"Mengapa? Engkau tak suka kehadiranku disini?." Tanya Samuel dengan wajah cemas.
"Apa engkau dapat jujur tentang segala hal yang selalu kau sembunyikan terhadapku?." Tanyaku.
Samuel terlihat kebingungan.
"Hal yang selalu aku sembunyikan? Sepertinya aku sudah menceritakan segala hal kepadamu. Tak ada yang aku rahasiakan lagi. Apa engkau lupa? Apa perihal kecelakaan itu membuat ingatanmu terganggu?." Tanyanya seolah tak mengerti.
"Soal wanita dan balita itu?"
"Wanita dan balita manakah yang engkau maksud?."
"Pikirkan saja sendiri. Rupanya engkau selama ini sudah membohongiku. Di depanku engkau seakan sangat menyayangiku, selalu menjagaku. Tapi di belakangku engkau nyatanya. Entah. Diriku selama ini menginginkan rumah klasik, rupanya engkau malah membuat rumah klasik untuk wanita itu." Diriku mencoba menjelaskannya.
"Oh, ya sepertinya aku sudah tahu wanita dan balita yang engkau maksud. Wanita dan balita yang ini kan?." Ucapnya sambil memperlihatkan foto di layar ponsel.
"Iya." Ucapku kesal.
"Rupanya engkau wanita pencemburu. Tapi sebentar mengapa engkau mengetahui adikku yang ini? Mengapa engkau tadi mengatakan rumah klasik? Ini sebenarnya ada apa?." Samuel sangat penasaran.
"Jadi itu adikmu? Kau mencoba membohongiku? Aku sudah mengetahui semuanya. Wanita itu selingkuhanmu dan balita itu buah dari hasil cintamu dengannya kan?." Diriku semakin kesal.