Barangkali inilah senjata ampuh yang dimanfaatkan oleh penjajah untuk menerapkan politik Devide et Impera (memecah belah dan menguasai). Memang kita akui pemberontakan bangsa kita terhadap penjajah ada di mana-mana, dari Aceh, Minangkabau, Yogyakarta, Kalimantan, Sulawesi, Bali, hingga Ambon.Â
Tetapi dirasa kurang 'efektif'. Karena kenyataannya penjajahan berlangsng terus. Padahal, jumlah orang Belanda si penjajah, jauh lebih kecil dibanding orang kita. True, mereka menang soal senjata, tetapi kita sebenarnya juga menang soal penguasaan medan, jumlah pasukan, strategi dan lain-lain yang secara lokal Belanda tidak menguasai. Akan tetapi itulah, memang ada sesuatu yang perlu diotak-atik dengan mental kita.
Britania Raya (United Kingdom) dalam sejarahnya pernah dijajah oleh Romawi selama 367 tahun (sejak tahun 43 hingga 410). Berarti bangsa Inggris dijajah 17 tahun lebih lama dibanding kita di bawah Belanda. Mestinya, kondisi Inggris lebih buruk daripada bangsa kita. Namun orang Inggris bukan orang kita. Bangsa Inggris menguasai laut. Mereka menjajah banyak negara di dunia. Inggris bangkit dan memulai revolusi industri besar-besaran sejak tahun 1750-1850, dan membuat perubahan di dunia di bidang sosial, ekonomi, budaya di dunia. Â
Mereka memproduksi, mengatur, mendistribusi hingga menguasai dunia. Bangsa Inggris dalam menjajah memberlakukan denda. Bukan ancaman kematian, meski menangkap orang-orang penting yang dianggap mengancam kedaulatan Inggris. Hebatnya, Inggris sang penjajah ini malah banyak 'dicintai' oleh negara-negara bekas jajahannya.Â
Dari India, Timur Tengah, Afrika, Malaysia, Singapore, Brunei, Australia, semua menggunakan Bahasa Inggris dan menerapkannya dalam sistem pendidikan yang memuat mereka maju, dalam wadah Negara-negara Persekemakmuran. Â Dari Belanda, kita dapat apa? Ilmu Hukum, Bahasa?
Andai boleh milih, saya 'lebih suka' dijajah Inggris daripada Belanda. Belanda tidak mendidik. Belanda hanya mengeruk harta benda dan kekayaan alam serta peninggalan sejarah di Indonesia. Peninggalan Belanda yang paling berharga hanya gedung-gedung tua sekelas Kantor Pos dan rel kereta api beserta kereta tuanya.Â
Belanda tidak membuat rakyat Indonesia mengerti makna disiplin karena dulu kita biasa diancam. Belanda tidak membuat rakyat kita takut mati, karena tidak disiplin. Belanda haya meninggalkan mental kita, supaya takut didenda. Lihatlah sejarah bagaimana governor zaman Belanda yang mengancam rakyat kita dengan denda besar-besaran bila tidak atau telat bayar pajak.
Â
Mungkin butuh penelitian lebih dalam tentang ini. Meski demikian, sebagai generasi muda, saya bisa merasakan 'sisa-sisa peninggalan' ini. Saya memaafkan kesalahan Belanda, namun tidak lupa kesalahan mereka terhadap bangsa ini. Anda pembaca boleh punya argument yang berbeda. Jika diurut-urut barangkali benar juga. Yang membuat kita maju, mungkin perlu memberlakukan aturan dengan banyak denda. Kita tidak perlu buat yang macam-macam. Seperti iklan rokok, yang "menyebabkan kematian' pun, nyatanya tidak digubris.
Malang, 10 Mei 2020
Ridha Afzal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H