Ini persoalannya bukan pula seperti teman-teman yang ingin kerja di luar negeri, yang kalau tidak kompeten akan dipulangkan. Ini soal ngurus negara. Â Yang ngusung Giring juga harus lihat diri.
Kalau untuk tampil di Stand Up Comedy, okey lah. Tidak perlu persiapan, tidak masalah. Yang ini, soal masa depan bangsa, persalan besar. Kalau ibaratnya pengalaman ngurus RT saja mungkin tidak ada, bagaimana ngurus negeri segede ini dengan 270 juta penduduk ini? Â
Kecuali Indonesia ini musisi semua
Indonesia ini luas sekali. Terbesar ke-4 populasinya di dunia. Jumlah provinsinya 34 dengan 416 kabupaten yang ada dan 74.953 desa. Belum lagi 17.000 pulaunya. Pasti itu banget... lah.
Ngurus Indonesia bukan kayak konser yang mungkin dihadiri 5000 orang dengan minat yang sama: ingin nyanyi atau mendengarkan musik.
Keberagaman negeri ini rawan konflik, perbedaan keyakinan, ratusan suku dengan bahasa yang lebih dari 400, perlu pemimpin bukan hanya wawasannya saja yang luas. Untuk mengaturnya pasti bukan persoalan mudah.
Makanya, bukan karena tidak senang sama PSI atau Giring sih. Tapi penting sekali mengaca. Introspeksi pada diri sendiri, agar tidak jadi bahan ketawaan orang. Kasihan negeri ini, dikira negeri para pelawak.
Saya hanya mengacu kepada apa yang disampaikan oleh Arya, pengamat Politik di atas. Mengapa ini kami sampaikan? Inilah bukti kecintaan kita kepada negeri. Bahwa guna membangunnya, tidak boleh asal sembarang orang bisa tampil paling depan.
Syarat
Saya masih ingat ketika Ustadz kami di pondok mengajarkan pada suatu hari. Imam Syafii, semoga beliau dimuliakan oleh Allah SWT, salah seorang Imam Besar dalam Islam, pada umur 8 tahun sudah hafal Al Quran. Imam Bukhari, pada umur 11 tahun sudah hafal Al Quran dan 10.000 hadits.Â
Beliau berdua boleh dikata ahlinya, tetapi tidak boleh memimpin umat. Karena masih kecil. Ilmu saja belum cukup. Ada syarat lain yang harus dipenuhi.