Jadi, tidak ada alasan bahwa perawatan di daerah atau yang dekat tempat wisata akan makin mahal. Justru sebaliknya. Pengobatan dan perawatan di tempat-tempat terpencil atau daerah wisata, akan makin murah dan hemat Â
Â
Back to Nature
Kembali ke alam semua hanya dominasi orang-orang kaya. Kini semua kalangan, semua lapisan masyarakat membutuhkan rekreasi. Guna menuju tempat rekreasi, tidak lagi sepert dulu yang harus menempuh waktu berjam-jam. Saat ini, di Kecamatan Tumpang (Kabupaten Malang) saja misalnya , terdapat sekitar 10 air terjun tempat wisata.
Dari pusat kota kecil Tumpang, hanya berjarak sekitar 10 km paling jauh. Sementara kalau ke RS di Malang, butuh 25 km. Sedangkan di RS daerah di Tumpang, kapasitas minim dan sangat terbatas.
Dengan mendirikan RS wisata di dekat tempat-tempat rekreasi, banyak yang terbantukan. Bukan hanya pasien dan keluarga. Masyarakat setempat juga terbantukan ekonominya. Mereka bisa jualan makanan, tarnsportasi juga laku, bisnis secara umum terdongkrak.
Kembali ke alam adalah impian banyak orang di era mileneal saat ini. Kita butuh udara segar, suasana pemandangan alami, sejuk dan menyegarkan. Berobat dan istirahat di daerah pedesaan, membantu proses penyembuhan makin cepat, akses lebih mudah dan lebih murah. Â
Sumber Daya Manusia
Lulusan pendidikan keparawatan yang mampu ditampung oleh Pemerintah hanya 15% dari 42.000 lulusan per tahun. Dengan digalakkan Medical Tourism, akan membantu terserapnya tenaga kerja profesi kesehatan. Bidan, perawat, fisioterapi, gizi, radiologi, laboratorium dan juga dokter. Semuanya terbantukan.
Oleh karena itu, kita tidak akan kekurangan SDM bilamana sektor ini dibuka. Justru akan memperkaya khasanah ilmu pengobatan dan keperawatan. Khususnya yang bersifat tradisional. Kita mestinya bisa kembangkan model pengobatan tradisional pula pada saat yang sama. Seperti yang teradi di Thailand, China dan India.
Mereka bukan hanya mengembangkan kedokteran dan keperawatan konvensional, namun yang tradisional juga mendapatkan perhatian. Dengan demikian akan terjadi persaingan yang sehat dari kedua disiplin ilmu ini.
Harus diakui bahwa tidak semua orang suka pengobatan konvensioanal. Sebaliknya tidak sedikit yang milih cara-cara tradisional.Â
Kedua-duanya perlu mendapatkan kedudukan yang proporsional di bawah naungan Kementrian Kesehatan. Bagaimanapun dalam sejarahnya Indonesia pernah kaya akan cara-cara pengobatan dan keperawatan tradisional ini.
Sayangnya metode ini tidak berkembang subur seperti Jamu Jago, Jamu Nyonya Meneer atau Jamu Sido Muncul. SDM pengobatan dan keperawatan tradisional ke depan akan terancam punah jika cara berfikir kita hanya berorentasi pada teknik kedokteran moderen.