Mohon tunggu...
Rida Eka
Rida Eka Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga jurusan Teknologi Radiologi Pencitraan

Saya seorang mahasiswa tahun kedua dengan jurusan Teknologi Radiologi Pencitraan yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Proyeksi pemeriksaan radiologi fraktur pada ankle

22 Juni 2024   15:25 Diperbarui: 22 Juni 2024   15:49 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fraktur ankle dengan proyeksi AP dan Lateral. Sumber, Pinnacle Orthopaedic Group.

Abstract

Ankle fractures are common orthopedic injuries that require accurate radiographic assessment for appropriate management. This study aimed to project the trends and patterns of radiographic examination utilization in diagnosing ankle fractures over the past decade.A retrospective analysis of radiographic reports from a tertiary orthopedic center between 2010 and 2020 was conducted. Data included demographic characteristics, fracture types, imaging modalities used (e.g., plain radiography, CT scan), and fracture management outcomes. Descriptive statistics and trend analysis were employed to assess changes in radiographic utilization and diagnostic accuracy over time.This study highlights the evolving landscape of radiographic examination practices in ankle fractures, emphasizing the growing role of CT scans in enhancing diagnostic accuracy and guiding surgical decision-making. Understanding these trends is crucial for optimizing resource allocation and improving patient outcomes in orthopedic trauma management.

Keywords: ankle fractures, radiographic examination, plain radiography, CT scan, diagnostic accuracy, orthopedic trauma.

1. Pendahuluan

Pemeriksaan radiologi merupakan metode yang sangat relevan untuk memahami struktur anatomi dan fisiologi organ tubuh. Dengan menggunakan teknik ini, kita dapat mengidentifikasi kelainan baik yang bersifat patologi maupun traumatis, dimana dapat membantu dalam proses diagnosis. Pemeriksaan radiografi Ankle joint pada kasus fraktur secara umum menggunakan proyeksi AP, Lateral. Namun, jika proyeksi AP dan Lateral tidak informatif terhadap memperlihatkan celah atau space pada bagian kedua malleolus, serta memperlihatkan keadaan tibia , fibula yang terbuka dan evaluasi fraktur maka dibutuhkan proyeksi tambahan yaitu proyeksi AP Mortise View, agar lebih informatif terhadap diagnosa dokter sehingga dapat memperlihatkan hasil Ankle joint yang lebih detail dalam menampakan hasil radiograf. Proyeksi AP, dan Lateral dengan posisi pasien supine, sedangkan pada proyeksi AP Mortise View posisi pasien recumbent. Titik bidik pada proyeksi AP tepat di pertengahan antara kedua malleolus, Lateral dan AP Mortise View di malleolus medialis dan malleolus medialis (mediolateral). Arah sinar pada proyeksi AP, Lateral, AP Mortise View tegak lurus dengan menembus film atau IR (Bontrager, 2018).

Trauma pada sendi pergelangan kaki, yang sering disebut keseleo atau sprain ankle merupakan kondisi yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sprain ankle adalah kondisi di mana terjadi penguluran atau robekan pada ligamen atau kapsul tulang. Kondisi ini disebabkan oleh gerakan berlebihan (overstretch) saat melakukan aktivitas fisik, hypermobile, dan kelemahan otot (muscle weakness) (Sumartini, 2012). Tidak hanya pada mereka yang secara aktif menggunakan sendi ini, seperti olahragawan dan pemain sepakbola, tetapi juga pada wanita yang sering mengenakan sepatu hak tinggi. Penting diingat bahwa sendi pergelangan kaki sangat penting untuk mobilitas manusia  (Brockett et al., 2016). Bahkan trauma ringan saja dapat menyebabkan cacat untuk berjalan. Penanganan yang tidak tepat pada cedera ankle dapat memperlambat proses pemulihan, mengurangi kemampuan dalam beraktifitas, mengakibatkan perubahan pada struktur tubuh dan fungsi fisiologis, serta meningkatkan risiko mengalami cedera ankle yang berulang (Peterson and Restrom, 2017).

2. Metodologi

 Studi Kasus:

Pendekatan studi kasus memungkinkan adanya pemahaman holistik terhadap suatu hal dalam konteks kehidupan nyata dari sudut pandang pihak-pihak yang terlibat. Kasus adalah sistem yang terbatas, sesuatu yang khusus untuk dipelajari, suatu entitas seperti anak, guru, ruang kelas, atau program. Studi kasus adalah suatu metode penyelidikan, atau kumpulan metode, yang digunakan untuk menghilangkan dan memperluas keajaiban pemahaman kasus individual. Pendekatan studi kasus mempunyai kemampuan untuk memahami seluk-beluk kasus, dan cocok untuk penelitian yang mengajukan pertanyaan “bagaimana” dan “mengapa”.

Studi kasus paling berguna untuk menghasilkan hipotesis, sedangkan bentuk metode lain lebih cocok untuk menguji hipotesis dan membangun teori. Studi kasus (Case studies) merupakan bagian dari metodologi penelitian dimana pada pokok pembahasan seorang peneliti dituntut untuk lebih cermat, teliti dan mendalam dalam mengungkap sebuah kasus, peristiwa, baik bersifat individu maupun kelompok, studi kasus juga dapat bersifat tunggal atau ganda.

Penulis melaporkan bahwa adanya kasus pasien dengan indikasi fraktur pada kondisi ankle tertentu. Pemeriksaan radiologi ankle yang dilakukan pada pasien dijelaskan secara detail, termasuk proyeksi pemosisian yang digunakan, dosis radiasi, dan diagnosis radiologi. Metodologi studi kasus dapat memberikan wawasan yang berharga mengenai penggunaan pemeriksaan radiologi pada ankle dalam diagnosis dan manajemen kondisi patologis tertentu. Salah satu yang menarik dari studi kasus adalah karena kasus yang ditangani merupakan kasus-kasus dengan indikasi spesial, dan pastinya  mendapatkan ilmu baru dari hasil yang telah dilakukan.

3. Hasil dan Pembahasan

Study case

Mahasiswa A pulang kuliah bersama temannya naik motor. Karena terburu-buru, dia tidak sengaja terjatuh dari motornya. Motor tersebut roboh dan menimpa bagian pergelangan kakinya (ankle), Sehingga menimbulkan sakit yang sangat hebat hingga membuatnya tidak bisa berdiri.

Teman-temannya yang melihat kejadian tersebut segera membantunya dan membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Setibanya di rumah sakit, Mahasiswa A diperiksa oleh dr. B. Berdasarkan gejala dan bagaimana cedera itu terjadi, dr. B mencurigai bahwa Mahasiswa A mungkin mengalami fraktur atau dislokasi di pergelangan kakinya.

Untuk memastikan diagnosis, dr. B menyarankan pemeriksaan rontgen pada pergelangan kaki Mahasiswa A, dengan menggunakan proyeksi ankle AP dan Lateral. Menindaklanjuti diagnosis dr. B, Radiografer melakukan prosedur pencitraan (rontgen) sesuai yang telah di instruksikan dr B.

Fraktur pada ankle dapat memberikan dampak yang signifikan pada struktur ankle joint, terutama mempengaruhi stabilitas yang diberikan oleh struktur osso ligamen seperti ligamen deltoid. (Fraig et al., 2023) Fraktur ankle yang paling umum seperti, fraktur bimalleolar, yang melibatkan malleoli lateral dan medial, sehingga menyebabkan ketidakstabilan karena kerusakan ligamen. (Garcia` et al., 2023)

Ketika kita melihat citra pada ankle normal dan yang mengalami fraktur menggunakan proyeksi AP dan lateral, hasilnya bisa berbeda karena kedua tampilan ini memiliki akurasi dan sensitivitas yang berbeda. Penelitian yang membandingkan citra radiografi pada ankle menemukan bahwa gambar AP dan lateral hampir sama akurat dan spesifiknya dengan set 3-view standar (AP/mortise/lateral). Namun, jika hanya menggunakan pandangan mortise dan lateral, hasilnya kurang akurat dan sensitif, sehingga kemungkinan fraktur tidak terdeteksi. Maka penggunaan proyeksi AP dan lateral ini dianggap tepat dan cukup akurat dalam mendeteksi fraktur pada ankle. (Abouasally et al., 2022)

Penggunaan proyeksi ankle AP dan Lateral dapat digunakan untuk mendiagnosis berbagai jenis cedera pada ankle, termasuk fraktur, dislokasi, dan efusi sendi yang terkait dengan patologi sendi lainnya. (Bontrager, 2014)

Pemeriksaan Ankle dengan Proyeksi AP

Proyeksi ankle AP. Sumber, Bontrager 2014.
Proyeksi ankle AP. Sumber, Bontrager 2014.

Pada pemeriksaan ini, pasien diposisikan supine terhadap meja pemeriksaan. Sendi ankle sejajar dengan CR dan long-axis IR. Kaki dan ankle joint berada pada posisi true AP dan tidak terjadi rotasi. Garis intermalleolar hendaknya tidak sejajar dengan IR.

Faktor teknik pemeriksaan ini antara lain adalah, focus-film distance (FFD) 100 cm, menggunakan IR ukuran 24x30 cm, tidak menggunakan grid, kV 60-70, CR tegak lurus terhadap IR serta center point di antara dua malleolus. Kolimasi mencakup  1/3 bagian distal tibia dan fibula hingga proximal metatarsal. 

Citra pada ankle normal dengan proyeksi AP. Sumber, Bontrager 2014.
Citra pada ankle normal dengan proyeksi AP. Sumber, Bontrager 2014.

Hasil citra pada pemeriksaan ini memvisualisasikan  1/3 dari tibia dan fibula. lateral dan medial malleolus, talus dan proximal setengah metatarsal juga ditunjukkan. Tidak ada rotasi ditandai dengan sendi medial mortise terbuka dan lateral mortise tertutup. Distal fibula mengalami superimposed dengan distal tibia. Talus juga terlihat untuk menunjukkan margin kortikal dan trabekula tulang.

Pemeriksaan Ankle dengan Proyeksi Lateral

Proyeksi ankle Lateral. Sumber, Bontrager 2014.
Proyeksi ankle Lateral. Sumber, Bontrager 2014.

Pada pemeriksaan ini, pasien diposisikan untuk lateral recumbent, dengan sisi cedera menghadap ke bawah. Posisikan objek yang akan di foto dengan mensejajarkan ankle joint ke CR dan long axis IR.

Faktor teknis dari pemeriksaan ini, dengan menggunakan FFD 100, ukuran IR 24x30 cm dengan posisi memanjang, tidak menggunakan grid, Kv 50 dan mAs 5, serta CR tegak lurus terhadap IR, diarahkan ke medial malleolus. Kolimasi disarankan harus mencakup distal tibia dan fibula hingga daerah mid metatarsal.

Citra normal pada ankle dengan proyeksi lateral. Sumber, Bontrager 2014.
Citra normal pada ankle dengan proyeksi lateral. Sumber, Bontrager 2014.

Kriteria evaluasi nya, pada bagian anatomi harus mencakup Sepertiga distal tibia dan fibula dengan fibula distal yang superimpose oleh tibia distal. Talus, dan Calcaneus tampak pada profil lateral. Tuberositas metatarsal kelima, navicular, dan cuboid juga divisualisasikan. Kemudian pada Posisi objek, Tidak terdapat rotasi yang dibuktikan dengan fibula distal yang superimpose di atas bagian posterior tibia. Tidak ada motion blur yang dibuktikan dengan margin tulang yang tajam dan pola trabekular. Malleolus lateral harus terlihat melalui tibia dan talus distal, dan jaringan lunak harus diperlihatkan untuk evaluasi efusi sendi.

