Hari ini saya sedih membaca sebuah berita di CNN Indonesia. 'Polisi tengah memeriksa tiga orang saksi terkait penganiayaan terhadap perawat yang bertugas mengurus jenazah pasien Covid-19 yang terinfeksi Virus Corona.Â
Jomina Orno, perawat yang dianiaya, yang mengurus jasad pasien Covid-19 yang meninggal di RSUD Haussy, Ambon, Maluku, membuat laporan polisi terkait tidakan penganiayaan pada Jumat (26/6) sekitar pukul 13.00 WIT.'
Jomina Orno diduga dianiaya tiga orang anggota keluarga pasien yang meninggal (Hasan), setelah menolak permintaan keluarga. Keluarga meminta agar Hasan dimakamkan tanpa protocol kesehatan di taman pemakaman khusus khusus Corona di desa Hunut, Teluk Ambon, Maluku. Â
Keluarga menyatakan Hasan meninggal bukan akibat Covid-19, sehingga mereka bersikeras jenazahnya harus dibawa pulang ke rumah duka. Namun, RS tetap mengubur Hasan dengan menggunakan protok kesehatan.
Pada hari Jumat (26/6) sore, Hasan pasien yang meninggal tersebut dinyatakan positif terinfeksi Corona, meninggal dunia di RSUD.
Kasus di atas menunjukkan contoh system yang perlu dibenahi dalam penanganan pasien yang meninggal. Seharusnya ada alur yang jelas bagaimana keluarga bisa mendapatkan penjelasan terkait penyebab kematian, siapa yang menjelaskan, kapan, di mana, serta bagaimana menjelaskannya.Â
Termasuk penggunaan dokumen-dokumen yang harus ditanda-tangani atau diketahui oleh baik pihak keluarga ataupun rumah sakit. Agar tidak terkesan, semuanya dilakukan perawat.
Kasus di atas merupakan bukti tidak beresnya system, di mana seorang petugas kesehatan (dalam hal ini kebetulan perawat) yang jadi kurban. Jika ada system yang jelas, akan bisa dihindari kasus seperti ini, jika sistemnya bagus. Sayangnya, dalam banyak kasus, perawat, sebagai pasukan kesehatan di garda terdepan harus memikul risiko ini.
Â
Kita punya contoh lainnya. Pada tanggal 10 April 2020, jenazah perawat ditolak (Perawat RSUD Kariadi Semarang) di pemakaman umum Sewakul Ungaran (Merdeka.com). Perawat di Semarang ini tida sendirian. Masih ada beberapa kasus di mana perawat meninggal ditolak oleh warga pemakamannya.Â
Belum lagi nasib Perawat hamil yang meninggal di Surabaya, karena Covid-19 (Tribunnews.com) (24/6). Masih banyak lagi kisah pilu perawat yang tidak mendapatkan perlakukan proporsional dan tidak mendapatkan keadilan.
Sekali lagi, kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Sistem kita lah yang sebenarnya yang menjadi penyebab semua ini mengapa bisa terjadi.