kerja di luar negeri bagi keponakannya. Saat saya tanya lulusan apa, dijawabnya SMA. Umurnya berapa, 18 tahun. Punya keterampilan apa, tidak ada.
APA?Tadi pagi ada seorang ibu menelopn, dari Padang. Menanyakan apa ada peluangDari pernyataan tersebut saya bisa mengambil kesimpulan bahwa untuk bekerja, dengan modal ijazah SMA, umur 18 tahun, tidak memiliki keterampilan, tidak bisa.
Pertanyaannya adalah, lantas harus bagaimana anak-anak lulusan SMA yang ingin kerja ini?
Mereka biasanya dari keluarga yang tidak mampu untuk bayar kuliah. Jarang ada keluarga mampu yang anaknya langsung ingin kerja. Rata-rata mereka yang punya duit, maunya bersama teman-temannya, ingin menikmati bagaimana rasanya duduk di bangku perguruan tinggi.
Tuntutan dunia kerja
Analisa saya, terdapat enam golongan pekerjaan menurut latar belakang pendidikan dan keterampilannya.
Pertama, lapangan kerja itu pada dasarnya banyak, asal tidak pilih-pilih. Misalnya pekerja kasar, buruh bangunan, angkutan jalan, di pasar, pabrik manufaktur, cleaning service, assistant rumah tangga (ART), pembantu kebun, dan lain-lain. Itu model non-skilled worker. Biasanya dari pendidikan dasar hingga SMA.
Kedua, ada lagi pekerja yang membutuhkan sedikit polesan keterampilan. Hanya dengan mengikuti keterampilan singkat.Â
Katakanlah selama 1 bulan sudah cukup. Misalnya di pabrik manufaktur, asistant rumah tangga, cleaning service yang ikut perusahaan. Mereka ini umumnya dibayar lebih tinggi dari yang saya sebut di atas. Bisa dari SMA atau yang sderajat.
Ketiga, level berikutnya adalah, semi professional. Umumnya lulusan SMK. Di level ini, boleh disebut sebagai tenaga terampil, akan tetapi tidak mengantongi sertifikasi. Lulusan SMK jurusan otomotif, listrik, mesin, elektro, IT, bangunan, dan lain-lain masuk dalam kategori ini.Â
Permintaan untuk jenis pekerjaan ini sangat tinggi, khususnya lulusan SMK yang kondang. Sebelum lulus saja kadang sudah dipesan.
Keempat, di atas level tersebut adalah evel pendidikan vokasi, yaitu setingkat pendidikan diploma. Di level ini biasanya bersertifikasi, bisa disebut professional tingkat satu. Gelarnya ahli madya.Â
Umumnya mereka yang menempuh jenjang pendidikan di Politeknik masuk dalam kategori ini. Permintaan dunia kerja terhadap lulusan program diploma ini cukup besar, baik di dalam maupun luar negeri. Meskipun demikian, saat ini masih harus berkompetisi.
Kelima, level sarjana. Tuntutan dunia kerja di tingkat ini meskipun ada, tetapi saingan juga banyak. Karena jumlah permintaan tidak seimbang dengan jumlah tenaga kerja yang ada. umumnya karena persaingan ketat, di samping seleksinya tidak mudah. Lagi pula jumlah permintaanya tidak banyak. Biasanya untuk posisi junior manajer.
Keenam, untuk posisi senior ata spesialis. Posisi ini tuntutannya tinggi dan tangggungjawabnya besar. Karena itu, pada posisi ini, bukan hanya gelar pendidikannya saja yang diminta memenuhi syarat. Pengalaman kerjanya juga tidak kalah pentingnya. Umumnya minimal 10 tahun.
Lulusan SMA harus bagaimana?
Dari apa yang saya jabarkan di atas, lulusan SMA ada di peringkat teratas. Lulusan SMA ini pada dasarnya tidak disiapkan untuk langsung bekerja. Lulusan SMA zaman sekarang sama dengan SMP di era 80-an atau bahkan SD di era 60-70an.
Lulusan SMA tidak dibekali pengetahuan atau keterampilan untuk siap bekerja. Lulus SMA jika ingin lagsung kerja butuh polesan keterampilan. Minimal seperti yang diawarkan oleh Balai Latihan Kerja (BLK) milik Pemerintah, gratis di mana-mana ada, khususnya kota kabupaten.
Hanya saja, karena jumlah kursi terbatas, harus antri. Tetapi bisa ikut program misalnya kewanitaan, tata boga, jahit-menjahit, otomotif, computer, mesin, las, listrik, dan lain-lain. Program ini sangat menjanjikan pekerjaan.
Saya kenal beberapa peserta yang ikut sebuah pelatihan pembinaan pengelola lembaga pelatihan se-Kabupaten Malang. Beberapa waktu lalu pemilik lembaga memperoleh subsidi dari Pemerintah untuk menyelenggarakan program-programnya yang ditawarkan kepada lulusan SMA yang belum bekerja. Â
Lulusan SMA butuh aktif mencari informasi seperti ini bila ingin kerja. Tetapi untuk kerja diluar negeri agak berbelit. Selain keterampilan, dibutuhkan pengalaman, juga dana yang tidak sedikit.Â
Misalnya ikut program kerja sebagai tenaga manufaktur elektronik di Korea Selatan, butuh pelatihan minimal 6 bulan. Biayanya juga besar, bisa mencapai lebih dari Rp 25 juta.
Kecuali jadi buruh kasar. Namun berisiko, karena kerja tanpa keterampilan itu kayak akar yang tersesat, tidak tahu harus jalan ke mana.Â
Ada risio kecelakaan kerja atau produktivitas rendah serta kualitas barang/jasa yang dihasilkan tidak sesuai dengan harapan.
Saran dan Masukan
Jika sudah lulus SMA kemudian ingin kerja, pastikan memperoleh keterampilan yang diminati. Untuk mengasahnya, tidak harus bayar ikut pelatihan. Kembangkan network.Â
Tawarkan bantuan kepada, misalnya orang yang punya bengkel, potong rambut, home industry, salon kecantikan, rumah makan dan lain-lain. Tawarkan bantuan dulu. Jangan menuntut gaji.Â
Mengapa? Karena anda belum tentu mampu bekerja. Intinya, jangan pilih-pilih soal kerja, yang penting halal dulu.
Penghasilan biasanya akan datang dengan sendirinya ketika mereka tahu bagaimana anda bekerja. Tunjukkan niat dan itikad baik dulu. Mereka pasti mengerti. Tidak mungkin tidak dibayar.
Kedua, jika diberi kepercayaan, jagalah. Amanah itu penting. Dari situ kalian akan dapat pengalaman berharga.
Ketiga, jika sudah dapat penghasilan, jangan boros. Simpan sebagian, siapa tahu bisa untuk nyambi kuliah. Tidak perlu di kampus terkenal yang mahal. Karena sesudah dapat pengalaman kerja, sebetulnya kalian hanya butuh ijazahnya saja.
Ambil yang kuliahnya week-end saja. Tidak masalah. Kalau ilmu dan pengalaman sudah kalian dapatkan di tempat kerja. Sesudah 5 tahun kerja usahakan pindah.
Kesannya, jadi orang kayak saya yang tinggal ngomong atau nulis itu, enak. Hanya nulis dan ngasih saran itu mudah. Sebetulnya tidak. Nulis pun butuh referensi, mikir dan bertanya pada mereka yang sudah punya pengalaman.
So, jangan minder hanya karena punya modal ijazah SMA. Banyak orang-rang besar di dunia ini yang merangkak dari bawah. Keep it up!
Malang, 16 August 2020
Ridha Afzal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H