Ada seorang rekan yang bilang kepada saya, sebelum kontrak kerjanya selesai setahun lagi saja, karena sikap supervisor ini membuat dia merencanakan bakal pindah.
Jadi hemat saya, besarnya penghasilan pegang peran sangat besar dalam persoalan kepuasan kerja. Akan tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah kenyamanan kerja itu sendiri. Sikap supervisor, rekan sesama kerja, manajemen dan lingkungan punya juga peran penting.Â
Teman-teman jarang membicarakan soal professional development program sebagai faktor yang mendukung kepuasan kerja. Padahal bagi saya, peran training, pelatihan, workshop, seminar dan sejenisnya, juga tidak kalah pentingnya agar karyawan betah.
Memang ada karyawan yang maunya hanya kerja, tidak mau mikir macam-macam. Namun tidak sedikit mereka yang ingin mendapatkan tambahan ilmu dan keterampilan sebagai bekal masa depan.Â
Bagi mereka, dunia profesi selalu berkembang sesuai tuntutan zaman. Ketiadaan pelatihan di tempat kerja menyebabkan kehidupan profesinal mereka terasa statis, mandeg. Makanya ada saja karyawan perusahaan yang mengundurkan diri karena sepinya pelatihan ini.
Oleh sebab itu para ahli kepuasan kerja (Job Satisfaction Expert) banyak yang memberikan masukan tentang sejumlah faktor yang mendukung kepuasan kerja ini.Â
Bukan hanya soal besaran gaji, akan tetapi juga kenyamanan non-financia lainnya seperti lingkungan, sikap, organizational culture, manajemen, sarana dan prasarana serta training and development program.Â
Dalam sebuah jurnal berjudul Kepuasan Kerja Karyawan (Pitasari dkk, 2018), menganalisa 22 jurnal dari tahun 2005-2017, disimpulkan terdapat 6 faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja antara lain: volume pekerjaan, manajemen, lingkungan kerja, kompensasi, promosi kerja serta pelatihan.
Memang, beda jenis pekerjaan, berbeda pula tingkat kepuasan kerjanya. Akan tetapi disepakati oleh para ahli, bahwa terdapat hubungan erat antara performa dan kepuasan kerja karyawan.Â
Locke (1976) menyatakan kepuasan karyawan adalah "a pleasurable or positive emotional state", atau suatu kondisi emosi yang positif dan menyenangkan.Â
Pendapat ini didukung oleh Indermun dan Bayat (2013), yang menyatakan bahwa kondisi tersebut berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Kepuasan angkatan kerja saat ini merupakan kunci keberhasilan organisasi.Â