Mohon tunggu...
Rida Nugrahawati
Rida Nugrahawati Mohon Tunggu... karyawan -

-- Penyuka Imajinasi dan Cerita Fiksi -- 🏡 Kuningan-Jabar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jembatan Kematian

18 November 2018   09:06 Diperbarui: 18 November 2018   09:21 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua orang panik. Akupun mulai membuka ponsel ternyata daya ponselku tinggal 27%. Di dalam mobil terdengar suara Kevin menangis ketakutan. Lukman langsung memeluk Kevin. Kanaya terus-terusan berceloteh karena ia sangat takut kegelapan. Anggi hanya duduk terdiam dengan raut wajah yang menyedihkan.

Aku terus mengontak rekan-rekan di kota dekat penginapan. Salah satunya menyanggupi untuk menjemput dengan membawa mobil sedan berkapasitas angkut 4 orang sekali jalan karena jalanan menuju ke tempat minibus kita ada yang rusak, maka mobil akan tiba paling cepat 2 jam 15 menit.

Aku juga mengontak rumah penjaga pintu hutan konservasi. Penjaga itu memiliki sebuah motor yang dapat menjemput orang satu persatu untuk sementara diinapkan di pondok tersebut. Sekali jalan (rumah-lokasi-rumah) motor tersebut membutuhkan waktu 30 menit.

Suasanapun berubah menjadi tambah gelap semua orang panik dan berisik. Tak ada satupun diantara kita yang membawa senter,peta,senjata tajam dan bekal yang memadai kecuali Fred. HP Fred terjatuh dalam hutan ketika hiking, tapi tak mengapa ia tak terlalu membutuhkannya. Ia izin ke rombongan untuk masuk ke dalam bagian hutan rimbun untuk BAB.

Anggi sudah menghabiskan baterai ponselnya dan mulai merekam ketegangan ini memakai mirrorlessnya. Kakinya terkilir tergelincir karena terlalu bersemangat melihat kuskus yang sedang duduk di depan sarangnya. Sementara itu Kanaya terus menerus menyalakan senter dengan sisa baterai ponselnya yang tersisa 10% untuk mengusir kepanikan dalam gelap.

Lukman berusaha meyakinkan kepada anggota lain bahwa semuanya akan baik-baik saja. Baterainya masih sisa 70%, Kanaya memintanya menyalakan senter dari ponsel karena senja semakin gelap.

Ponsel Prita satu-satunya yang bisa mengakses internet meski terkendala sisa baterai 35%. Ia menenangkan anaknya yang beresiko sesak nafas sebentar lagi. Kevin ketakutan, ia bersikeras tak melepaskan tangan kedua orangtuanya. Keluarga ini harus naik pesawat menuju Jakarta pada pukul 07.00 keesokan harinya. Karena mereka berencana untuk datang ke kompasianival 2018.

Sementara Her terlihat lemas dengan mimik wajah menyesal, ia bolak balik membongkar muatan dibagian belakang minibusnya. Hingga 15 menit pertama Fred belum kembali. Samar-samar mendengar suara peluit dari sisi hutan yang gelap. Bisa jadi itu Fred, karena siapa lagi yang membawa alat-alat itu kecuali Fred?

Waktu menunjukkan pukul 17.45, hari semakin gelap masih ada sisa waktu 30menit untuk kita pulang sebelum benar-benar gelap dan binatang malam siap untuk mencari mangsa. Aku segera mencari sumber suara. Aku meminta Her dan Lukman untuk tetap menjaga rombongan dalam mobil.

“Kamu seorang wanita, meskipun kamu pemberani namun tidak baik jika seorang diri masuk ke dalam hutan dengan keadaan gelap seperti ini” ucap Her, mengelak.
“Aku akan baik-baik saja, kalian diam saja disini” ucapku.
“Tidak, aku akan ikut denganmu. Lukman, kamu jaga rombongan ini. Aku dan Rida akan mencari sumber suara itu” perintah Her, sambil menarik tanganku.
“Kalian tidak bisa membiarkan kita tetap menunggu seperti ini. Jika kita terlalu lama disini, bisa-bisa kita semua menjadi santapan binatang buas” ucap Lukman.
“Tidak akan, kalian tetap tenang disini. Aku akan sendirian saja mencari sumber suara itu. Her dan Lukman untuk berjaga-jaga kalian cari tongkat kayu atau apapun itu, cari di sebelah sana sepertinya ada” ucapku sambil menunjuk ke arah ranting-ranting tak jauh dari minibus.

Aku mencari sumber suara itu dengan berlari. Aku seorang wanita yang menyukai tantangan dan aku berprinsip bahwa tidak ada masalah yang tak dapat diatasi. Dan selalu percaya bahwa Tuhan selalu membantu dimanapun kita berada.Aku berhenti sebentar, ternyata suara itu bukan bersumber dari dalam hutan, ternyata suara itu bersumber tak jauh dari minibus dekat jurang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun