Mohon tunggu...
Ridanurmasita
Ridanurmasita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

"Semakin aku banyak membaca, semakin aku banyak berpikir; semakin aku banyak belajar, semakin aku sadar bahwa aku tak mengetahui apa pun"_Voltaire

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Biografi Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A

17 November 2024   16:00 Diperbarui: 17 November 2024   16:15 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inphttps://pin.it/2bclYRBZ8ut

Pada tahun 1959, ada sebuah desa Bernama ujung-bone di tanah Bugis, lahirlah seorang laki-laki sederhana yang tumbuh dengan berpegang pada prinsip-prinsip keagamaan. Ia bukan hanya seorang ulama atau cendekiawan, namun juga sebagai jembatan pengetahuan yang luas untuk terus memperbarui makna-makna spiritual bagi umat muslim. Beliau adalah Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A., putra dari pasangan Andi Muhammad Umar dan Andi Bunga Tungke. Kakeknya, Muhammad Ali Daeng, adalah pendiri Gerakan Muhammadiyah di Makassar.

Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat inspiratif, menghasilkan banyak karya yang membuka cakrawala berpikir. Siapa sangka di balik tatapan teduh dengan gaya bicara yang datar itu telah berhasil menyelesaikan 42 karya sejak masa mudahnya.

Prof. Nasaruddin memulai pendidikan dasarnya di SDN Ujung-Bone (1970), kemudian melanjutkan ke Madrasah Ibtida’iyah selama 6 tahun di Pesantren As’adiyah Sengkang (1971). Setelah itu, beliau meneruskan pendidikannya di PGA 4 Tahun dan PGA 6 Tahun di pesantren yang sama (1974 dan 1976).

Sejak menjadi mahasiswa, ia gemar menulis. Sebagai anak pertama dari delapan bersaudara dengan ayah seorang guru SD saat itu, ia turut berkontribusi membesarkan dan menyekolahkan adik-adiknya. Cara ia menghidupi diri dan adik-adiknya adalah dengan menulis artikel yang hampir setiap hari ia geluti.

Buku pertamanya yang laris terjual berjudul “Risalah Sarjana Muda”. Buku ini banyak dicari orang karena isinya yang unik, yaitu konsep kedewasaan menurut hukum positif dan hukum Islam. Berangkat dari hukum yang saat itu memiliki definisi kedewasaan yang berbeda-beda, ia mengangkat topik ini menjadi sebuah risalah yang di luar dugaannya ternyata banyak diminati.

Pada tahun 1980, beliau meraih gelar sarjana muda dari Fakultas Syari’ah IAIN Alauddin Ujung Pandang, atau yang sekarang di kenal UIN Alauddin Makassar. Setelah empat tahun kemudian ia meraih gelar Sarjana Teladan di fakultas yang sama (1984).

Untuk pendidikan pascasarjana, beliau menempuh Program S2 tanpa tesis di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1990-1992) dan menyelesaikan Program S3 dengan disertasi tentang "Perspektif Gender dalam Al-Qur’an" di universitas yang sama (1993-1998). Disertasi tersebut cukup kontroversial karena mengangkat isu sensitif di tengah masyarakat awam. Ia mengangkat tema tersebut dari pengalaman pahit ibunya yang merupakan perempuan tangguh dalam keluarga. Pengalaman inilah yang mendorong Prof. Nasar untuk memberikan pandangan teologis tentang perempuan yang bekerja. Penulisan disertasi tersebut mengalami beberapa kesulitan, mengingat pada saat itu jarang ada referensi yang sejalan dengan disertasinya. Akibatnya, ia harus mengunjungi beberapa perpustakaan besar di berbagai universitas untuk mencari referensi.

Dengan semangat dan jiwa yang haus akan ilmu pengetahuan, ia menggunakan segenap kemampuannya agar disertasinya selesai. Saking seriusnya, pria yang kini berusia 65 tahun ini baru menikah pada usia 35 tahun dengan Dra. Helmi Halimatul Udhma. Dari pernikahan tersebut, ia dikaruniai tiga anak: Adi Nizar Nasaruddin Umar, Andi Rizal Nasaruddin Umar, dan Cantik Najda Nasaruddin Umar.

Sejak kecil, Prof. Nasaruddin bercita-cita menjadi seorang dokter. Meskipun impian tersebut tidak tercapai, beliau berhasil mewujudkan cita-cita itu melalui ketiga anaknya, yang kini semuanya telah menempuh Pendidikan kedokteran. Setelah melalui berbagai tantangan dan rintangan dalam penulisan disertasinya, ternyata membawanya sebagai lulusan terbaik program Doktor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tidak berhenti di situ, ia pernah menjadi salah satu mahasiswa di McGill University Kanada (1993-1994) dan menjalani program Ph.D. di Leiden University, Belanda (1994-1995). Setelah mendapatkan gelar doktornya, ia menjadi sarjana tamu di Sophia University, Tokyo (2001), School of Oriental and African Studies, University of London (2001-2002), Georgetown University, Washington DC (2003-2004), dan Universitas Sorbonne Nouvelle-Paris III.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun