Mohon tunggu...
Rida Efriani
Rida Efriani Mohon Tunggu... -

Berusaha menjadi seorang jurnalis bukan wartawan apalagi wartawati.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjemput Korban Pasung di Desa Semabu Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten Tebo (1)

11 Agustus 2013   22:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:25 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Juara MTQ, Tidak Lepas Solat dan Mengaji

Rambutnya dipotong rapi. Mengenakan baju kaos dan celana training hitam pria bernama Hermin (26) ini tampak seperti manusia normal pada umumnya.

Sang Ibu, Asma (50) pada sore Rabu (4/7) tampak menyuapinya makan. Beberapa orang mengelilinginya. Di wajah Asma, tampak jelas ia masih enggan melepas buah hatinya tersebut. Namun ia harus ikhlas. Demi kebaikan, Hermin dijemput petugas Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Daerah Jambi untuk mendapatkan perawatan.

----

Saya bersama petugas RSJ sengaja mendatangi kediaman Asma di Desa Desa Semabu Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten Tebo. Desa ini letaknya tidak jauh dari Ibukota Kabupaten Tebo.

Menggunakan mobil dari komplek perkantoran Tebo, hanya butuh waktu 20-30 menit untuk sampai ke desa ini. Memang harus menyebrangi Sungai Batanghari. Tapi tidak lama. Hanya sekitar 5 menit. Dari pemberhentian rakit mesin, cukup berjalan kaki sekitar 100 meter untuk sampai di rumah Hermin.

Keluarga Hermin agak terkejut dengan kedatangan tim RSJ. Sebab melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Tebo, keluarga sudah memberi tahu tidak bisa melepas Hermin. Namun Asma mempersilakan tim melihat kondisi puteranya.

"Seperti itulah dia. Tidur begitu. Tidak bicara atau mengamuk," sebutnya menggunakan bahasa asli Semabu yang Saya terjemahkan sambil menunjuk Hermin dalam sebuah kamar yang berterali besi.

Hermin saat itu sedang tidur tengkurap tanpa pakaian. Kata Asma, ia tidak mau berbaju sejak mengalami gangguan jiwa. Asma sendiri terpaksa mengurungnya dalam kamar berukuran sekitar 3 x 3 meter itu karena Hermin pernah hampir mencelakakan diri dengan berenang di Sungai Batanghari.

Kondisi kamar Hermin sendiri sangat memprihatinkan. Tanpa lampu penerangan, beralasan terpal kapuk dan bau menyengat memenuhi seisi ruangan. Wajar saja Sebab kata Asma, Hermin tidak hanya tidur di kamar itu tapi juga buang air besar dan buang air kecil. Lampu sendiri sebenarnya ada, namun dipecahkan oleh Hermin.

"Dia waktu kelas 2 MAN mulai sakit. Sudah berobat tapi tidak sembuh. Kata dokter syarafnya ada yang kena karena jatuh. Kawannya sudah beristri semua," jelas Asma.

Dengan mata berkaca-kaca, Asma mengungkap bahwa Hermin adalah anak yang pintar. Ia bahkan juara umum di sekolahnya dulu. Soal mengaji dan solat tidak pernah ia tinggalkan. Bahkan tertidur di dalam mesjid menjadi rutinitas Hermin.

"Ia pintar mengaji. Ikut MTQ ke Jambi dapat juara 2. Entah karena kepikiran atau kenapa? Jadi begitu. Tapi dia memang pernah jatuh saat pulang ke Jambi itu. Kata dokter syarafnya rusak sedikit. 3 kali berobat tidak kunjung sembuh," ujarnya.

Asma pun pernah sekali membawa Hermin ke dukun. Namun hasilnya tidak juga menyenangkan. Diakui Asma ia tidak tega melihat kondisi sang buah hati. Namun ibu tiga anak ini mengaku tidak dapat berbuat banyak. Keadaan memaksanya mengurung anak yang diakuinya paling pintar itu di dalam kamar.

"Sudah 10 tahun mungkin lebih. Dia kalau lapar minta makan. Biasanya jam 5 subuh sama jam 4 sore. Dia panggil, mak mak begitu," katanya.

Ditegaskan Asma, ia bukan tidak mau anaknya sembuh. Namun ia khawatir anaknya lebih teraniaya jika dirawat orang lain. Diakuinya, anaknya memang sakit namun anaknya sudah tidak mengamuk lagi. Berbeda saat dulu, Hermin pernah meninju-ninju dinding.

"Dia tidur-tiduran saja. Saya tidak mau ia dibawa ke RSJ karena takut disakiti orang-orang di sana. Dia tidur itulah, takut diinjak orang di sana," ungkapnya.

Tidak hanya itu, Asma pun mengkhawatirkan Hermin bisa mengamuk jika keinginannya tidak mau dituruti. Seperti meminta berbagai jenis makanan, sate contohnya.

Namun pihak RSJ tidak tinggal diam. Pendekatan pesuasif dilakukan. Terbilang lama membujuk Asma mau melepas anaknya itu. Rombongan RSJ seperti dokter, perawat hingga security bergantian meyakinkan Asma. Hingga akhirnya musyawarah keluarga Asma mengizinkan Hermin dibawa ke RSJ namun dengan syarat, seorang anggota keluarga turun mengantarkannya.

Tidak mau kehilangan kesempatan, serah terima pasien pun segara dilakukan. Asma pun menandatangani beberapa berkas serah terima pasien. Tanpa membuang waktu pihak RSJ pun segera memandikan Hermin dan memotong rambutnya yang gondrong.

Untungnya Hermin tidak menolak, apalagi berontak. Ia diam saja saat dicukur dan dimandikan. Tidak lupa ia pun diberi suntikan dua kali.

Mirisnya Hermin bukan sendirian mengalami gangguan jiwa dirumahnya. Kakak laki-lakinya, Heru (30) juga mengalami hal sama. Bedanya, Heru mengalami tuna daksa.

"Sejak kecil dia tidak mau berpakaian. Tapi dia tidak mau mengganggu orang makanya dia dilepas berkeliaran keliling desa," kata Asma sambil menunjuk Heru yang berdiri tanpa secuilpun benang di dapur rumahnya.

Mengetahu hal ini, pihak RSJ tidak mau tinggal diam. Melalui Singgih Jarot Santoso selaku Kasi Pelayanan Jiwa, Umum, dan Narkoba, Heru dititipi beberapa obat untuk dikonsumsinya. Pihak RSJ meyakini, jika obat tersebut dikonsumsi dengan baik dalan satu atau dua minggu Heru sudah bisa dipakaikan pakaian.

Keluarga Asma sendiri bukanlah keluarga dibawah garis kemiskinan. Berada di RT 03 no 48, rumah Asma berbentuk panggung dari bahan kayu. Tidak mewah namun perabot dirumahnya terbilang lengkap.

Selain dilengkapi lemari pakaian besar diruang tengahnya, sebuah kulkas dua pintu pun bertengger di depan kamar tempat Hermin dikurung.

Adapun dirumah ini terdapat tiga kamar. Kamar-kamar ini dibangun bersebelahan. Kamar pertama, dari pintu masuk bertuliskan nama Hermin di atas pintunya. Kata Asma itu semula memang Kamar Hermin saat masih sehat. Adapun kamar yang ditempati Hermin saat ini adalah bekas kamarnya.

Meskipun suaminya sudah meninggal dunia, Asma bisa tetap melanjutkan hidup dengan kebun yang ia miliki. Soal pendidikan, keluarga Asma pun tidak terbelakang sebab seorang anaknya yang berprofesi sebagai guru juga tinggal di dalam rumah itu.

Hermin sendiri bukan dipasung dalam arti kata yang banyak dikenal masyarakat. Seperti dirantai kakinya. Ia hanya dikurung didalam kamar. Dalam dunia medis pasung tidak harus berbentuk tangan kaki yang terantai. Melainkan pembatasan seseorang dalam beraktivitas, menjauhkan dan mengucilkannya dari interaksi dengan masyarakat.

Adapun sekarang, Hermin sudah dibawa ke RSJ. Asma berharap sibungsunya itu bisa segera sembuh dan kembali kepangkuannya.

Selain Hermin, Saya dan rombongan juga menjemput korban pasung lainnya yakni Ibnu Hajar. Bagaimana kisahnya? Simak terus perjalanan Saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun