Mohon tunggu...
Rida Khamilawati
Rida Khamilawati Mohon Tunggu... Guru - Data

Staf Pengajar MTsN 2 Sukabumi,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Resiliensi Peserta Didik Saat Pandemi

1 Juni 2020   22:21 Diperbarui: 1 Juni 2020   22:18 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahap 4, yaitu Provide caring and support, tahap ini adalah tahap inti dari rangkaian tahap pengembangan resiliensi karena setiap aspek lingkungan kehidupan berperan aktif untuk memberikan perhatian dan motivasi pada peserta didik untuk membantu pengembangan resiliensinya.

Tahap 5, yaitu set and communicate high expectations, memberikan harapan yang tinggi pada peserta didik apabila dilakukan secara konsisten akan memudahkan siswa untuk mencapai keberhasilan akademis.

Membangkitkan motivasi intrinsic untuk belajar, menekankan tanggung jawab belajar pada siswa melalui partisipasi aktif dalam mengambil keputusan pembelajaran. Menciptakan ruang perlindungan, menggunakan pendekatan personal dalam mengajar dan menghindari perilaku pilih kasih (valuing diversity).

Tahap ini memberi edukasi untuk para pengajar agar melakukan pembelajaran dengan bijak dengan mempertimbangkan aspek lingkungan dan fasilitas siswa, tidak memaksakan satu kehendak hanya untuk memenuhi egois sendiri. Berlaku normative idealis menjadi jalan terbaik bagi para pengajar membantu siswa dalam perasaan merasa dilindungi.

Tahap 6, yaitu provide opportunities for meaningful participation,   memberikan tanggung jawab dan kesempatan untuk berpartisipasi aktif. Segala seuatu kegiatan pembelajaaran pada masa pandemic seperti sekarang, alangkah bijak bila guru mengikutsertakan suara para peserta didik tentang metode maupun langkah yang akan dilakukan untuk pembelajaran.

Selain melatih siswa untuk mampu menyesuaikan diri terselip juga membiasakan anak untuk lebih kritis dengan mempertimbangkah keabsahan dari setiap suaranya.

Penilaian secara kuantitatif bukan lagi patokan untuk menilai keberhasilan pembelajaran peserta didik pada situasi seperti ini, menjadikan diri seidealismungkin dengan landasan normatif dan realistis akan membuat keberhasilan pembelajaran lebih terarah dan tidak mengalami disfungsi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun