Prof juga terlibat dalam penelitian kepustakaan di berbagai perguruan tinggi di negara-negara seperti Kanada, Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Korea Selatan, Arab Saudi, dan Mesir. Pada 12 Januari 2002, Prof. Nasaruddin dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Tafsir pada Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan latar belakang pendidikan yang mumpuni dengan segudang karya serta prestasi, tidak heran jika para petinggi di Indonesia mempercayakan tanggung jawab kenegaraan kepadanya. Pada 21 Oktober 2024, beliau dipanggil Presiden Prabowo Subianto ke Istana Merdeka untuk dilantik sebagai Menteri Agama RI ke-25 dalam Kabinet Merah Putih.
Di samping kiprahnya sebagai ulama dan akademisi, Prof. Nasaruddin Umar juga dipercaya memegang berbagai jabatan penting di Indonesia. Ia memiliki peran besar dalam pendidikan, pengelolaan pesantren, dan pemberdayaan masyarakat. Sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Pondok Pesantren As'adiyah Sengkang di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan sejak tahun 2022, ia turut memperkuat visi pendidikan Islam di daerah tersebut. Tak hanya itu, beliau juga menjabat sebagai Ketua Yayasan Pondok Pesantren Al-Ikhlas di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, yang mengembangkan pendidikan berbasis nilai keislaman di daerah asalnya.
Di Jakarta, Prof. Nasaruddin memiliki posisi strategis sebagai Sekretaris Umum Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan (LSIK) sejak tahun 1992. Ia juga turut mendirikan dan mengelola Masyarakat Dialog Antar Umat Beragama (MADIA) yang aktif sejak tahun 1983, menunjukkan kepeduliannya terhadap keberagaman dan dialog antaragama di Indonesia. Selain itu, beliau berperan sebagai Wakil Ketua di Yayasan Wakaf Yayasan Paramadina, sebuah lembaga pendidikan dan sosial, serta Ketua Yayasan Panca Dian Kasih sejak tahun 2001, yang mendukung berbagai program pemberdayaan sosial.
Di bidang pemberdayaan perempuan, beliau aktif sebagai anggota Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (KOMNAS Perempuan) sejak tahun 1999, serta memimpin Departemen Pemberdayaan Sosial dan Perempuan dalam ICMI Pusat (Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia) sejak tahun 2000.
Prof. Nasaruddin juga aktif dalam bidang akademik. Ia merupakan Guru Besar dalam bidang Tafsir di Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan pernah menjadi Pembantu Rektor III di kampus yang sama. Beliau turut berperan sebagai staf pengajar di Universitas Indonesia untuk Program Pascasarjana, terutama di Program Studi Agama dan Perempuan, serta di Universitas Paramadina, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBII, dan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Tak hanya di bidang akademik, Prof. Nasaruddin juga sering memberikan bimbingan di lembaga-lembaga Islam dan syariah. Sebagai anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta sejak tahun 2000, beliau dipercaya dalam mengurus berbagai isu yang melibatkan syariah. Ia juga menjadi salah satu penanggung jawab rubrik keagamaan di majalah SUFI dan tabloid Swara Damai, tempat ia mengupas berbagai persoalan keagamaan dan spiritual.
Selain itu, Kontribusi dalam pengelolaan masjid juga sangat besar. Sejak 2016, Prof. Nasaruddin menjabat sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal, masjid terbesar di Asia Tenggara, di mana ia terus mendorong pengembangan peran masjid sebagai pusat pembinaan umat.
Sebagai bagian dari tanggung jawabnya terhadap pengembangan ekonomi syariah, beliau pernah menjadi Komisaris PT. Semen Indonesia dan Bank Mega Syariah. Pada tahun 2024, kepercayaan negara kembali ia peroleh ketika Presiden Prabowo Subianto melantiknya sebagai Menteri Agama Republik Indonesia ke-25 dalam Kabinet Merah Putih, menambah panjang deretan jabatan penting yang ia emban di berbagai sektor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H