Mohon tunggu...
Rida Nugrahawati
Rida Nugrahawati Mohon Tunggu... karyawan -

-- Penyuka Imajinasi dan Cerita Fiksi -- 🏡 Kuningan-Jabar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Balon Merah Jambu

14 Desember 2018   20:54 Diperbarui: 14 Desember 2018   21:28 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://pngimage.net

Anak perempuan itu bernama Salwa. Ia sangat lucu, manis, berkulit putih, berambut panjang dan pintar. Umurnya sekitar 4tahun, tahun depan ia akan mulai sekolah TK. Ia dekat denganku semenjak datang ke panti asuhan ini. Aku salah satu pengurus panti asuhan ini.

Minggu ini panti asuhan kami akan kedatangan Calon Anggota Legislatif sepertinya akan ditambah acara ulang tahun anaknya. Karena seluruh ruangan harus di dekorasi menggunakan pita.

Sebenarnya aku sangat tidak setuju jika di panti asuhan kami diadakan acara ulang tahun. Karena anak-anak di panti tidak mempunyai orang tua. Takutnya akan ada kecemburuan sosial atau pikiran-pikiran lainnya.

"Kak Rani.." Sapa Salwa bersama anak-anak yang lain.

"Iya, kalian mau kemana.?" Tanyaku sambil tersenyum.

"Kita akan melihat ruangan itu kak." Jawab Salwa.

"Kalian jangan kesana, ruangannya sedang di dekorasi takut mengganggu. Kalian sekarang ganti pakaian yang rapi saja ya." Perintahku.

"Tapi Salwa ingin sekali kesana."

"Tidak bisa Salwa, ayo Salwa ikut dengan teman-teman kesana. Kakak akan pergi ke dapur untuk membuat makanan ringan" ucapku sambil meninggalkan Salwa.

Aku berjalan menuju dapur untuk menyelesaikan makanan ringan tadi. Roti karakter sesuai dengan selera anak-anak panti ini. Dibungkus menggunakan plastik dan di ikat menggunakan pita, terlihat lucu. Setelah menyelesaikan roti ini aku akan mengurus anak-anak. Sebelum ke kamar anak-anak aku pergi dahulu ke ruangan ulang tahun tadi untuk memberikan beberapa roti karakter kepada pegawai dekorasi.

"Ada apa dengan Salwa mengapa ia terlihat sedang menangis?." Tanyaku dalam hati, terlihat dari kejauhan Salwa menangis.

"Salwa kamu kenapa? Tadi kakak menyuruhmu untuk ganti pakaian kan?." Tanyaku.

"Salwa ingin balon merah jambu itu, tapi mereka malah memarahiku katanya tidak boleh kak." Ucap Salwa.

"Iya memang tidak boleh, nanti kalau sudah selesai acaranya Salwa bebas mengambil balonnya ya." Jelasku.

"Tapi balon merah jambu itu hanya ada dua kak." Ucapnya.

"Tenang saja, nanti kakak langsung pisahkan ya kalau acaranya sudah selesai. Sekarang Salwa tidak boleh bersedih lagi dan mari ikut kakak ganti pakaianmu." Ajakku.

"Iya kak ayo." Ucap Salwa.

Aku merapikan pakaian anak-anak. Mereka semua terlihat menggemaskan dengan warna baju senada. Ibu panti tiba-tiba memanggil pertanda tamu yang di tunggu segera tiba. Kita berjalan menuju depan gerbang panti, ternyata sudah banyak warga dan wartawan yang ingin meliput Calon Anggota Legislatif tersebut.

Beberapa saat kemudian mereka sampai bersama seorang anak perempuan dengan balutan gaun yang sangat indah. Mereka memasuki panti, warga sekitar dilarang masuk.

"Kak sepertinya bahagia sekali ya anak itu." Ucap Salwa sambil berjalan masuk, aku hanya tersenyum.

Calon Anggota Legislatif memberikan sedikit pidato. Ia memberi sumbangan yang cukup besar untuk panti kami dan juga hadiah-hadiah untuk anak-anak panti ini. Dilanjutkan dengan acara ulang tahun anaknya. Anak itu bernama Clara.

Aku tidak tega melihat wajah-wajah anak panti ini. Mereka terlihat ingin merasakan perayaan ulang tahun bersama orang tua yang lengkap juga. Tidak habis pikir apa alasan sebenarnya orang-orang merayakan ulang tahun di panti asuhan. Jika ingin merayakan setidaknya hanya membagikan hadiah atau sumbangan. Tidak perlu memperlihatkan kehangatan keluarga di depan anak-anak ini.

"Kak nanti kalau sudah selesai acara ambilkan balon merah jambu itu ya jangan lupa, soalnya hanya ada dua." Pinta Salwa.

"Iya sayang, ini sebentar lagi kakak ambilkan." Ucapku sambil berjalan untuk mengambil balon merah jambu.

Aku melihat Clara memegang balon merah jambu, berarti tersisa satu. Aku terus mencarinya dan beruntung masih ada.

"Salwa ini balonnya." Ucapku sambil memberikan balon.

"Yee terima kasih banyak kak. Aku senang sekali, sudah lama aku tidak bermain dengan balon merah jambu. Terakhir aku bermain balon bersama ibu setahun yang lalu. Kalau main dengan balon merah jambu ini aku merasa sedang bersama ibu kak. Terima kasih banyak." Ucapnya sambil tersenyum dan berlari-lari.

"Iya Salwa sama-sama, hati-hati ya mainnya. Jangan lari-lari seperti itu takut jatuh." Ucapku.

"Tidak akan jatuh kak."

Baru saja aku mengatakan takut jatuh, Salwa benar-benar jatuh dan menabrak Clara. Aku langsung menghampiri Salwa. Balon Clara melayang dan meletus di atas. Dia menangis ingin balonnya kembali. Semua orang mencari lagi balon merah jambu itu namun tidak ada. Clara meminta balon Salwa dengan paksaan. Salwa langsung memelukku.

Aku merasa tidak enak jika mengambil balon itu dari Salwa dan memberikannya kepada Clara. Karena Salwa sudah sangat kegirangan tadi. Namun Clara itu tamu panti ini, tidak mungkin aku membiarkannya menangis. Aku berusaha memberi pengertian kepada Salwa.

"Tapi kak...." Ucap Salwa sangat memelas.

"Salwa berikan balon itu pada Clara. Clara itu tamu kita. Kita harus memperlakukannya dengan baik. Dia juga anak Calon Anggota Legislatif yang telah memberikan sumbangan besar untuk panti ini, untuk makanmu sehari-hari." Ucap ibu panti.

"Bu jangan berkata seperti itu pada Salwa." Ucapku.

"Memang kenyataannya seperti itu kan." Ucap ibu panti sambil mengambil balon merah jambu dari tangan Salwa.

Salwa menangis sambil memelukku. Aku langsung mengajaknya menuju dapur untuk membuat kue. Aku akan membuat kue berbentuk balon dan berwarna merah jambu untuk menyenangkan hatinya. Ternyata Salwa sangat menyukainya, wajahnya kembali ceria.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun