Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

International Nurses Day, Jalan Perawat Kita yang Tersendat

12 Mei 2020   10:25 Diperbarui: 12 Mei 2020   14:59 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Perawat. (Dok. Pribadi)

Padahal, sebenarnya, sangat simple. Kalau kita memang tidak mampu, cukup 'Copy paste' saja apa yang sudah diterapkan oleh negara maju, yang sudah mapan sistem pendidikannya. 

Itulah jalan singkat kalau ingin diakui oleh masyarakat internasional. Saat ini, jangankan orang USA, Canada, Australia, serta Timur Tengah. Orang Malaysia dan Singapore saja, heran dengan sistem pendidikan keperawatan di Indonesia.

Kedua, masalah peluang kerja. Di dalam negeri, yang diinginkan komunitas keperawatan sebenarnya tidak muluk-muluk. Jika pemerintah tidak sanggup mengangkat lulusan pendidikan keperawatan jadi pegawai negeri, mestinya diberikan alternatif. 

Perawat kita lahir dan besar di negeri ini. Per tahunnya sekitar 41.000 jumlah lulusannya, Pemerintah hanya mampu menyerap 15% nya. Katakan yang diserap swasta mencapai 30%. 

Artinya yang tidak bisa terserap oleh lapangan kerja masih 55% dengan status lulusan 'gentayangan'. Lebih dari 20.000 perawat per tahun tidak tahu arah yang sesuai profesinya. 

Seharusnya, Pemerintah mampu menawarkan solusinya. Misalnya, memaksimalkan dunia entrepreneurship di lingkungan kesehatan, perketat aturan industri yang jumlah pegawainya 100 orang lebih untuk mempekerjakan perawat, perketat perbandingan perawat dan pasien di RS negeri dan swasta, atau mendukung praktik mandiri yang sudah diundang-undangkan.

Ketiga, permudah sistem rekrutmen ke luar negeri. Memang, tidak semua perawat kita ingin kerja di luar negeri. Tapi tidak menolak kenyataan, ada mereka yang ingin kerja di luar negeri. Minat mereka inilah yang perlu diakomodasi. 

Himbau para Dubes-dubes kita untuk serius menangani masalah ini, sebagaimana terjadi pada Dubes Filipina, India, yang memiliki kemampuan diplomasi tinggi. Indonesia adalah salah satu negara pemroduksi perawat terbesar ke 4 di dunia, sesudah USA, China, serta India. 

Pemerintah seharusnya mempermudah pembuatan Passport, perbanyak jumlah PJTKI di daerah, menciptakan lembaga pelatihan BLK di daerah untuk kepentingan ini agar perawat-perawat di Indonesia Bagian Tengah atau Timur tidak perlu ribet harus ke Jakarta. 

Mengirimkan perawat Indonesia ke luar negeri ini bukan persoalan penambahan perolehan devisa negara semata. Perawat kita yang kerja di uar negeri merupakan duta bangsa, yang mampu mengangkat harkat dan martabat nama baik bangsa Indonesia. 

Perawat Indonesia bukan hanya mencari uang, akan tetapi bersaing, mampu berbicara lantang di depan forum-forum internasional sekelas WHO dan UNICEF. Inilah keuntungan Indonesia di mata dunia, sebagai bangsa yang besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun