Belum lagi tas, sepatu, sandal dan aneka asesori lainnya. Hand phone (HP) sangat menyolok. Seolah HP adalah bagian dari penampilan. Ganti-ganti HP menjadi gaya hidup. Yang agak sedikit 'gila' lagi, adalah mobil.
Kata Mamak saya, di jajaran guru, banyak staf yang baru saja diangkat, berstatus sebagai PNS, sudah ramai ditawari hutang oleh bank. Ada yang Cash berbentuk uang, ada yang mobil.Â
Dengan pangkat golongan IIIA, Penata Muda, pikirnya dengan tampil keren akan membuat rasa percaya diri dan harga diri meningkat. Mereka tidak sadar, bahwa keinginan seperti ini tidak realistic. Masih banyak kebutuhan yang mestinya mendapatkan prioritas.
Sayangnya, pengaruh pergaulan di kantor, kolega, kerabat, bahkan kelompok pengajian, terkadang sangat kuat. Iman yang tidak tabah ini, jadi tergoda. Akibatnya, kita mulai ambil cicilan-cicilan yang kelihatan nominalnya kecil di awal.Â
Ambil jilbab 3 kali angsuran seharga Rp 50.000 padahal kontannya Rp 75.000. Ambil baju seharga Rp 400 ribu, padahal kontannya Rp 173.000. Hingga ambil mobil yang kontannya Rp 100 juta, tapi karena ngangsur di bank, jatuhnya berkitar Rp 135 juta. Saat ditotal akhir bulan, jumlah cicilan bisa mencapai 50% dari gaji. Nah!!! Â
Tetangga punya mobil, badan kita mriyang. Teman punya HP baru, kita pusing. Kerabat mengenakan pakaian model terkini, tubuh ini mulai gerah.Â
Jadinya, hidup tidak tenang hanya karena melihat orang lain yang hidupnya happy, serba ada dan kelihatan tidak pernah kekurangan. Padahal aslinya ngempet, karena di awal bulan pusing mikirin bagaimana mengatur cicilan dan pengeluaran lannya.
Akhirnya, penghasilan yang mestinya cukup untuk sebulan, pada tanggal 10 sudah mulai klepak-klepak, karena tinggal sisa-sisa saja.Â
Sementara, beberapa undangan harus dihadiri, ada selamatan keluarga, membeli bensin, service motor, bayar air listrik, keperluan pemeliharaan rumah yang tampak sepele, semua butuh dana lumayan besar. Belum lagi jika sakit medadak. Dari mana uang didapat? Â Â Â
Itulah kondisi konsumtif yang banyak menyerang masyarakat kita. Gaji masih UMR, ingin tampilnya kayak anggota DPR. Kalau ada dan cukup sih tidak masalah. Persoalannya, pemasukan dan pengeluaran ini tidak imbang. Lebih besar pasak dari pada tiang. Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!