Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Profesi Serba Bisa itu Bernama "Perawat"

28 Juni 2020   19:45 Diperbarui: 28 Juni 2020   19:46 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal, tahukah Anda, di tengah kondisi di mana kesejahteraan yang belum berpihak kepada perawat ini, perawat merupakan tulang punggung tatanan layanan kesehatan yang beban pekerjaanya paling berat?

Di berbagai tempat pusat layanan kesehatan, kalaupun tidak ada siapa-siapa, biasanya yang ada hanyalah perawat. 

Pusat layanan kesehatan yang paling parah pun karena minimnya tenaga dan tidak ada dana untuk membayar karyawan atau petugas kesehatan lain, biasanya hanya perawat lah yang bersedia bekerja.  

Perawat yang menerima pasien di pintu depan, meregistrasi, memeriksa, memberi obat (khususnya jika tidak ada dokter), kemudian yang merawat, memberi makan, menghubungi keluarga (jika pasien tidak ada yang menemani), memenuhi kebutuhan personal hygiene, mengobservasi sehari penuh, memberi injeksi, infus, kateter, sonde, membersihkan luka, membersihkan alat, mencatat perkembangan, hingga melaporkan kondisi pasien. 

Demikian seterusnya sampai pasien pulang. Belum lagi urusan administrasi bangsal, alat kantor, perlengkapan medis, ngecek obat, urusan alat tenun, dan sebagainya.

Lebih dari 600 lembaga pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia. Rata-rata perawat yang dihasilkan per tahun lebih dari 42.000. Ketidak-mampuan Pemerintah mengangkat mereka menjadi PNS menjadikan kita di atas kertas kekurangan perawat. Kita belum mampu membayar mereka yang akibatnya kualitas layanan  menurun.

Jangankan di luar Jawa, di Sampang Madura saja, Dinas Kesehatan mengaku kekurangan perawat (Radar Madura.Jawa Pos 16 Jan.2020). Seja lima tahun lalu, Puskesmas Kintamani kelabakan (Tribun Bali, Oktober 2019), Puskesmas Cirebon masih kekurangan tenaga kesehatan (Fajarsatu.com, 16 Mei, 2020). Demikian contoh kekurangan tenaga perawat di tengah menumpuknya lulusan mereka. Peribahasanya, ayam mati ditengah lumbung padi.

Jadi, sebenarnya kita bukannya kekurangan tenaga perawat. Tetapi manajemen negara yang belum maksimal dalam memberdayakan. Selain, negara belum punya dana cukup untuk membayar gaji mereka secara layak.

Akibatnya seperti ini. Rasio perawat-pasien yang tidak seimbang menyebabkan perawat banyak melakukan tugas-tugas yang non-keperawatan. Semua pekerjaan di rumah sakit banyak yang dirangkap oleh perawat. Cleaner tidak ada, perawat yang bersih-bersih. Petugas administrasi absen, perawat yang nggantikan pegang kertas dan computer. 

Dokter tidak datang, cukup telepon, perawat yang ngerjakan pengobatan. Apoteker tidak ada, perawat yang ngatur obat dan cairan. Ahli gizi tidak datang, perawat yang ngatur menu. Fisioterapi absen, perawat yang melatih. Petugas Rontgen minim, perawat ditempatkan di XRay. Hingga Satpam, teknisi, serta urusan TV atau teknisi listrik, eh....perawat diminta pasien untuk ganti lampu yang mati.

Inilah contoh tidak becusnya organisasi dengan pemilikan job deskripsi pegawai yang jelas. Ketidakseimbangan ini menyebabkan perawat banyak yang tidak puas dengan pekerjaannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun