Problematika dalam pendekatan teologi Islam selama ini terletak pada kecenderungannya yang terlalu abstrak dan teoretis. Teologi seringkali diposisikan sebagai wacana yang "melangit" dan jauh dari realitas praktis kehidupan. Akibatnya, terjadi kesenjangan antara pemahaman teologis dengan implementasi nilai-nilai moral yang terkandung dalam teks-teks ilahiah yang otoritatif. Perkembangan persoalan di tengah dinamika zaman, membuat umat Islam tidak dapat mengisolasi diri dari interaksi dengan berbagai budaya dan agama lain.Â
Model kajian ilmu kalam konvensional yang selama ini dipraktikkan memiliki keterbatasan serius. Pendekatan ini hanya mampu menyajikan informasi deskriptif pemahaman serta pengalaman akidah, yang terbatas pada tataran pemahaman teoretis dan gagal menjembatani kebutuhan praktis dalam kehidupan sehari-hari. Kajian kalam harus mempunyai relevansi sosial sebagai gerakan-gerakan yang pada akhirnya melahirkan rancangan paradigma baru. Dari kajian kalam yang berporos teosentris, diubah menuju teo-antroposentris. Meski pemikiran Hanafi dan Asghar kelihatan dipengaruhi oleh cara berpikir kaum Marxis. Oleh para pengkritiknya, ia dianggap terlalu memamksakan pengertian ayat-ayat al-Qur'an dan peristiwa sejarah tunduk dalam pengertian yang sesuai selera pribadinya. Kedua tokoh tersebut, yakni Hassan Hanafi dengan Transformasi Teologi Islam dan Asghar Ali Engineer beserta Teologi Pembebasan Islam, menawarkan konsep Islamisasi ilmu serta Humanisasi ilmu-ilmu keislaman.
Review
Penulis buku ini memotret bagaimana perkembangan serta paradigma Teologi dalam Islam dan pemikiran tokoh-tokoh Islam kontemporer. Buku dengan tema teologi yang tidak terlalu tebal ini, ditulis dengan sistematis dan mudah dipahami pembaca. Dengan 5 (lima) bab didalamnya, buku ini mengulas lebih dalam bagaimana perkembangan teologi dan pemikiran cendekiawan muslim dari teo-sentris ke antroposentris. Adapun tokoh teologi Islam dengan pemikirannya yang menjadi highlight buku ini, yaitu: Hassan Hanafi dan Asghar Ali Engineer. Dua pemikiran yang saling berkaitan ini telah dikemas dengan menyertakan banyak historis didalamnya, meski tidak disebutkan detail judul karya atau buku Asghar Ali Engineer. Dan pada bab keempat (Teoantropologi: Sebuah Rekonstruksi Baru), kurang dijelaskan mengenai bagaimana konsep teo-antroposentris sebagai rekonstruksi baru teologi Islam dengan konteksual yang ada saat ini. Seperti misalnya, bagaimana konsep Islamisasi ilmu serta Humanisasi ilmu-ilmu keislaman yang dikaitkan dengan konteks persoalan sosial yang ada sekarang. Â
Buku yang baru diterbitkan pada bulan November 2024 ini, sangat relate dengan materi perkuliahan bahkan konteks pemikiran Islam saat ini. Tinggal bagaimana implementasi dari teologi teo-antroposentris pada sendi-sendi kehidupan. Tugas kita bersama untuk menjadi manusia beragama yang humanis. Sebagaimana merujuk pada Pancasila, sila pertama yang menggambarkan sebagai umat beragama, dan sila kedua hingga kelima menunjukkan sosial dan kemanusiaan terhadap sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H