Saya punya teman yang ditawari credit card oleh ibunya. Kata ibunya, bisa digunakan untuk jaga-jaga, bila dibutuhkan. Oleh teman saya ditolak, karena pemilikan credit card bisa jadi menggoda. Bila tidak tahan, akan terjerat hutang yang membahayakan.
Menurut ibu saya yang berprofesi sebagai guru, banyak PNS baru di tempat kami, yang berprofesi sebagai guru muda, dengan pangkat/golongan IIIA, dikejar-kejar oleh Bank untuk mengambil kreit mobil. Bukan motor. Kalau motor soal biasa.
Ambil kredit motor cukup Rp 500 ribu per bulan sangat umum.Â
Orang pingin tampil dengan Mobil, beda lagi. Orang-orang yang baru diangkat menjadi PNS yang tidak kuat imannya bisa lupa diri. Dan itu terjadi.
Bersikap Tegas
Pekan ini saya mengalami sendiri. Seorang rekan yang mestinya harus bayar biaya suatu pembelian lewat saya, tidak bisa menepati janji. Sudah tiga kali ini. Katanya, dia menghutangi si Fulan, padahal dia sudah wanti-wanti (memperingatkan), bahwa uang ini harus dikembalikan dalam tiga hari lantaran digunakan untuk membayar barang yang dibeli lewat saya.
Apa yang terjadi, Fulan tidak bisa tepati janji. Saya sudah bilang pada teman saya bahwa barang sudah jadi. Kita sudah bayar 50%. Separuhnya lagi ditunggu. Lantaran keterlambatan ini, semua orang jadi kena getahnya.
Teman saya bilang, dia bersedia memberikan hutang pada temannya si Fulan, karena Fulan pernah melakukan hal yang sama dan ditepati. Oleh sebab itu kali ini tidak keberatan. Ternyata, kali ini meleset.
Makanya, untuk kebutuhan mendesak, kalau tidak punya cadangan, hemat saya, harus berani berkata 'Tidak' saat memberi hutang, kepada siapapun. Resikonya memang, kita bisa dicap pelit, tega, tidak mau membantu teman dan lain-lain.
Biarkan saja tidak masalah. Karena akibatnya bisa jauh lebih parah seperti pengalaman di atas. Yang menderita lebih banyak jika kita tidak tegas. Â
Lihat Kemampuan Penghutang