Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Jika Pemerintah "Gebyah Uyah" Kebijakan Corona, Jurang Resesi akan Menganga

18 Agustus 2020   08:14 Diperbarui: 19 Agustus 2020   08:18 1795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi aneka headline pemberitaan terkait resesi ekonomi akibat Covid-19. (SHUTTERSTOCK/J.J GOUIN)

Biarkan sekolah tetap jalan, aktivitas belajar tetap, dengan menerapkan protocol kesehatan. Tidak perlu ada dibatasi 50% yang penting terakomodasi. Kalau hanya 50%, itu namanya kebijakan kaku. 

Pembatasan yang kaku mengakibatkan banyak orang atau karyawan nganggur. Kecuali karyawan yang masuk juga 50%. Guru, petugas kesehatan, buruh pabrik dan lain-lain mestinya bisa tetap aktif berproduksi.

Menko Perekonomian mendorong masyarakat untuk spending, tetapi pabrik ditutup. Ini ironi. Bagaimana mereka akan dapat duit hasil penghasilan jika nganggur? Karena otomatis gajinya tidak diterima penuh. 

Karyawan RS swasta atau klinik juga tidak mendapatkan penghasilan maksimal jika jumlah pasien menurun, kecuali yang hanya periksa Rapid Test.

Masukan Komprehensif

Dalam pengambilan kebijakan sebaiknya Pemerintah mendengar masukan langsung dari level bawah, bukan hanya para ahli yang kerjanya hanya di kantor. Suara kalangan bawah di daerah, sebagai pelaku utama di lapangan itu sangat penting.

Dari pengalaman sehari-hari selama 4-5 bulan terakhir, pelaku di lapangan bisa memberi masukan kepada Pemerintah. Apakah sebagai pemilik usaha, pekerja maupun masyarakat. Kritik dan saran dari semua pihak perlu didengar.

Jika tidak ingin ancaman resesi menjadi kenyataan, jangan mengambil kebijakan sepihak. Libatkan orang-orang lapangan.

Kalau perlu, sesekali biar mereka yang bersuara di depan bapak-ibu anggota dewan, di Gedung DPR sana. Namanya Dewan Perwakilan Rakyat, itu artinya tempat orang-orang yang mewakili. 

Sepanjang ada pihak pertama, orang yang asli ada, biarkan mereka sendiri yang bicara langsung, tidak perlu diwakili. Begitu barangkali filosofinya.

Dengan demikian Pak Presiden, Menteri Keuangan, Menko Perekonomian, Ketua MPR/DPR beserta semua jajarannya, bisa mendengar langsung, apakah ancaman resesi ini riil, fiktif atau hanya ilusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun