Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menelusuri Batas Umur Orang Sukses

21 Juni 2020   06:45 Diperbarui: 21 Juni 2020   06:56 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Akhir Fakhruddin (kanan). Personal Collection 

Entah bagaimana awal sepak terjangnya. Mas Akhir akhirnya bisa kerja di luar negeri. Tentu dengan usaha yang tidak ringan. Harus nabrak sana-sini guna menutup dana yang dibutuhkan sebagai sangu ke sana.

Kerja di Saudi Arabia sebagai perawat, tidak gampang. Dengan penghasilan yang boleh dikata pas-pasan untuk ukuran perawat pemula di negeri orang, mas Akhir mencoba bertahan dan membantu Ibu serta seluruh keluarganya.

Akhir Fakhruddin (kanan). Personal Collection 
Akhir Fakhruddin (kanan). Personal Collection 

Dari catatan-catatannya, mas Akhir yang rajin nulis juga di Kompasiana, perjuangan hidupnya cukup berat. Tetapi dia mampu bertahan. Menjadi karyawan terbaik, sempat dihaji-umrah-kan oleh koleganya, seorang dokter, yang membantunya. Padahal waktu itu statusnya masih sebagai karyawan yunior. Artinya belum boleh untuk kesana-kesini, termasuk hak menunaikan Haji dan Umrah. Alhamdulillah dia dapatkan semua.

Mas Akhir bilang, sewaktu pulang ke Tanah Air, setelah tiga tahun di negeri orang, memang ada sedikit tabungan untuk oleh-oleh Ibu dan keluarganya. Tentu saja tidak cukup kalau untuk menutupi biaya kuliah. Dia ingin menyelesaikan S1 nya di Jakarta. Akan tetapi hal ini tidak menghalanginya untuk berjuang melanjutkan kuliah lagi. dengan satu tekad: apapun keadaannya, dia harus tetap maju.

Dengan sambil kerja di sana sini, malang melintang hidup di Jakarta, mas Akhir melanjutkan kuliahnya hingga selesai. Prinsip hidup yang membuat saya salut adalah ketekunan, kesederhanaan pribadi, serta konsistensi dengan cita-citanya. Itu, menurut saya ukuran kesuksesan seseorang.

Ketiga, menempuh pendidikan di manapun.
Sebagai manusia, ijazah itu penting. Namun ada yang jauh lebih penting daripada sekedar selembar ijazah, yakni pendidikan. Esensi pendidikan adalah belajar. Belajar itu wajib. Karena belajar inilah yang membedakan antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Manusia yang cerdas tidak pandang waktu, tempat dan keadaan dalam menempuh proses belajarnya. Jika sudah sampai pada tahapan ini, saya mengatakan: sukses.

Saya mengenal seorang perawat senior asal dan asli Papua. Namanya Bapak Isak Tukayo. Beliau menyelesaikan program S3 nya dari Unhas Makassar. Pasca Sarjana ditempuh di Inggris. S1 di UI Jakarta. Program akademinya di Japapura. Saat ini memang usia beliau tidak lagi muda. Akan tetapi pembelajaran yang saya dapatkan adalah, beliau tidak pernah berhenti belajar. Di manapun, kapanpun dan bagaimanapun.

Karir beliau dirintis mulai dari bawah di Jayapura. Waktu itu tahun 1980-an belum selengkap sekarang fasilitasnya. Dengan berbagai keterbatasan, nyatanya tidak menghalangi beliau untuk terus maju. Beliau merupakan salah satu generasi lulusan S1 Keperawatan pertama asal Papua di Universitas Indonesia. Meraih gelar doctor kedua untuk profesi yang sama di provinsi Papua. Sosok seperti beliau patut jadi contoh dan kebanggaan daerah asalnya.

Pada intinya, tiga contoh orang yang berhasil di atas bisa dijadikan sebagai referensi keberhasilan. Saya tidak melihat adanya relevansi antara umur dan kesuksesan. Mau di awal 20-an atau akhir 60-an tidak masalah.

Sukses tidak harus dipaksakan karena kemampuan dan potensi individual manusia itu tidak sama. Sukses bisa berarti relatif, bukan absolut. Namun kesuksesan dalam kehidupan harus dicapai agar hidup ini dipenuhi dengan semangat dan dinamika. 

Malang, 21 June 2020
Ridha Afzal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun