agenda 'mendidik' Gibran, atau jalan sendiri bersama Gerindra dan konco-konconya, dengan segala konsekuensinya.