Mohon tunggu...
Rida Perdana Putri
Rida Perdana Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi semester 3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Pendidikan IPS

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembentukan Konsep Diri, Moralitas, dan Kreativitas: Teori dan Aplikasinya

8 November 2024   00:12 Diperbarui: 8 November 2024   00:13 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

1. Perkembangan Konsep Diri

Konsep diri mencakup pandangan seseorang tentang dirinya sendiri, baik dalam hal kepercayaan, perasaan, karakteristik, maupun kemampuannya di aspek fisik, psikologis, sosial, dan emosional.

  • Jenis dan Aspek Konsep Diri
  • Diri Fisik: Persepsi tentang kondisi fisik, termasuk kesehatan dan penampilan. 
  • Diri Sosial: Pandangan individu mengenai perannya dalam hubungan sosial. 
  • Diri Emosional: Perasaan yang seseorang miliki terhadap dirinya, termasuk harga diri dan kepuasan hidup.

  • Tahap Perkembangan Konsep Diri Menurut Erik Erikson

   1. Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan (Lahir--18 Bulan) 

   2. Otonomi vs. Rasa Malu dan Keraguan (Usia 18 Bulan--3 Tahun) 

   3. Inisiatif vs. Rasa Bersalah (Usia 3--6 Tahun) 

   4. Industri vs. Inferioritas (Usia 6--12 Tahun) 

   5. Identitas vs. Kebingungan Peran (Usia 12--18 Tahun) 

   6. Keintiman vs. Isolasi (Usia 18--40 Tahun) 

   7. Generativitas vs. Stagnasi (Usia 40--65 Tahun) 

   8. Integritas vs. Keputusasaan (Usia di Atas 65 Tahun) 

  • Fungsi Konsep Diri

  Konsep diri yang positif membantu seseorang membangun hubungan sosial yang baik, serta mampu menerima kelebihan dan kekurangannya sendiri.

2. Perkembangan Emosi

Emosi merupakan respons psikologis dan fisiologis terhadap rangsangan, berupa perasaan kuat yang sering diikuti perubahan fisik, seperti peningkatan detak jantung atau napas cepat.

  • Tahapan Perkembangan Emosi
  • Sensorimotor (0-2 tahun) 
  • Pra Operasional (2-7 tahun) 
  • Operasional Konkret (7-11 tahun) 
  • Operasional Formal (12 tahun ke atas) 
  • Jenis-Jenis Emosi
  • Bahagia: Ditandai dengan perasaan senang, puas, dan sejahtera. 
  • Sedih: Ditandai dengan perasaan kecewa, kurang semangat, atau berduka. 
  • Takut: Muncul sebagai respons terhadap ancaman, penting untuk bertahan hidup. 
  • Jijik: Biasanya berasal dari pengalaman rasa, pemandangan, atau bau yang tidak menyenangkan. 
  • Marah: Jika tidak terkendali, dapat menyebabkan masalah psikologis dan fisik. 
  • Terkejut: Ditunjukkan saat menghadapi situasi yang tak terduga.
  • Hubungan Emosi dengan Tingkah Laku

   Emosi mempengaruhi perilaku seseorang, dapat menjadi pendorong atau penghalang semangat, memengaruhi konsentrasi, serta memengaruhi hubungan sosial.

3. Moral, Nilai, dan Sikap

Moral, nilai, dan sikap saling berkaitan dalam membentuk perilaku seseorang.:

  • Moral: Standar perilaku mengenai baik dan buruk yang berlaku dalam masyarakat. 
  • Nilai: Dasar individu dalam menilai pentingnya sesuatu. 
  • Sikap: Respons terhadap objek yang mencerminkan nilai dan moral, diekspresikan melalui kata-kata dan perilaku.
  • Tahap Perkembangan Moral Menurut Piaget
  • Tahap pertama (2-7 tahun): Anak mematuhi otoritas dengan pemikiran moral yang kaku. 
  • Tahap kedua (7-11 tahun): Muncul fleksibilitas, kerja sama, dan pemahaman bahwa benar-salah tidak sepenuhnya absolut. 
  • Tahap ketiga (11-12 tahun ke atas): Anak mampu memahami standar moral berdasarkan usia dan situasi.
  • Karakteristik Moral, Nilai, dan Sikap Remaja

   Pada tahap ini, remaja mulai berpikir lebih abstrak dan kognitif, serta pengaruh dari lingkungan sosial seperti orang tua dan guru sangat penting untuk perkembangan moral.

4. Kreativitas

Santrock (2002) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan berpikir secara inovatif dan melahirkan solusi unik terhadap masalah. Menurut Mayesty (1990), kreativitas meliputi proses berpikir dan bertindak secara orisinal dan berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Contohnya adalah permainan imajinatif anak dengan benda-benda sederhana, seperti menggunakan sapu sebagai kuda mainan atau kursi sebagai mobil. Hal ini melatih imajinasi dan mendorong anak untuk menciptakan ide tanpa batasan kenyataan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun