Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PSI dan Giring, "Nekad Tenan"

27 Agustus 2020   13:18 Diperbarui: 27 Agustus 2020   13:15 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Merdeka.com

 "Popularitasnya sebagai musisi. Tapi kapabilitas, kemampuan, pengalaman masih rendah sekali, masih baru. Belum pernah jadi jabatan publik atau kepala daerah atau anggota DPR, langsung ke Capres. Itu kan suatu yang nekad?" 
Arya, Pengamat Politik, CSIS

Orang Aceh Bilang 'Beuho That'

Orang Jawa bilang, 'Nekad tenan' (benar-benar nekad!). Bagi orang Jawa, pepatah seperti ini banyak berlaku. Orang Aceh tidak mengenal istilah 'nekad' ini.

Sewaktu kuliah di Aceh, seorang rekan saya pernah ikut dalam forum di mana pesertanya hanya dosen senior dan orang-orang kampus yang penting saja. Hanya Rizal, teman saya tersebut yang statusnya sebagai mahasiswa. 

Namun karena dia punya kapasitas, dan akan tampil sebagai salah satu penyaji presentasi, tidak masalah. Beberapa teman bilang, Rizal ini 'Beuho that' (berani banget).

Di tempat saya bekerja saat ini juga demikian. Kami melayani pelatihan perawat yang minat kerja di luar negeri. Teman-teman yang berminat ke luar negeri kadang-kadang terlalu nekad. Syarat minimal biasanya 2 tahun pengalaman kerja, punya Surat Tanda Registrasi, Izin Orangtua serta mampu berbahasa Inggris.

Kadang-kadang, teman-teman suka meremehkan. Bahasa Inggrisnya masih tingkat dasar, ibaratnya hanya bisa di level Present, Past dan Fiture Tenses saja, sombongnya gak ketulungan. 

Barangkali bisa sih lolos test tulis, tetapi begitu masuk test interview belepotan. Itu belum kerjanya.
Kadang beruntung, test interviewnya bisa lolos karena pertanyaannya basic, mudah. Kendala terbesar adalah, ketika sudah berangkat dan tinggal di luar negeri. Di mana-mana dia akan temukan masalah. 

Di asrama, di pasar, di tempat-tempat umum, di tempat kerja komunikasi dengan sesama rekan kerja, dengan profesi lain, hingga dengan pasien.  Selama 6 bulan, katanya hidup kayak di 'neraka'.

Negara Stand Up Comedy

Persoalan yang sama yang akan dihadapi oleh Giring yang mencalonkan diri dalam kontes kepresidenan di tahun 2024 nanti. Bukan salah Giring sih. 

Ini persoalannya bukan pula seperti teman-teman yang ingin kerja di luar negeri, yang kalau tidak kompeten akan dipulangkan. Ini soal ngurus negara.  Yang ngusung Giring juga harus lihat diri.

Kalau untuk tampil di Stand Up Comedy, okey lah. Tidak perlu persiapan, tidak masalah. Yang ini, soal masa depan bangsa, persalan besar. Kalau ibaratnya pengalaman ngurus RT saja mungkin tidak ada, bagaimana ngurus negeri segede ini dengan 270 juta penduduk ini?  

Kecuali Indonesia ini musisi semua

Indonesia ini luas sekali. Terbesar ke-4 populasinya di dunia. Jumlah provinsinya 34 dengan 416 kabupaten yang ada dan 74.953 desa. Belum lagi 17.000 pulaunya. Pasti itu banget... lah.

Ngurus Indonesia bukan kayak konser yang mungkin dihadiri 5000 orang dengan minat yang sama: ingin nyanyi atau mendengarkan musik.

Keberagaman negeri ini rawan konflik, perbedaan keyakinan, ratusan suku dengan bahasa yang lebih dari 400, perlu pemimpin bukan hanya wawasannya saja yang luas. Untuk mengaturnya pasti bukan persoalan mudah.

Makanya, bukan karena tidak senang sama PSI atau Giring sih. Tapi penting sekali mengaca. Introspeksi pada diri sendiri, agar tidak jadi bahan ketawaan orang. Kasihan negeri ini, dikira negeri para pelawak.

Saya hanya mengacu kepada apa yang disampaikan oleh Arya, pengamat Politik di atas. Mengapa ini kami sampaikan? Inilah bukti kecintaan kita kepada negeri. Bahwa guna membangunnya, tidak boleh asal sembarang orang bisa tampil paling depan.

Syarat

Saya masih ingat ketika Ustadz kami di pondok mengajarkan pada suatu hari. Imam Syafii, semoga beliau dimuliakan oleh Allah SWT, salah seorang Imam Besar dalam Islam, pada umur 8 tahun sudah hafal Al Quran. Imam Bukhari, pada umur 11 tahun sudah hafal Al Quran dan 10.000 hadits. 

Beliau berdua boleh dikata ahlinya, tetapi tidak boleh memimpin umat. Karena masih kecil. Ilmu saja belum cukup. Ada syarat lain yang harus dipenuhi.

Begitulah dalam hidup ini. Saya setuju sekali Giring maju mewakili pemuda. Seperti halnya Susan Marin, Perdana Menteri Finlandia yang umurnya masih 37 tahun, satu dari PM termuda di dunia. Sama usianya dengan Giring. Tetapi perjalanan karir nya yang membedakan.

Ntar jika Girig sudah punya pengalaman yang pas, memiliki kapabilitas dan pantas, pasti banyak pendukungnya.  Kasihan poster-poster yang sudah dipasang di ratusan tempat, dikira rakyat ini iklan Kopiah dan Baju Koko.

Jadi, marilah kita bangun negeri ini degan kompetisi yang sehat. Siapa lagi yang menghargai negeri ini, kalau bukan kita sendiri?

Mari kita kedepankan demokrasi dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap warga negara. Kita semua punya hak untuk maju dan mengajukan diri sebagai presiden. Dengan catatan, penuhi syaratnya dan berkaca, layak tidaknya menduduki kursinya.

Negara Indonesia ini tidak boleh dibangun atas dasar ambisi. Bondo nekad saja tidak cukup. Indonesia ini bukan panggung yang dibangun hanya semalam, kemudian bubar esok harinya.

Malang, 27 August 2020
Ridha Afzal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun