Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Perawat dan Dokter Perokok Tidak Berhenti Merokok kecuali Dicabut Registrasinya?

7 Juli 2020   06:50 Diperbarui: 7 Juli 2020   07:02 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Detikhealth.com

Sebuah penelitian yang dilakukan antara tahun 2008 hingga 2012 yang datanya dianalisa dari National Health Intervew Survey, ditemukan bahwa 16% dari 19 juta petugas kesehatan di sector kesehatan dilaporkan merokok (ISHN, 2016). 

Di Filipina, dalam sebuah artikel berjudul 'Which Heathcare Workers are most likely to smoke tobacco', sebuah hasil penelitian yang dimuat dalam News Medical, ditemukan 28% dokter adalah perokok dan 40% perokok adalah surgeons (beckershospitalreview). 

Di USA, dari 35 juta orang dewasa, termasuk sekitar 7% Registered Nurses (RNs) dan Licensed Practica Nurses (LPNs) (Campaign for Action, 2017).

Di Yogyakarta, sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 di 3 Fakultas Kedokteran, menunjukka rata-rata 25% calon dokter berstatus sebagai perokok aktif dan didominasi oleh laki-laki. Hampir 50% mahasiswa di kampus tersebut mengaku pernah sekali merokok. Penelitian yang melibatkan 2.192 mahasiswa tersebut dilakukan di Universitas Gajahmada, Muhammadiyah Islam Indonesia dan Muhammadyah Yogyakarta (detikhealth, 2012).

Dalam jurnal berjudul Health Locus of Control pada Perawat yang Merokok dan yang Tidak Merokok (Jayanti & Rahmatika, 2019), disebutkan bahwa 65% perawat merokok aktif. Di Jambi, 94% tenaga kesehatan laki-laki termasuk perawat merokok (Daroji, Prabandari & Paramastri, 2011). Menurut Pramudiarja, dibandingkan dengan profesi kesehatan lain yang ada di rumah sakit, perawat perokok memiliki prosentase yang lebih tinggi, yakni 35% (Pramudiarja, 2012).  

WHO menyebutkan lebih dari 70.000 artikel ilmiah membuktikan bahwa masyarakat sudah mengerti tentang bahaya merokok, karena setiap bungkus rokok ada peringatan 'merokok membunuhmu'. Rokok berbahaya dan dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi serta gangguan kehamilan dan janin. 

Di Indonesia jumlah perokok secara nasional mencapai angka 29.2% (Riskesdas, 2007). Provinsi terbanyak adalah Lampung (34%). Sedangkan konsumen terbanyak adalah Aceh dengan rata-rata per hari mencapai 18.5 batang (Hadi, 2013, Jurnal Skala Hsada Vol.10.No.1).  

Menurut sebuah penelitian, professional kesehatan yang berstatus sebagai perokok, cenderung jarang menasehati pasiennya untuk berhenti merokok, kata Prof. Michael Erikson dari World Lung Foundation dalam peluncuran bukunya The Tobacco Atlas 4th Edition (21.03.2012).
Siapa yang peduli?

Sepanjang pabrik-pabrik rokok tetap buka, penjual rokok ada di mana-mana, public juga tidak peduli, organisasi hanya sebatas tulisan melarang, sekolah-sekolah hanya mengajarkan teori, dan orangtua bahkan melegitimasi, kebiasaan merokok tidak akan pernah punah pada petugas kesehatan.

Saya pribadi pesimis segala himbauan, larangan, aturan dan regulasi akan efektif bagi petugas kesehatan. Kecuali setiap individu dari mereka, khususnya perawat dan dokter sebagai profesi kesehatan terbesar di antara tenaga kesehatan sepakat, bahwa jika merokok, dicopot status registrasinya. Dijamin, mereka pasti akan berhenti merokok.


Siapa berani menyusun regulasinya?

Malang, 7 July 2020
Ridha Afzal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun