Mohon tunggu...
Rico Ricardo Lumban Gaol
Rico Ricardo Lumban Gaol Mohon Tunggu... Penulis - Energi terbarukan bukanlah energi alternatif, melainkan jawaban dari kerisauan kedepannya

SEO Expert bidang Energi Terbarukan 2022 Kegiatan sehari-hariku masuk keluar wilayah 3T mendampingi wilayah-wilayah yang belum tersentuh listrik PLN samasekali. Salam kenal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Jadi Peternak Orang Miskin!

1 Februari 2025   13:31 Diperbarui: 1 Februari 2025   13:31 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bapak-Ibu, jangan kuatir!" kata seorang pemuda yang tadi di depan bercerita, sontakku terbangun dari lamunan. "Justru dengan adanya pemilahan sampah dari sumbernya, pekerjaan Bapak akan semakin terjamin. Bapak-Ibu bisa menjadi mitra kerja di tempat pengolahan sampah yang sedang dibangun, bulan depan rampung. Bapak-Ibu akan mendapatkan pemasukan tetap dan fasilitas yang lebih baik, dan tunjangan Kesehatan yang lebih bermartabat."

"Bapak-Ibu akan menjadi gardah terdepan pada proses pengelolaan sampah. Yang biasanya Bapak-Ibu mengambil sampah di tumpukan yang bau dan tinggal di sana-berlama-lama, sungguh itu tidak layak, nanti Bapak-Ibu yang bagian mengambil sampah, langsung mengambil dari rumah warga dan mengangkutnya ke tempat pemrosesan. Pemerintah telah mengatur dalam regulasinya bahwa tidak akan ada lagi TPA salah kaprah alias Tempat Pembuangan Akhir, yang dibuang bukan hanya sampah, tidak sedikit ada yang membuang bayi, bahkan zin banyak yang terbuang di sana," tambahnya lagi sembari dipenuhi tawa warga.

"Kedepannya TPA akan Kembali pada fungsinya, yakni Tempat Pemrosesan Akhir. Sampah-sampah yang sudah dipilah dari sumbernya, akan diberikan insentif pada Masyarakat. Baik sampah yang bernilai maupun yang tidak bernilai semua ada insentifnya, selama pemilahannya sudah sesuai dengan standar pengelolaan yang kita arahkan. Insentif ini akan bisa menjadi kredit pengurangan tipping fee Masyarakat," jelasnya lagi.

"Sederhananya begini, saat ini mereka tidak melakukan pemilahan sampah. Mereka membayar setiap bulannya kepada pengangkut sampahnya, katakanlah 50 ribu sebulan. Dengan adanya pemilahan, katakanlah ada 3 jenis sampah terpilah, Organik, Botol/alumunium/besi/kaca, dan kategori Sisanya. Jika hasil dari pemilahan tersebut 5 ribu rupiah, maka Masyarakat cukup membayar 45 ribu rupiah bulan berikutnya. Menarik kan Bapak-Ibu?" Jelas pemuda itu.

"Dan untuk anak-anak, akan ada beasiswa mulai dari SD-S3 yang dapat dimanfaatkan. Selain itu akan ada tunjangan Kesehatan kepada setiap mitra, bila perlu kita buat jaminan pensiun. Wakil kita saja bisa dapat pensiunan seumur hidup walau hanya bekerja 5 tahun, apalagi Bapak-Ibu yang menjadi bagian terdepan dalam kesuksesan pengelolaan sampah nasional nantinya, karena Bapak-Ibu kami harapkan selain mengambil sampah dari warga tetapi juga terus bergerilia melakukan sosialisasi arti penting pemilahan dalam proses pengolahan sampah," tambahnya sembari menutup kegiatan tersebut.

Diam dan perlahan kulangkahkan kakiku menuju pemuda itu. Menatap pemuda itu dengan ragu. "Benarkah begitu?" tanyaku.

"Hai, saya Sukarno, salam kenal. Yang saya sampaikan adalah hal yang benar-benar bisa terjadi jika Bapak-Ibu semua bukan hanya sebagai penerima manfaat tetapi juga sebagai subjek. Sebagai subjek Bapak-Ibu harus aktif dan terlibat untuk menyukseskan program ini."

"Tentu saja. Bapak-Ibu punya pengalaman yang sangat berharga dalam memilah sampah. Keahlian Bapak-Ibu sangat dibutuhkan."

Ternyata benar ada beasiswa untuk pemulung sepertiku!

Setelah melalui pertimbangan yang cukup panjang, akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti program seleksi beasiswa yang diadakan oleh penyelenggara. Aku tak tahu siapa penyelenggaranya apakah pemerintah atau swasta, bisa kubilang aku juga ga peduli. Hanya saja guru-guruku pun mendorongku untuk turut mencoba. Bahkan mengantarkanku dan teman-temanku hingga ke kota dimana seleksi dilakukan. Tiga hari lamanya kami seleksi, aku sampai lupa apa saja yang diujikan selain Matematika, Bahasa, dan IPA

Dan 15 tahun lalu aku berhasil lulus dari salah satu perguruan ternama di Bandung bahkan Indonesia.

Selain itu, Aku juga mendengar diantara teman-temanku yang pemulung ternyata beberapa tahun lalu mendapat kesempatan untuk belajar tentang cara memilah sampah secara benar, mengolah sampah organik menjadi kompos, berkunjung ke wilayah pengelolaan sampah plastic, kertas, dan Perusahaan-perusahaan daur ulang, serta ke Perusahaan yang mengelolah limbah B3. Setelah lulus pelatihan, benar saja mereka dijadikan mitra di sebuah tempat pengolahan sampah. Selain gaji yang diterima mereka jauh lebih layak dari sebelumnya. Mereka juga mendapatkan fasilitas kesehatan dan jaminan sosial alias pensiun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun