Padahal istilah itu nyata milik orang lain. Tidak sedikit istilah-istilah lain yang kita jug berusaha mencari dalam Bahasa Indonesia, dengan alasan 'cinta Bahasa Indonesia'. Alasan ini, tidak mendidik.Â
Milik orang lain, harusnya diakui tetap sebagai milik orang lain. Biarlah begitu, sebagaimana aslinya. Kata 'Online', biar tetap 'Online' tidak perlu diterjemahkan. Inilah contoh sepele yang bikin kita repot, tidak maju dalam memahami 'hak cipta'.
Jadi bagaimana masa depan belajar, sekolah, ujian, pelatihan, wisuda hingga kerja online ini? Kita punya pekerjaan besar dalam mensosialisasikan konsep ini di masyarakat. Karena tidak semuanya bisa di-online-kan. Materi-materi pembelajaran pendidikan vokasi misalnya, tidak pas jika online.Â
Materinya lebih banyak butuh bimbingan dan arahan langsung dari tutor atau pembimbingnya. Terutama jika ada kaitan dengan problem solving. Makanya harus ada definisi yang jelas. Batasan yang jelas.
Materi pembelajaran seperti automobile, listrik, bangunan, tata boga, kesehatan, perhotelan dan lain-lain, berat jika online. Kecuali di jenjang pendidikan yang lebih tinggi misalnya pasca sarjana yang sudah mengantongi basic (dasar) nya. Sebagai contoh jurusan keperawatan. Di tingkat Diploma 3 sudah mempelajari dasar-dasar ilmu keperawatan.Â
Di Australia, lulusan program Diploma Keperawatan ini bisa ambil Online Learning untuk program sarjana atau S2 nya. Hanya saja masih terbatas jurusannya. Di kita, belum memiliki sistem ini.
Tantangan terbesar dalam menghadapi Online Learning ini adalah kesiapan mental kita. Kita belum memiliki kesamaan persepsi tentang kualitas online learning yang harusnya sejajar dengan on campus learning. Saat ini, kita 'dipaksa' untuk menerima kenyataan.Â
Mau atau tidak, setuju atau tidak, kita harus sadar akan kenyataan, bahwa lulusan pendidikan Online, sama kualitasnya dengan pendidikan normal sebelum adanya wabah Corona. Jika tidak, Bapak Menteri Pendidikan pasti 'marah'.
Ketidak-siapan kita menghadapi membudayanya kebutuhan online learning ini sebagai bukti perlunya jurusan Futuristic dalam kurikulum pendidikan kita.Â
Artinya, jurusan pendidikan yang ada hubungannya dengan masa depan. Ini penting, agar tidak kaget lagi jika menemui fenomena kehidupan yang mirip Corona ini, di waktu yang akan datang.
Malang, 19 June 2020
Ridha Afzal  Â