Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Barang Mahal Berharga Murah, Jangan Beli!

30 Juni 2020   18:47 Diperbarui: 30 Juni 2020   18:50 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurang lebih 5 menit saya menunggu, barang sudah selesai 'direparasi'. Katanya, tidak ada masalah dengan HP saya. Customer service nya bilang. free of charge, gratis. Saya semula agak heran. Belinya di Aceh, layanan service di Malang, tapi digratiskan. Padahal tadinya saya fikir minimal harus bayar biaya service atau jasa layanan, biasanya berkisar Rp 50 ribu sampai Rp 75 ribu.


Sebagai pelanggan, saya sangat puas. Padahal, betapapun harus bayar, saya bersedia.

HP saya bukan produk mahal, tetapi lumayan, di atas standard mahasiswa lah. Untuk ukuran kantong, harganya bisa dua kali gaji yang saya terima sebagai pemula. Guna membelinya, saya butuh rencana keuangan dan waktu beberapa bulan. HP ini 'nilainya' mahal bagi saya.  

Saya membeli produknya bukan untuk gaya-gayaan. Saya membeli sesuai kebutuhan, tahan lama, dan berkualitas (terkini dan memiliki aplikasi sesuai kebutuhan zaman). Tiga syarat ini saya kedepankan. 

Biasanya, produk-produk begini memberikan jaminan service. Makanya saya suka. Membeli produk elektronik, saya suka yang begini ini.  


*****  

Untuk kebutuhan rumah tangga umum, misalnya alat-alat dapur atau kebutuhan bangunan, pertukangan, saya punya selera sendiri. Cat misalnya, saya lebih suka yang berkualitas meski harganya sedikit lebih mahal. Masalahnya, cat-cat yang murah, selain hasil tidak maksimal, kadang bikin jengkel.

Demikian pula untuk kebutuhan alat-alat pertukangan. Bukan karena apa sih. Tapi produk-produk murah tidak jarang menjengkelkan juga. Mulai dari yang mudah karatan, gampang rusak, mudah patah, hingga tidak tahan lama.

Pisau saja misalnya, pasti beda lah yang buatan Jerman dengan China. Saya milih yang baik bukan karena kebanyakan uang, tetapi barang yang bagus kualitasnya, tahan lama dan kuat, memberikan kepuasan dan hasil yang baik serta investasi.

Dengan begitu, kita tidak perlu sering membeli. Tidak sedikit orang yang cari barang yang harganya murah meriah. Namun karena sering rusak, kualitas rendah, kadang mereka harus membeli berkali-kali barang yang sama. Bukankah ini pemborosan?

*****
Soal pakaian juga demikian. Selera saya bukan selera artis. Tetapi tetap punya pilihan. Ada yang untuk kepentingan pertemuan resmi, rekreasi, ngantor atau di rumah. Untuk kepentingan yang tahan lama, saya suka yang sedikit berkualitas. Biasanya bahan nya beda. Agak mahal tapi gak luntur, jahitan kuat serta dari bahan yang 'halus'. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun