Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Berapa Hacker Dibayar untuk Meretas Akun Din Syamsudin?

20 Agustus 2020   15:44 Diperbarui: 20 Agustus 2020   15:48 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Saya Nyaris Ditipu

Saya jarang sekali curiga. Bagi saya, punya rasa curiga itu tidak sehat. Bisa gelisah dan susah istirahat. Karena itu saya buang jauh-jauh. Kecuali saat di mana saya merasa ada yang tidak beres. Misalnya, ada tanda-tanda mau nipu. Ahamduillah ini jarang terjadi, higga dua pekan lalu.

Salah satu group WA saya adalah DIKMAS Malang Raya. kelompok teman-teman yang gabung daam lembaga pelatihan se-Malang Raya. 

Tiba-tiba saya dapat pesan masuk. Isinya, meminta nanti memberikan nomer Konfirmasi yang akan dikirim lewat nomer HP saya. Semua saya tidak curiga. Tapi rasa ingin tahu saya tiba-tiba muncul.

Saya bertanya, kenapa mesti saya? Mengapa tidak istri anda atau saudara-saudara dekat anda saja mengirmnya? Dia tidak jawab hingga beberapa jam. Dari situ saya mulai curiga.

Ternyata benar, kemudian bermunculan beberapa pesan di group yang sama, mengeluh hal serupa. Ternyata ketemu diagnosanya. Salah seorang anggota group kami, nomer HP dan HP nya diretas. Untuk nipu.

Hacking

Zaman sekarang ini, era teknologi informasi yang ketat. Semuanya serba digital. Pesan makan saja, kini bisa melalui aplikasi. Belanja tidak perlu ke pasar. Cukup melalui website.

Kelemahannya, dengan berkembang-pesatnya digital, ternyata juga dibarengi dengan 'ancaman-ancaman' dalam bentuk digital. 

Misalnya, baru-baru ini, beredar kabar, terdapat 91 juta data akun dari pengguna e-commerce di Tokopedia, yang diduga telah diretas dan diperjualbelikan pada sebuah forum gelap.

Kabar serupa sebelumnya, juga beredar di media social yang diunggah oleh akun Twitter @underthebreach. Isi beritanya mengatakan,ada sekitar 15 juta pengguna Tokopedia yang datanya telah diambil. Kata akun tersebut, datanya berisi e-mail, hash password, dan nama pengguna (Kompas, 20/5/2020).

Akun Din Syamsudin Diretas.

Jadi, saya tidak kaget ketika sehari sebelum diselenggarakannya ketemuan KAMI, ada berita akun Din Syamsudin, salah satu penggerak berdirinya KAMI diretas. Pasti ini bukan faktor tidak sengaja. Orang yang meretas atau yang menyuruh bukan sembaragan.

Motifnya jelas tidak sama dengan Tokopedia, yang hanya bermotifkan uang. Lagi pula siapa yang tidak tahu Din Syamsudin. Yang pasti, ada nilai politik di belakang hacking akun Deklarator KAMI yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Muhammadiyah mulai tahun  2005-2015, selama 2 periode.

Meretas akun orang ternama itu bukan hal baru. Menurut Ringtimes Bali (24/7/2020) di mana ada kasus di Twitter yang meyakini adanya para pelaku serangan peretasan yang terjadi pekan lalu telah mengakses inbox pesan langsung (Direct Message) dari seorang pejabat yang berbasis di Belanda.

Informasi ini muncul sesudah Twitter melakukan investigasi terhadap serangan peretasan pada akun orang-orang ternama seperti Barack Obama, Joe Biden, Elon Musk hingga Bill Gates. Meskipun tidak menyebut secara resmi nama Belanda, Twitter menyebut bahwa media lokal Net Binnen melaporkan, Geert Wilders asal Belanda telah diretas hacker.

Berapa dibayar?

"If the hacker uses a piece of ransomware, on average about 5% of those victims pay up. This means that daily the hacker brings in about $3,000. This brings the hackers monthly income, minus the $5,900 in expenses, to $84,100." Demikian gambaran penghasilan seorang peretas yang saya lihat di Google.

So...., gaji seorang  hacker terbilang fantastis. Mereka bisa mendapatkan Rp 334,5 juta- Rp 1,5 miliar, tergantung keahliannya.

Di sumber lain menyebutkan, penghasilan rata-rata seorang Certified Hacker berkisar di angka US$ 24.760 -- 111.502 atau Rp 334,5 juta- Rp 1,5 miliar. Sekali lagi,  tergantung keahlian yang dimiliki. Selain gaji pokok, mereka bisa juga mendapat bonus hingga US$ 17.500 Rp 236,4 juta per tahun.

US Labor Department (Departemen Ketenagakerjaan Amerika Serikat) melaporkan bahwa hacker bisa mendapat penghasilan terbesar hingga US$ 1,5 miliar per tahun.

Laporan yang dikeluarkan oleh Global Knowledge & Tech Republic mengungkap, bahwa certified hacker ini merupakan pekerjaan dengan gaji tertinggi di dunia IT dan teknologi.

Profesi lain yang mampu meraup gaji gede adalah Programmer (US$ 90.643 atau Rp 1,22 miliar per tahun), System Analyst (US$ 85,234 atau Rp 1,15 miliar per tahun) dan Web Developer (US$ 81.405 atau Rp 1,1 miliar per tahun)

Siapa itu Hacker

Dari beberapa sumber yang saya baca menyebut, peretas (hacker) tidak semuanya jahat. Hacker jahat disebut cracker. Sayangnya, sebutan hacker sudah melekat, merujuk pada pelaku jahat.

Pakar teknologi informasi Onno W Purbo mengatakan, di dunia elektronik bawah tanah (underground)  jarang menggunaksn nama. Orang biasanya menggunakan nama alias, call sign (nama samara). Demikian pula dengan hacker.

Beberapa nama populer hacker di Indonesia antara lain: hC, cbug, litherr, fwerd, d_ajax, r3dshadow, cwarrior, ladybug, chiko, gelo, BigDaddy, the_rumput_kering dan lain-lain.

Onno mengatakan, hacker pada dasarnya adalah orang yang pandai programming. Ada lima karakteristik yang menandakan seseorang adalah hacker, antara lain: suka belajar detail dari bahasa pemrograman atau system, melakukan pemrograman tidak cuma berteori saja, bisa menghargai, menikmati hasil hacking orang lain, dapat secara cepat belajar pemrogramman serta ahli dalam bahasa pemrograman tertentu atau sistem tertentu, seperti "UNIX hacker".(Filosofy: Hirarki Hacker yang diunggah di Onnocenter.or.id, yang diakses Rabu, 7 Agustus 2019).

Don't try this at home

Mereka yang meretas akun-akun orang terkenal seperti Din Syamsudin, pasti dibayar mahal. Meskipun ada juga di Indonesia yang bersedia dibayar murah. Maklumlah politisi, orang terkemuka kayak Din Syamsudin yang punya pengaruh bisa jadi sorotan mereka yang tidak suka dengan jaan fikirannnya.

Dengan meretas akunnya, diharapkan bisa membatasi gerak, atau mengganggu aktivitas politiknya. Terlebih, akhir-akhir ini muncul KAMI yang dipelopori pendiriannya oleh Din Syamsudin. Makanya, banyak orang paham mengapa jadi incaran Hacker Bayaran.  

Hacker terkenal, seperti Mark Abene (Phiber Optik), Ryan Ackroyd (Kayla), Mustafa Al-Bassam (Tflow), Mitch Altman, Jacob Appelbaum (ioerror), Julian Assange (Mendax), Trishneet Arora dan Andrew Auernheimer (weev), tidak diragukan lagi, baik profesionalitas maupun penghasilannya.
Jangan tiru kiprah mereka. Kecuali anda ingin berurusan dengan Badan Reserse Kriminal (Bareskrim POLRI).

Malang, 20 August 2020
Ridha Afzal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun