Begitulah. Dalam organisasi PPK inilah kami akhirnya sering ketemu dalam berbagai kegiatan. Ngobrol, diskusi dan bicara tentang banyak hal. Dari persoalan pribadi, profesi hingga bisnis.Â
Ada tiga hal yang membuat kehidupan saya sebagai pribadi menjadi lebih baik sesudah bersahabat dengan Pak Nanang. Pertama, kehidupan beragamanya. Yang kedua kesederhanaan. Yang ketiga kejujuran. Â
Beliau aktif dalam kegiatan keagamaan, termasuk dalam wadah Masjid Indonesia di Reggae. Setiap kali ada kegiatan akbar, Pak Nanang, ayah dari empat orang anak, selalu hadir. Saya merasa tergerak untuk ikut serta berpartisipasi di dalamnya.Â
Seringkali malah bareng dalam satu mobil beliau. Beliau aktif dalam kegiatan sosial, mencarikan donasi bagi anak-anak yatim. Safari dakwah, belajar Bahasa Arab di Islamic Cultural Center (ICC) Kuwait, ketemu tokoh-tokoh dari Indonesia yang datang ke Kuwait seperti Dr. Hidayat Nur Wahid, Ustadz Syafiq Basalamah, bertemu dengan Bapak Dubes, dan lain-lain.Â
Sepertinya kami memiliki kegiatan ekstra yang cukup padat. Meski demikian, Pak Nanang masih sempat untuk berbisnis dengan jualan arloji merek-merek terkenal. Â
Kematian memang misteri dalam hidup manusia. Saya tidak pernah menyangka bahwa kegiatan Pak Nanang dalam bentuk peduli pada sesamanya, saat Covid-19 melanda Kuwait, ternyata pekerjaan dan aktivitas di luar kerja, berisiko sangat besar. Yang dikorbankan tidak tanggung-tanggung, nyawa beliau sendiri.
Sejak 15 Februari, kami tidak lagi ketemu, kecuali sebatas lewat medsos. Saya empat membaca postingan beliau sebulan terakhir sebelum beliau opname di hospital. Sarat dengan tausiyah kematian. Apakah ini pertanda? Wallahu a'lam.
Ada banyak hal yang bisa saya petik sebagai pembelajaran hidup yang sangat berarti. Dalam usia mudanya saya katakana beliau telah berhasil. Mungkin tidak dalam bentuk gelar pendidikan. Tetapi impiannya mengayomi anak yatim, jadi manusia yang bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan agama, telah beliau buktikan.
Kalau bukan 'kehilangan' lantas saya sebut apa peristiwa ini? Saya hanya mampu mengenangnya dalam album-album yang tetap saya simpan dalam HP saya. Pak Nanang Suyono, seorang perawat Indonesia yang berpulang ke Rahmatullah, meninggalkan kesan yang begitu mendalam bagi kami, komunitas perawat di Kuwait dan juga warga Indonesia, khususnya kami pengurus Masjid Indonesia di Reggae. Â