Walaupun 'bisa' secara individual, namun bidan tidak disebut memiliki kewenangan secara professional di bidang keperawatan. Karena itu wajar, jika di manapun di rumah sakit, klinik, balai kesehatan, ketika ada pasien baru, yang mereka cari atau tanyakan adalah perawat. "Mana perawatnya?" Bukan "Mana bidan nya?"
Maraknya program akreditasi akhir-akhir ini membuat bidan banyak yang 'bingung'. Mereka menghadapi situasi yang dilematis. Dalam proses penilaian akreditasi dan sertifikasi baik di rumah sakit, klinik dan balai kesehatan, bidan harus berada di dalam bangsal 'kebidanan' sesuai ijazahnya. Akibatnya, ribuan bidan yang bekerja di klinik, perawatan anak, ICU, Kamar Operasi, IGD, bayi dan lain-lain terancam 'kehilangan pekerjaan'.Â
Padahal mereka sudah bekerja ada yang lebih dari 10 tahu di sana. Bidan dianggap tidak bekerja sesuai kompetensinya. Pihak rumah sakit tidak punya pilihan. Akhirnya ada yang ditempatkan di area yang tidak sesuai harapan bidan. Ada yang di administrasi, laundry atau bagian sterilisasi instrument.
Permintaan tenaga kesehatan dari luar negeri, rata-rata perawat. Bukan bidan. Sekalipun bidan di Indonesia bisa mengerjakan tugas keperawatan, namun karena ijazahnya tertulis 'Bidan', maka ditolak. Akibatnya, para Bidan yang ingin kerja di luar negeri (Jerman, Belanda, Jepang, Saudi Arabia, Kuwait, Qatar, UAE,dll) ini mengalami kesulitan besar dalam perolehan kerja di mancanegara.
Masalah lain, sejumlah kampus memiliki program pasca sarjana, jurusan Ilmu Keperawatan Maternitas. Disipplin ilmu ini merupakan bagian dari Ilmu Keperawatan spesialisasi. Maternitas mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan 'mother', ibu, kebidanan. Bukan bayi dan anak. Bayi dan Anak ada spesialisasinya tersendiri.
Munculnya jenjang pendidikan spesialisasi ini otomatis mejadi 'saingan Bidan'. Semua orang tahu Bidan hanya punya keterampilan satu area. Sedangkan perawat maternitas jauh lebih luas area kerjanya. Perawat Materinitas bisa bekerja di mana saja termasuk Kamar Bersalin, Ginekologi, bayi, anak, OK, dan lain-lain.
Sementara Bidan hanya di Ruang Bersalin dan Ginekologi atau klinik kebidanan.Bidang boleh jadi mengklaim area kompetensinya mencakup Bayi, Anak, penyakit kandungan, imunisasi, KB dan sejenisnya.Â
Ilmu yang sama dipelajari bahkan di keperawatan umum. Tidak terkecuali keperawatan maternitas ini. Lulusan Keperawatan Maternitas yang membuka praktik, area praktiknya jauh lebih besar ketimbang kebidanan.
Harus diakui pula, area disiplin 'keilmuan' kebidanan hanya sebatas panggul. Bahkan tidak sampai ke lutut. Dalam dunia kedokteran, mempelajari ilmu ini disebut 'spesialisasi'. Progam spesialisasi itu seharusnya dimulai dari program umum.
Program kebidanan jika dimulai dari keperawatan umum sudah sepatutnya disebut pendidikan keperawatan. Karena Profesi yang hanya mengurusi 'panggul' dan organ yang ada di dalamnya, dalam sudut pandang ilmu keperawatan, harus memahami konsep secara keperawatan keseluruhan tubuh manusia, baru merawat panggul dan isinya.