Keperawatan dipandang sangat unik dan menjanjikan walaupun penuh tantangan. Seminar dan workshop ada di mana-mana. Topik yang laris dibicarakan adalah STR, MEA, area praktik, regulasi dan kiprah perawat era global.
Era Kelima
Sesudah tahun 2015, kita mulai masuk era baru. Di era ini jenjang pendidikan doctoral mulai menyebar. Banyak perawat pintar yang berhasil mengantisipasi perubahan era-era keperawatan ini. Lahir doktor dan profesor keperawatan. Tidak sedikit perawat yang bingung bagaimana harus menyikapinya. Perawat banyak yang tergerak menyelami pendidikan non-keperawatan, seperti pendidikan umum, hokum, computer, akupuntur, obat-obat tradisional, dll.
Di era ini perawat semakin 'berani' mengambil sikap guna menentukan nasibnya. Ribuan pula yang 'keluar dari profesi', ganti profesi lain. Jadi perawat dirasakan cukup berbelit prosedurnya. Prosedur perolehan STR paling banyak dijadikan alasan susahnya mencari kerja pada era pasca UU Keperawatan ini. Â Ini kita rasakan hingga kini masih ada.
Kesimpulan
Mungkin sangat subyektik. Namun kalau ditanya Masa Emas Keperawatan Indonesia adalah di zaman SPK, tahun 1980-1990-an. Meski pendidikan rendah, lulusannya menikmati semua area praktis (perawatan Bedah, Dalam, Anak, Jiwa, Obstetri dan community health nursing). Sekolah gratis, hanya berbekal ijazah SMP, gampang mencari kerja, jadi PNS tidak rebutan, akses ke luar negeri gampang, hingga melanjutkan karir pun nyaris tanpa halangan.
Kapan kita meraih zaman keemasan lagi? Akan bergantung kepada pemegang kebijakan negeri ini dan perjuangan orang-orang pintar dalam profesi di masa yang akan datang.
Malang, Â 22 July 2020
Ridha Afzal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H