Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Jika Pemerintah "Gebyah Uyah" Kebijakan Corona, Jurang Resesi akan Menganga

18 Agustus 2020   08:14 Diperbarui: 19 Agustus 2020   08:18 1795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi aneka headline pemberitaan terkait resesi ekonomi akibat Covid-19. (SHUTTERSTOCK/J.J GOUIN)

Beda dengan resesi tahun 1998 dulu, di mana yang merasakan resesi 'hanya' di kota-kota. Masyarakat kalangan pedesaan secara relatif 'tidak'. Mengapa? Karena mereka tetap melakukan aktivitas sebagaimana biasa.

Orang-orang desa tetap ke sawah, ladang, berjualan serta melakukan interaksi sosial lainnya sebagaimana biasa. Dengan demikian, meskipun ada Resesi di atas kertas, dalam kenyataan masyarakat ini tidak begitu 'merasakan' dampak resesinya.

Jadi, ancaman resesi akibat Corona kali ini jauh lebih hebat daripada krisis ekonomi tahun 1998. Dampak resesi tahun ini menyerang seluruh sendi-sendi sosial, ekonomi, pendidikan, politik, fisik sekaligus psikologis. Tahun 1998 lalu, meskipun secara psikologis terasa, namun tidak separah tahun ini.

Kebijakan "Gebyah Uyah"

Diterapkannya kebijakan "Gebyah Uyah" atau menyamaratakan, hemat saya menjadi salah satu faktor pendukung terbesar terjadinya resesi. Kita tidak bisa menyamarakatan implementasi kebijakan ini, karena situasi dan kondisi yang 'unik' dari satu lembaga/institusi/perusahaan yang satu dan lainnya beda.

Ancaman resesi ekonomi Indonesia. (Sumber: monitor.co.id)
Ancaman resesi ekonomi Indonesia. (Sumber: monitor.co.id)

Di rumah sakit misalnya, menyamaratakan kebijakan itu justru akan mengancam kematian bisnis layanan kesehatan dan juga mencekik ekonomi rakyat serta asuransi. Bayangkan, misalnya, orang yang hanya sakit Flu harus dicek semuanya (Rontgen, darah, Rapid Test). 

Test ini sangat mahal untuk ukuran rakyat kecil. Juga pemborosan. Demikian juga demam. Padahal, pederita gusi bengkak, infeksi kulit (abses kecil di jari), bisa menyebabkan demam. Namun semua diperiksa karena takut ancaman Corona. Pembatasan pasien 50% pada layanan di RS juga terkesan tidak efektif serta bukan win-win solutions.

Di sektor bisnis industri gjuga demikian. Hanya karena ada satu karyawan yang 'diduga', sekali lagi masih 'diduga', seluruh perusahaan seolah harus turut merasakan. Mereka takut dan perusahaan akhirnya ditutup sementara. Semua karyawan harus diperiksa karena kebijakan 'tracing' setidaknya 40 orang yang pernah 'close contact' dengan yang 'diduga'.

Inilah contoh 'Gebyah Uyah' (menyamaratakan) kebijakan. Dalam skala besar, ancaman terpuruknya ekonomi ini membuat Indonesia akan sangat menderita hanya dalam hitungan satu kwartal.

Berikan Batasan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun