Mohon tunggu...
Rico Regariyanto Putra
Rico Regariyanto Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Jember

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Kegiatan Urbanisasi pada Kota Surabaya terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

1 November 2022   00:45 Diperbarui: 1 November 2022   00:56 1284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Peta perubahan tutupan lahan pada Kecamatan Waru dalam Beberapa Periode Sumber: Hasil Analisis 2022

Ketimpangan dari suatu daerah dengan daerah lain menjadi fenomena yang umum bagi negara berkembang. Ada beberapa faktor penyebab dari ketimpangan ekonomi pada suatu daerah antara lain. 

Perbedaan sumber daya alam. Keadaan dari suatu daerah akan dipengaruhi oleh beberapa kondisi alam yang ada. adanya potensi pada daerah tersebut umumnya berasal dari kondisi alam yang ada pada wilayah tersebut. 

Faktor kedua adalah perbedaan kondisi demografis, sebagai pemeran aktif pada suatu lingkungan yaitu manusia, maka penyebab berdasarkan kondi masyarakat secara struktur dan karakteristik akan mempengaruhi hal tersebut. Faktor ketiga kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa. 

Faktor keempat konsentasi kegiatan ekonomi wilayah. Wilayah dengan pertumbuhan ekonomi lebih cepat akan lebih maju dibandingkan wilayah dengan pertumbuhan ekonomi yang lambat. 

Faktor kelima yaitu alokasi dana pembangunan antarwilayah. Daerah dengan alokasi investasi swasta dan pemerintah yang lebih besarakan cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat (Sjafrizal, 2014). 

Dari faktor-faktor tersebut saling berkaitan antar satu sama lain seperti pada kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa dapat dipengaruhi oleh faktor alokasi dana pembangunan yang kurang. Dari ketimpangan ekonomi antar wilayah tersebut secara tidak langsung akan mendorong terjadinya migrasi atau urbanisasi penduduk. 

Terjadinya urbanisasi telah terjadi pada kota-kota besar salah satunya adalah Kota Surabaya. Kota Surabaya pada dasarnya menjadi pusat pemrintahan sekaligus pusat kegiatan ekonomi Jawa Timur. Sehingga perkembangan pada Kota Surabaya tumbuh dengan pesat. tidak dapat dipungkiri jika pertumbuhan penduduk dari tahun-ketahun akan bertambah. Hal ini akan menyebabkan ledakan penduduk yang berakibat pada kebutuhan permukiman dan perumahan.

Dengan lahan kota Surabaya yang tidak dapat bertambah maka dapat membuat pengunaan lahan yang secara maksimal. Dari hal itu akan menimbulkan kawasan permukiman yang padat dan dapat dipastikan akan menjadi kawasan yang kumuh. Beberapa permukiman pada kota Surabaya telah mengalami akan hal tersebut. 

Sehingga pada kota Surabaya termasuk dalam perkotaan metropolitan akibat dari ledakan penduduk yang terjadi. Dengan keterbatasan lahan dan semakin meningkatnya penduduk membuat Ketidak Mampuan kota Surabaya dalam menghadapi pertumbuhan penduduk maka membuat persebaran penduduk tumbuh di kota atau kabupaten yang ada disekitar Kota Surabaya. Dalam hal tersebut dapat disebut terjadinya migrasi penduduk. Kota atau kabupaten yang berbatasan langsung dengan kota Surabaya yaitu Kabupaten Gresik dan Kabupaten Sidoarjo. 

Dari kedua kabupaten tersebut tumbuh sebagai wilayah pri-urban. Seperti pada penelitian sebelumnya (Santoso,2016) yang mengungkapkan Ribbon development terjadi antara Kota Surabaya sebagai kota induk metropolitan ke perkotaan Sidoarjo dan Gresik dalam per- kembangan kategori ‘perkotaan” karena memiliki jarak dekat (kurang dari 30 Km), sedangkan dengan Kota Mojokerto yang relatif jauh (antara 30-60 Km) terjadi ribbon development dalam kategori ‘semi perko-taan’. Persebaran penduduk ke wilayah wilayah pri-urban terlihat pada pinggiran wilayah tersebut yang berbatasan langsung dengan Kota Surabaya. 

Perkembangan yang pesat Pada Kabupaten Sidoarjo akibat adanya ketidak mampuan kota Surabaya dalam menghadapi Urbanisasi. Salah satu bukti dari peristiwa tersebut pada Kabupaten Sidoarjo tepatnya pada perumahan dan permukiman yang baru banyak di temukan plat nomor kendaraan Surabaya. Dari hal ini menunjukkan adanya perpindahan masyarakat Surabaya ke Kabupaten Sidoarjo karena lahan yang minim dalam pengadaa permukiman pada Kota Surabaya. 

Sehingga masyarakat tersebut memiliki rumah di Sidoarjo dan melakukan pekerjaan di Kota Surabaya. Jika dilihat berdasarkan analisis Gravitasi yang ditujukan untuk mengukur interaksi atau daya tarik menunjukkan hubungan antara Kabupaten Sidoarjo dengan Kota Surabaya memiliki interaksi yang kuat disbanding dengan daerah di sekitar Surabaya lainnya (Lahuddin, 2020). Dari hal tersebut menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara sidoarjo dan Surabaya.

Wilayah peri urban Sidoarjo yang menunjukkan karakteristik kekotaan lebih besar yaitu zona bingkai kota adalah Kecamatan Taman, Waru, Gedangan, Sukodono, Krian, Sidoarjo, Candi, dan Porong. Hal ini ditunjukkan dari presentase penggunaan lahan maupun mata pencaharian non pertanian lebih besar dibandingkan pertanian, kepadatan bangunan tergolong tinggi, serta kepadatan penduduk dan laju pertumbuhan penduduk yang tergolong tinggi (Hapsari, 2018). 

Dari beberapa wilayah tersebut salah satu wilayah di yang berbatasan langsung dan berdampak dari segi ekonomi oleh Kota Surabaya adalah Kecxamatan Waru. Perkembangan Kecamatan Waru berdasarkan sejarah maupun struktur kota berkembang dengan pesat. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor industri yang berkembang. 

Adanya kawasan industri pada Kota Surabaya terletak di pinggiran kota Surabaya salah satunya Kecamatan Rungkut yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Waru. Pada Kecamatan Rungkut terdapat Kawasan Industri Rungkut (SIER) yang pada deliniasinya masuk Sebagian dari kecamatan Waru tepatnya pada desa Brebek. 

Dari hal tersebut Sebagian kawasan industri yang masuk dalam Kecamatan Waru disebut dengan Kawasn Industri Brebek. Mulai adanya industri tersebut menjadikan perkembangan industri semakin meningkat. Sejalan dari perkembangan industri maka lahan yang diperuntukkan sebagai permukiman juga akan meningkat.Adapun tutupan lahan dari beberapa periode dapat dilihat melalui gambar 1.

Perkembangan yang terjadi pada Kecamatan Waru hingga menyebabkan ketidak teraturan pada pola keruangan. Sehingga pada kecamatan tersebut memiliki karakteristik perkotaan. Hal ini diakibatkan adanya kegiatan masyarakat yang beragam dan tingkat kepadatan yang tinggi. Perkembangan urbanisasi pada kecamatan Waru memusat pada pusat kegiatan yang sedang berkembang. 

Hal ini sesuai dengan penelitihan sebelumnya yang mengatakan kawasan Gerbang Kerto Susila perkembangan urbanisasi cenderung memusat pada kegiatan yang telah berkembang seperti pada teori konsentrik dan konsentrik sektoral (Santoso,2016). Dalam proses keterbangunan atau perluasan area kekotaan yang ada pada kecamatan Waru cenderung munggunakan teori perembetan yang meloncat. 

Analisis pada teori ini didasari pada Kecamatan Waru terdapat dua titik perkembangan yaitu bagian barat karena adanya terminal yang besar yaitu terminal purwabaya dan jalan antar kota. Titik kedua terletak pada tengah wilayah Kecamatan Waru yang berakibat adanya kawasan industri Brebek. 

Selain dari kedua titik tersebut terdapat titik perkembangan baru yaitu wilayah bagian timur Kecamatan Waru hal ini dapat dilihat dari Gambar 1 terkait penggunaan lahan terbangun dari empat periode yang ada pada wilayah bagian timur. pada wilayah tersebut terdapat perubahan lahan sebagai lahan terbagun. Pada periode terbaru yaitu tahun 2022 perkembangan kawasan terbangun pada wilayah bagian timur masih jarang. 

Peristiwa tersebut timbul karena adanya perkembangan yang pesat pada kecamatan Rungkut bagian timur yang berakibat pada wilayah timur Kecamatan Waru. Pada teori perembetan yang meloncat dianggap paling merugikan dalam proses keterbangunan wilayah. Hal ini dikarenakan tidak efisien dalam arti ekonomi. Lahan terbangun akan terpencar dan tumbuh di tengah-tengah lahan pertanian sehingga menyulitkan pemerintah dalam membangun sarana dan prasarana yang ada.

Dari adanya dua pusat tersebut menyebutkan bahwasannya pertumbuhan penduduk pada suatu daerah akan mengumpul pada titik pusat perekonomian wilayah tersebut. Dapat dilihat pada daerah waru terdapat 2 pusat perekonomian wilayah. 

Pusat pertama burupa terminal terbesar di Surabaya Juga sebagai tempat berbagai macam manusia dan barang maupun jasa melakukan mobilitas. Keberadaan terminal tersebut sangat strategis karena sebagai pintu masuk ke Surabaya, selain itu juga pertemuan dari berbagai jalur yaitu dari Surabaya, Malang, Mojokerto. Selain itu keberadaan terminal tersebut dekat dengan bandara juanda. Dari kondisi tersebut membuat beberapa sektor ekonomi muncul pada wilayah tersebut seperti munculnya hotel maupun penginapan dan rumah-rumah makan. Pada pusat kedua yaitu terletak pada kawasan industri Brebek. Pada daerah ini merupakan pusat dari industri yang ada. 

Kawasan Industri Brebek memiliki luas 87 Ha, terbagi menjadi 129 lokasi, dan telah ditempati oleh 103 perusahaan, yakni 14 perusahaan PMA dan 89 perusahan PMDN. Dari hal tersebut memberikan banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Selain menyediakan lapangan kerja baru sebagai karyawan pada berbagai perusahaan yang ada, kegiatan ekonomi juga dapat hadir pada daerah sekitar kawasan industri. 

Kegiatan tersebut adalah adanya usaha penyewaan kos. Hal ini di karenakan banyak dari karyawan perusahaan bukan asli dari daerah sidoarjo. Selain itu kegiatan ekonomi juga dengan membuka toko atau rumah makan dekat dengan industri tersebut. Selain dari dua pusat perekonomian tersebut, diperkirakan akan muncul pusat baru pada timur Kecamatan Waru. Pada wilayah tersebut diperkirakan akan menjadi pusat perekonomian perikanan. Hal ini karena pada wilayah tersebut memiliki karakteristik wilayah pesisir dengan banyak tambak.

Dari uraian diatas menunjukkan bahwasannya pada perkembangan Kota Surabaya akan mempengaruhi dari wilayah yang ada disekitarnya. Pengaruh yang paling besar terdapat pada Kabupaten Sidoarjo sesuai dengan analisis Gravitasi. Salah satu wilayah yang terdampak adalah kecamatan waru karena berbatasan langsung dengan Kota Surabaya, selain secara Geografis juga terdapat pada pertumbuhan ekonomi. Adanya Pembangunan terminal Purwabaya di bagian barat dari wilayah dan adanya kawasan industri Rungkut SIER yang berdampak pada munculnya kawasan Industri Brebek milik Sidoarjo.  Dari dua pusat tersebut akan tumbuh perekonomian dan permuliman masyarakat di wilayah tersebut. Selain dari dua titik pertumbuhan ekonomi, dimasa kedepan diperkirakan akan muncul satu titik ekonomi di wilayah Waru Timur yang bergerak pada sektor perikanan. Dari hal tersebut menunjukkan perkembangan ekonomi dari suatu daerah akan berpengaruh terhadap perekonomian daerah di sekitarnya. Maka dari itu perlu adanya kerjasama dalam penentuan kebijakan ekonomi.

Sumber:

Hapsari, D. A, Aulia, U. B. 2018. Tipologi Wilayah Peri Urban Kabupaten Sidoarjo Berdasarkan Aspek Fisik, Sosial, dan Ekonomi. Jurnal Teknik ITS, 7(2).

Lahuddin. 2020. Analisis Penentuan Pusat-pusat Pertumbuhan Ekonomi Wilayah (Studi pada Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, dan Jombang). Buletin Ekonomika Pembangunan, 1(1). Hal 52-60

Santoso, E. B, Suntaso, K. E. 2016. Perkembangan Urbanisasi di Wilayah MetropolitanGerbang Kerto Susila (GKS). Temu Ilmiah IPLBI. C073- C078

Sjafrijal. 2014. Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: Rajawali Pres

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun