Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Negara Terbaik Tempat Kerja Pasca Corona?

26 Mei 2020   08:15 Diperbarui: 26 Mei 2020   08:17 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pernah beraktivitas dari jam 04.00 pagi hingga jam 21.30 malam sampai di rumah. Pagi dini hari bikin kue, hingga pukul 06.00. Kemudian mendistribusikan ke warung-warung hingga jam 08.00. Sesudah itu kuliah hingga siang. Sore harinya mengambil sisa makanan di warung-warung dan belanja bahan bikin kue untuk esok harinya. 

Di rumah kontrakan, masih harus disibukkan dengan persiapan belajar, ujian dan bikin kue. Rutinitas seperti ini berlangsung tidak kurang dari dua tahun. Sesudah itu, saya berpikir, sampai kapan saya harus seperti ini?

Benar, bahwa saya memang butuh duit. Duit ini saya gunakan untuk berbagai kebutuhan dan kepentingan. Buat diri sendiri, sewa kamar dan kuliah. Itupun belum cukup jika harus ngangsur motor. 

Maklum, manusia cenderung selalu kurang puas. Kecuali jika hanya untuk kebutuhan hidup primer sehari-hari. Kekurang-puasan itu saya hitung dengan pemasukan yang saya peroleh tiap bulan yang ternyata belum cukup. Mungkin kalau terbatas membeli T-shirt atau baju setiap bulan, OK lah.

Dari sana kemudian saya berpikir: "Saya harus berubah!" Perubahan ini tentu perlu diikuti dengan langkah-langkah yang nyata. Sejak tahun 2014 saya ikuti perkembangan permintaan dan pemberangkatan perawat ke luar negeri. 

Sejak dari situ saya mulai berfikir untuk merintisnya. Beberapa negara yang banyak membutuhkan adalah Timur Tengah, Belanda, Jerman, dan Jepang. 

Sejak saat itu pula, saya susun strategi mulai dari bikin passport, nabung dan ingin mengikuti pelatihan bahasa di Jawa. Perlahan sekali, saya akhirnya siap. Mulai dari izin orangtua, uang transport, passport serta dokumen-dokumen pendukung lainnya. 

Dari Aceh, kami berangkat ke Jawa bertiga. Satu cewek, dua cowok. Teman-teman Aceh banyak yang menghadapi kendala, terutama izin orangtua bila harus kerja di luar negeri. 

Meski banyak permintaan, hanya ada satu dua orang yang minat. Secara umum bukan hanya di Aceh. Di Indonesia, peluang ke luar negeri tidak begitu antusias disambut oleh perawat kita. Penguasaan bahasa yang minim, izin orangtua dan mental. Tiga persoalan inilah yang terbesar.

Dalam prosesnya, ke luar negeri memang tidak gampang. Saya sudah mengikutinya lebih dari setahun ini. Di tengah jalan, kami ketemu Covid-19. Padahal, saat ini harus mengikuti ujian Bahasa Jerman di Goethe Institut. Goethe Institut tutup. Semua kedutaan juga tutup. Sampai kapan? God knows....hanya Tuhan Yang Maha Mengetahui.

Waktu berjalan memasuki bulan ketiga sudah. Kami belum tahu kapan proses pemberangkatan akan dimulai lagi. Kursus-kursus bahasa pun terhenti. Mau terus belajar sendiri agak sulit. Karena bagaimanapun tatap muka langsung akan sangat jauh berbeda dengan online learning. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun