Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kunci Keberhasilannya: Konsisten

22 Juli 2020   20:50 Diperbarui: 22 Juli 2020   20:46 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: indo.amuslima.com

Dalam perjalanan dari Kecamatan Purwosari-Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, balik ke rumah di Singosari pekan lalu, kami melewati Pasar Lawang. Jarak Purwosari ke Singosari kira-kira 25 km. Di Lawang, kami mampir minum Es, di sebuah kedai ukuran menengah, bernama unik: "Mungil". 

Ada beragaram makanan, snack dan minuman yang dijajakan. Kami selalu mampir ke sana jika lewat. Saya suka Es Campur, Es Apokat, Es Buah dan Tahu Bumbu nya.

Ukuran warungnya sekitar 8x10 meteran. Terletak di pusat kota kecil, memiliki daya tarik tersendiri. Saya lihat ada dua Warung Mungil di pusat Pasar Lawang. Yang satu lagi terletak tidak jauh, sekitar 200 meter dari "Head Office" atau Warung Utamanya. Yang satu itu terletak di dekat Hotel Niagara.

Saya lumayan familiar dengan kota Malang, beberapa kecamatan yang sering kami lewati. Termasuk pusat-pusat Kuliner ini. Warung Mungil sangat dikenal di Lawang dan sekitarnya. 

Selain Es Mungil nya yang terkenal, mereka punya produk unggulan seperti Onde-Onde, Keripik Tempe, Keripik Singkong, Nangka dan Apel dengan Trade Mark "Mungil".

Di Singosari, di daerah Randuagung, juga terdapat cabangya. Ada satu lagi di dalam kota Malang, di Jalan Letjen Suparman dan di kota wisata Batu Kalau tidak salah semuanya ada 5 warung termasuk pusatnya. 

Saya dengar mereka mulai merintis bisnis ini sejak akhir tahun 1970-an. Waktu itu hanya berupa kedai kecil di pinggiran Pasar Lawang sebelah utara. Dari dulu, yang dijual sama: Es Mungil, makanan ringan (Snack) dan makanan utama seperti Ikan goreng, Gado-gado, Tahu Bumbu. Tidak lebih dari itu.

Ada satu hal yang mengusik pikiran saya terkait keberhasilan Mungil ini dalam berbisnis.  Kalau saya amati, pertama produk yang dijual sama atau mirip-mirip lah (Focus). Kedua, tempat jualan di situ saja tidak pindah-pindah (Place). 

Ketiga, target pasarnya jelas. Yang keempat, harganya terjangkau (affordable). Dan yang kelima, dilakukannya terus menerus (Continously). Lima hal ini jika saya rangkum dalam sebuah kesimpulan, bernama "Konsistensi".  

Source: indo.amuslima.com
Source: indo.amuslima.com
Focus

Menurut Oxford Dictionary, 'Focus' berarti 'pay particular attention to' atau memberikan perhatian pada. Dengan kata lain, mereka jualan tidak banyak macam. Mungil tidak jualan macem-macem. Tidak campur aduk. Hanya Es, snack dan makanan khas buatan mereka.

Dalam jangka waktu lama, dalam artian professional, fokus pada produk inilah yang membuat Mungil jadi spesialis. Namanya spesialis itu pasti ahlinya. Dalam bentu kue, itu pasti enak. 

Kelemahannya, orang tidak bisa mendapatkan produk lainnya. Hal ini yang membedakan dengan supermarket. Orang akhirnya mengenal Es Mungil karena mereka ahlinya.

Namun demikian, produk yang kita jual tidak harus dalam bentuk Es Campur, atau barang. Bisa berupa jasa, misalnya pelatihan, kursus, perkuliahan per materi, dan lain-lain.

Place

Warung Mungil ini unik, tidak pindah-pindah. Sehingga orang gampang mencarinya. Kekurangannya, kalau kita nyewa atau kontrak bagaimana? Makanya harus ada backup system. Yakni usahakan bisa Online. Dengan demikian pelanggan tahu pergerakan fisik, in case kita pindah.