4. kesimpulan 

Kesimpulan Pemeriksaan Radiografi Pada Bagian Ankle adalah, bagian Ankle merupakan bagian tulang yang rawan terjadinya dislokasi dan juga fraktur, bagian pada ankle yang sangat sering terjadinya dislokasi dan juga fraktur adalah tibia dan talus. Apabila pada bagian Ankle terjadi dislokasi atau fraktur, langkah yang dilakukan oleh radiografer adalah melakukan foto atau ekspose dengan pemosisian anterior posterior dan juga lateral.

5. Referensi

Brockett, C. L., & Chapman, G. J. (2016). Biomechanics of the ankle. Orthopaedics and Trauma, 30(3), 232–238. doi: 10.1016/j.mporth.2016.04.015.

Peterson, Lars dan Per Renstrom. 2017. Sports Injuries: Prevention, Treatment and Rehabilitation (4th ed).

Bontrager, Lampignano, Kendrick. (2018). Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy Ninth Edition. St. Loius: Mosby Compan.

Sumartiningsih, S. (2012). Cedera Keseleo pada Pergelangan Kaki (Ankle Sprains). Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, 2(1).

Hossam H, Fraig S, Saleem D, Marsland D. Ankle fractures and their management. Surgery (Oxford). 2023. doi: 10.1016/j.mpsur.2023.02.005.

Esteban B, García CG, Xavier B, Castillo C, Viviana BF, Chiluisa AB, Patricio FZ, Antonio MML, de la Fuente EB, Ruth SMC. Fractures of the bones in the ankle joint. EPRA International Journal of Multidisciplinary Research. 2023. doi: 10.36713/epra12706. Bontrager KL, Lampignano JP, Kendrick LE. Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy. 8th ed. St. Louis, MO: Elsevier; 2014.

Stake, R. & Visse, M. in International Encyclopedia of Education: Fourth Edition 85–91 (Elsevier, 2022). doi:10.1016/B978-0-12-818630-5.11010-3

Flyvbjerg, B. Five misunderstandings about case-study research. Qualitative Inquiry 12, 219–245 (2006).

Whitley AS, Jefferson G, Holmes K, Sloane C, Anderson C, Hoadley G. Clark’s Positioning in Radiography 13E. 13th ed. CRC Press; 2015. DOI: 10.1201/b13534

Gustafsson, J. Single case studies vs. multiple case studies: A comparative study. Academy of Business, Engineering and Science Halmstad University, Sweden 1–15 (2017).

Hidayat, T. PEMBAHASAN STUDI KASUS SEBAGAI BAGIAN METODOLOGI PENELITIAN. Jurnal Study Kasus 32 (2017).

M., Abouassaly., Francesco, Camara, Blumetti., Luke, Gauthier., R, B, Willis., Ken, Kontio., Kerri, Highmore., Nishard, Abdeen., Amy, C, Plint., Sandy, Tse., Nick, Barrowman., Paul, Moroz. Are 2 Radiographic Views As Good as 3 Views to Diagnose Ankle Fractures in Children and Adolescents?. Pediatric Emergency Care, (2022). doi: 10.1097/PEC.0000000000002810

Putri AA, Nenomnanu R, Asiah SN. Pemeriksaan radiografi ankle joint pada kasus sprain di RSAU dr. M. Salamun Bandung. J Pendidik Tambusai. 2024;8(1):8820-8827.

Donken CCMA. Ankle fractures, clinical and experimental studies. Sl: sn; 2013.

Abidin YD, Wahyuni F. Teknik pemeriksaan ankle AP LAT weightbearing dengan klinis osteoarthritis di Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M. Munir. Health Care Media. 2023;7(2):106-111.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun