"Hmm sebentar mba" jawabku.
"Kamu mengajakku kesini untuk apa? Kamu sedang sakit? Kamu ingin membeli obat?" ucapku sambil memegang dahi, leher dan tangannya.
Ia mengangguk dan menunjuk obat. Aku langsung menggendongnya. Ia menunjuk obat anti biotik, pereda nyeri dan beberapa vitamin. Aku langsung membelinya.
"Terima kasih, semoga lekas sembuh" ucap apoteker.
Aku melihat Rasya begitu bahagia seperti ada hal lain yang membuatnya seperti itu. Aku juga terus berpikir mengapa anak sekecil ini dapat mengetahui obat-obatan. Aku menghiraukannya, mungkin ia mengira permen.
Di sepanjang jalan aku terus berpikir, karena sangat penasaran perihal obat tadi. Akhirnya sampai di lampu merah, belok kiri ada sungai.
"Rasya sebentar lagi aku akan mengantarmu pulang, apa kamu senang? Jika kamu senang peluk aku dari belakang" ucapku sambil tertawa, Rasya ikut tertawa.
Sampailah kita di tempat penampungan sampah. Sungguh tak tega aku melihat banyak rumah di sekitarnya. Menurutku itu tak layak. Mengapa kesenjangan sosial sangat terlihat disini.
Tiba-tiba terlihat anak lelaki kurang lebih berusia 10 tahun berlari mendekati.
"Kamu kemana saja?" tanya anak itu.
Rasya memberikan isyarat seperti menceritakan bahwa ia bersamaku. Anak itu hanya mengangguk sepertinya memang mereka sudah akrab karena mengerti bahasa tubuh Rasya.