Beliau merupakan sosok pemimpin langka yang suka ronda malam. Memeriksa rakyatnya yang kelaparan, terdzalimi, butuh bantuan atau yang punya derita, yang mesti beliau selesaikan sebagai pemimpin negara.
Pernah pada suatu hari beliau memanggul sendiri sebuah karung, bahan makanan yang diambil dari Baitul Mal untuk diberikan kepada seorang janda. Janda tersebut sedang memasak batu untuk menghibur anak-anaknya yang sedang kelaparan, karena tidak punya apa-apa untuk dimakan. Umar datang, kemudian membantu memasak makanan untuk mereka pada malam itu.
Adakah pak Lurah, Camat, Bupati, Gubernur dan Presiden kita yang seperti Umar (RA)?
Namun Umar (RA) juga sangat disiplin mengontrol kerja staff nya. Terutama kekayaan mereka. Umar (RA) pernah memukul Abu Hurairah yang bertambah kaya setelah Umar menunjuknya sebagai Guberur. Padahal Abu Hurairah mendapatkan uang tersebut secara halal.Â
Umar bin Khattab yang saat itu sudah menguasai 1/3 bumi sebagai pemimpin besar, pakaiannya nampak seperti orang paling miskin di negerinya. Sungguh sulit ditiru sikap adilnya. Bahkan anak-anaknya berpakaian seperti orang melarat padahal saat Idul Fitri.
Pemimpin kedua yang juga terkenal adil dalam sejarah Islam adalah Umar bin Abdul Aziz. Khalifah yang berkuasa dari tahun 717-720. Terkenal sebagai sebutan Umar II. Beliau mengharamkan diri dan keluarganya untuk memakai fasilitas negara.Â
Suatu hari anaknya datang menemuinya ketika dia sedang memeriksa sesuatu di ruang kerjanya. Umar bertanya,: "Pembicaraan untuk kaum muslimin atau urusan pribadi?" Ketika anaknya menjawab urusan pribadi, Umar memadamkan lampu ruangannya. Umar mengatakan bahwa lampu tersebut minyaknya berasal dari uang negara.
Sedemikian besar kepedulia beliau terhadap harga sebuah keadilan, sehingga tiada bandingnya dalam sejarah manusia moderen. Â
Membandingkan penanganan kasus Novel Baswedan dengan kasus-kasus yang terjadi pada zaman Khalifah Umar bn Khattab kayaknya memang tidak pas. Munghukum itu mudah, tetapi memberi keadilan iu sulit.Â
Ketika keadilan tidak tegak, pertanda bahwa bangsa sedang berada di ambang kehancuran. Forum Keadilan di negeri masih ini dianggap sebagai 'jual beli perkara'. Sedih memang. Namun itulah kenyataannya. Â
Tegaknya keadilan sepertinya hanya ada dalam dongeng dan buku sejarah. Novel Baswedan adalah contoh korban. Sebagai warna negara yang berhak mendapatkan keadailan seadil-adilnya. Bukan seperti pungguk yang merindukan bulan.