Surabaya, saya hanya mampir di Terminal Bungurasih. Waktu itu dari Denpasar-Bali mau ke Malang. Jadi tidak sempat keliling kota. Lagi pula, bersama teman-teman. Dari terminal Bungurasih, hanya beberapa menit transit, kemudian langsung ke Malang. Ibaratnya hanya nengok pinggiran. Itupun tidak sempurna.
Pertama kali keWaktu itu awal tahun 2014. Dalam hati, saya ingin datang lagi. maunya melihat dari dekat bagaimana wajah Surabaya sebagai ibukota provinsi, salah satu yang terpadat penduduknya di Indonesia. Sebagai sebuah ibu kota provinsi terbesar di negeri ini, tentu banyak yang ditawarkan oleh Surabaya.
Oleh karena itu, menjadi Gubernur di Surabaya, Ibu Risma, bisa jadi sorotan nasional. Sekelas dengan Jawa Tengah, Jawab Barat. Hanya sedikit dengan DKI Jakarta popularitasnya.
Bagaimanapun, rencana untuk melihat kembali dari jarak dekat kota Surabaya terwujud, ketika awal tahun 2019 lalu, saya balik ke Malang. Kali ini, saya bisa muter-muter ke Kota Pahlawan yang sangat dikenal ini. Di antaranya keberadaan Ibu Risma.Â
Walikota Surabaya yang menjabat sejak Februari 2016. Wanita yang menurut saya banyak berjasa dalam mengubah Surabaya.
Tidak kurang dari 5 kali saya ke Surabaya. Memang cantik. Pantas jika masuk kategori kota besar yang mendapat penghargaan.Â
Walaupun belum setara dengan Osaka, Kyoto atau Nagoya di Jepang yang lebat hutan betonnya dengan fasilitas moderennya. Beberapa sudut kota Surabaya, masih terlihat 'kumuh' dan bau menyengat, karena polusi udara. Untuk ukuran Indonesia, boleh diacungi Jempol. Â
Kiprah Ibu Risma
Ibu Risma sebelumnya pernah menjabat sebagai Walikota Surabaya pada periode 2010-2015. Bedanya, pada periode ini, Risma jauh lebih populer terkait gebrakan-gebrakannya. Risma tidak hanya memoles wajah kota Surabaya seindah dan sebersih ini.
Tahun 2019 lalu, saya muter-muter di Kota Surabaya dengan menggunakan motor. Dari Malang menempuh jarak sekitar 80 km, merupakan keasyikan tersendiri. Memang udaranya cukup panas, mirip tempat asli saya di Sigli-Aceh. Bedanya Sigli belum tercemar udaranya kayak Surabaya yang 'kering' hawanya dan padat kendaraan. Udaranya tentu tidak sebersih Sigli. Kalau panas suhunya, kurang lebih sama.
Melihat Surabaya dari dekat, saya berpendapat pantaslah kalau Ibu Risma banyak mendapatkan penghargaan karena prestasinya. Dari Liputan6 yang saya baca misalnya, tidak kurang dari 5 prestasi yang diraihnya. Tentu saja selain keberaniannya menutup rumah Bordil Gang Dolly, kawasan protitusi yang terkenal di Surabaya.
Risma mendapatkan Piala Adipura 7 kali berturut-turut, mulai dari 2011-2017.  Dinobatkan sebagai wanita paling inspiratif yang membuatnya mampu menyabet 'Ideal Mother Awards 2013'. Pernah mendapatkan Innovative City of the Future di London 2016. Masuk sebagai nominasi 10 wanita paling inspiratif versi Forbes 2013. Menerima penghargaan Bung Hatta Anti Corruption Award 2015. Menerima gelar Doktor Honoris Causa dari University of Tomyong Korea Selatan 2015. Gelar yang sama didapatkan pula dari Institut Sepuluh November Surabaya (ITS).