"Kenapa Mam?"
"Itu Mam, ada kabar angin. Katanya pak Pakar dipindah jadi ke desa sebelah, betulkah itu Mam?"
****
(kring... kring... kring)
"Selamat pagi pak Recard, kabar baik dari dinas pendidikan kabupaten kita terkait Kepala SD yang di kampung itu sudah berhasil dimutasi menjadi kepala Sekolah kampung yang dekat kecamatan," suara dari telepon genggamku. "Terima kasih ya sudah membantu kami melaporkan tindakan-tindakan yang merugikan seperti itu," kata suara di telepon itu kembali.
"Oh gitu pak? Dimutasi saja? Terima kasih atas kerja kerasnya pak!" Tanpa panjang lebar kuakhiri perbincanganku dengan pak wakil bupati.
"Negara apa ini? Katanya negara hukum, tetapi kelakuan yang sudah merusak harkat dan martabat serta merusak masa depan anak-anak, hingga ke tunas bangsa di kampung ini hanya dimutasi? HANYA DIMUTASI? Sebegitu sulitnya kah mencopot status PNS di negara ini? Sebegitu sulitnya kah menghukum para PNS ini?" geramku dalam hati.
Seakan remuk tulang-tulangku, berita semacam itu lagi-lagi yang membuat darahku enggan mengalir. Huft. "Kau bisa bebas dari hukum manusia pak Pakar. Tetapi hukum dariNya menantimu."
****
"Mam-Nek, setidak-tidaknya kita sekarang sudah bisa berdiri di atas kaki sendiri. Nek semua sudah bisa mengelola pohon-pohon coklat di kebun menjadi aneka pangan coklat, tak lagi sekedar menjual buah kakao saja. Anak-anak muda sudah bisa mengoperasikan komputer dan menggunakan internet sebagaimana harusnya. Kalau ada hal-hal yang tidak diketahui, silahkan gunakan internetnya untuk bertanya dan mencari bantuan jalan keluarnya."
"Mam-Nek, anak-anak kita sudah bisa setidaknya menerima tamu dari luar negeri sekalipun. Mereka sudah mampu bercakap-cakap dalam bahasa asing walau hanya percakapan sehari-hari. Ini baru permulaan. Kantor-kantor sudah aktif dan hidup. Tidak lagi sekedar nama di atas kertas, tetapi ada manusia yang bergerak dan berkegiatan di dalamnya. Tak usah dipikirkan yang sudah berlalu, cukup dijadikan pelajaran untuk menyongsong masa depan yang menanti kita," Ucapku dalam kesempatan di Hari Perayaan Pesta Adat Tahunan.
The End
Cerita awalnya... (Di balik robot penghibur)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H