Masalah tempat ini meskipun penting pada tahap awal, tidak begitu besar perannya di masa depan. Pelanggan jika sudah fanatic dengan produk, mereka akan cari, meskipun jaraknya jauh. Itulah yang terjadi pada Warung Mungil.

Mereka sudah buka cabang di beberapa tempat dan memperkenalkan kepada pelanggannya. Dengan demikian Mungil yakin semakin dekat dengan pelanggan. Survei lokasi pelanggan sangat berperan di sini. Warung Mungil punya cabang di lokasi-lokasi yang sangat strategis di semua 4 tempat yang pernah saya lihat. Mirip model Franchise lah.

Kunci yang perlu diperhatikan di sini adalah kualitas produk harus dipastikan punya "Resep" yang sama. Jangan beda tempat, beda rasa. Pelanggan akan pada lari. Mungil memegang prinsip tersebut.

Target

Warung Mungil sangat tahu persis kemauan pasar. Orang Lawang, Malang, Singosari dan Batu sekitarya, sangat suka minum Es Campur. Meskipun musim Hujan, mereka minum Es Campur dan sejenisnya. Mirip orang Aceh yang suka Mie Aceh.

Tapi di Malang, ada saingannya, yakni Bakso. Walaupun Mungil juga jualan Bakso, namun bukan  produk unggulan. Karena itu, Bakso Mungi kurang begitu dikenal. Bisa saja enak dan lezat Baksonya. Tetapi karena terlanjur "Branding" nya beda, Es Campur Mungil ini berpengaruh besar pada mentalitas customer.

Affordable (Harga Terjangkau)

Harga Es Campur di Mungil tidak murah, tidak juga mahal. Karena rasa, aroma dan kualitas yang terjaga, membuat pelanggan jadi setia. Bayangkan, Mungil sudah berdiri lebih dari 40 tahun. Rumus Es Campur nya itu-itu saja. Tetapi karena khas, termasuk harga yang terjangkau, bikin pelanggan lengket.

Resep ini manjur untuk pengusaha pemula. Dengan memasang harga yang terjangkau, berkualitas secara umum, akan maraup daya tarik tersendiri. Harga yang terjangkau ini yang banyak diminati orang kita. Orang kita kadang tidak melihat kualitas. Mereka perhatikan harganya dulu, baru kualitas barang. Jika cocok, mereka beli.

Oleh sebab itu, penting menaruh harga barang sejelas-jelasnya pada barang atau jasa yang kita jual. Warung Mungil meletakkan gambar-gambar aneka Es Campur beserta harganya, dalam sebuah poster besar berwarna dengan sorotan lampu tajam.

Daftar Harga Makanan. Source: Rachmia.blogspot.com
Daftar Harga Makanan. Source: Rachmia.blogspot.com
Continuously (terus menerus)

Mendengar kisah perjalanan Warung Mungil, saya jadi terkesima. Takjub. Hanya jualan Es Campur, bisa kaya banget. Yang bikin saya gak tahan itu, lamanya. Masak sampai 40 tahun? Lama banget. Hanya orang-orang yang serius, menyintai bisnis, tekun, sabar dan memiliki tingkat kedisiplinan tinggi yang mampu melakukannya.

Saya tahu ini tidak gampang. Tetapi setiap orang pada dasarnya bisa melakukan. Jualan atau bisnis apa saja tidak bisa sukses hanya dalam sekejab.

Nulis artikel ini saja, saya butuh waktu, tenaga, fikiran, laptop, keseriusan, minat, ilmu, juga keterampilan. Kalau tulisan ini ingin dibaca banyak orang, saya harus tahu selera pembaca. Tahu waktu. Tahu sususan kata serta perbendaharaan dan pilihan kata-katanya. Nulis ternyata tidak gampang, kecuali asal nulis update status di medsos.

Kesimpulannya, tidak ada bisnis yang instant. Sambil minum Es Campur Mungil yang segar, saya mendapatkan ilmu yang sangat berharga. "Konsistensi" itulah intinya. Insyaallah, saya bisa merealisasikannya agar tercapai kebahagiaan. Sebagaimana yang dikatakan Mahatma Gandhi,: "Happiness is when what you think, what you say, and what you do, are in harmony
."

Malang, 22 July 2020
Ridha Afzal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun