Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penyakit Sosial Itu Berdiagnosa "Emangnya Gue Pikirin?"

10 Agustus 2020   18:47 Diperbarui: 10 Agustus 2020   19:02 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

EGP di Tempat Kerja

EGP di tempat kerja ini sangat berbahaya. Risikonya besar terhadap individu, dampak terhadap profesi, serta lembaga secara umum. Saya pernah mengetahui langsung kejadian ini di tempat kerja.

Di rumah sakit (RS) misalnya. Ada satu jenis pekerjaan yang jika bukan perawat si Fulan yang mengerjakan, tidak ada orang lain yang peduli. Contoh kecilnya, membuat garis-garis di buku laporan harian, mengatur rak obat-obatan, menyusun daftar dinas, merapikan alat-alat yang digunakan mengukur tanda-tanda vital dan sebagainya.

Akibatnya, karena yang lain merasa bahwa sudah ada 'petugas' yang menangani, yang lain merasa tidak terlibat. Inilah yang ke depan melahirkan budaya yang disebut EGP.

Masalah sepele ini bisa merambat ke persoalan yang sebetulnya 'pribadi' tetapi karena ada unsur EGP, kita tidak mau ikut membantunya. Misalnya, kesalah-pahaman antara kita sebagai Salesman dengan Customer (Pelanggan). 

Mestinya, kita bisa jadi penengah guna membantu menjenihkan masalah untuk dicari penyelesaiannya (win-win solutions). Tetapi karena adanya EGP, yang terjadi malah parah.

Kita seringkali berfikir, itu bukan masalah saya. Jadi, mengapa saya harus ikut campur? Ikut campur beda dengan EGP. Ikut campur itu adalah mengurusi masalah pribadi seseorang terlalu dalam yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan umum. Sedangkan EGP itu masalah seseorang yang ada kaitannya dengan kepentingan orang lain, organisasi atau kepentingan public.    

Dampak Secara Nasional

Politik, ekonomi dan tatanan social budaya bisa rusak karena EGP ini. Kepedulian kita rendah. Ada politisi korupsi dibiarkan. Penimbunan sampah dibiarkan. Tidak memilih pemimpin yang amanah dianggap biasa. Semuanya yang penting jalan. Yang penting ada pimpinan. Ini contoh mental yang perlu dikoreksi.

Dalam tatanan kehidupan sosial, banyak terjadi di masyarakat. Anak-anak remaja yang nakal kita biarkan tanpa ada teguran karena merasa bukan anak kita. Perempuan yang berpakaian sembarangan kita biarkan karena itu hak asasi mereka. Padahal, tidak sesuai dengan budaya dan adat ketimuran.

Belum lagi masalah kedisiplinan lainnya, di sekolah, tempat kerja serta secara umum di masyarakat. Bahkan di tingkat arisan, pertemuan RW hingga pertemuan keluarga. Jam karet dianggap biasa. Tidak datang tepat waktu itu hanya kebiasaan. Emangnya Gue Pikirin?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun