Hai kompasianer, saya sebagai bapak memilih memberikan ASI Eksklusif ketimbang Sufor kepada anak kami. Kenapa?
Saya tidak akan membahas apa itu ASI, apa itu ASI Eksklusif dan berapa lama sebaiknya memberikan ASI, apalagi perbedaan ASI dan ASI Eksklusif. Saya hanya akan berbagi pengalaman saja terkait perjuangan pemberian ASI eksklusif versi keluarga kami.
Tentu ada kelebihan dan kekurangan dari setiap pilihan yang kita ambil, selalu ada konsekuensi yang harus kita hadapi.
Berikut 3 kelebihan dan kekurangan pemberian ASI versi keluarga kami.
Kelebihan ASI Eksklusif
ASI menyediakan Komposisi (laktosa dan oligosakarida) dan daya serap Gizi yang pas untuk bayi
ASI mudah diberikan, tidak perlu mempersiapkan air panas dan lain-lain
ASI tiada habisnya dan tidak perlu dibayar :)
Kekurangan ASI Eksklusif
Si bunda tidak bisa leluasa meninggalkan bayi, terutama bunda karir (namun bisa disiasati dengan breast pumping)
Takut penampakan payudara bunda tidak kencang lagi (bisa disiasati dengan rutin olahraga)
Tantangan di keluarga yang tangannya gatal mau ngasih teh, singkong, dll :D (Disiasati dengan memberikan pemahaman atau pindah tempat tinggal, tidak serumah dengan orang tua-mertua)
Nah, kalau dilihat dari kelebihan dan kekurangan di atas sebenarnya dengan ASI Eksklusif lebih banyak manfaatnya ya. Karena kekurangannya justru dari lingkungan yang sebenarnya bisa disiasati semua bund.
Saya jadi ingat, lahiran anak pertama saya itu dengan proses CS (caesarean section). Begitu anak lahir, tidak ada sama sekali IMD (Inisiasi Menyusu Dini) dari dokter bedahnya. Cuma diletak sebentar dengan bundanya habis itu dibawa ke ruangan para bayi. Alhasil, anak saya jadi bingung puting bund. Bundanya jadi tertekan karena anaknya ga bisa menemukan putingnya. Hal ini terjadi selama 3 hari. Dan selama itu pula anaknya tidak mendapatkan asupan ASI sama sekali ke dalam tubuhnya, sudah pakai sendok dan juga pakai dot tapi anaknya ga mau juga. Akhirnya anaknya harus kembali lagi ke rumah sakit dikarenakan Bilirubin rendah.
Tantangan terbesar saat itu adalah orang tua, tangannya gatal pengen kasih ini itu, bibirnya tajam setajam silet. Tapi kami sadar itu semua pasti karena orang tua kita peduli dengan cucunya, jadi kami tidak ambil pusing karna ini bukan masanya mereka tetapi kami. Masanya kami sebagai orang tua memberikan yang terbaik buat anak versi kami yakni ASI Eksklusif.
Kami juga tidak mau mengambil resiko, kami menargetkan maksimal sebulan dengan kondisi seperti itu. Setelah itu kita akan berikan asupan gizi dari sufor atau bahkan makanan tambahan buat bayi.
Namun, kami terus mencoba mulai dari bundanya hanya tiduran sedang bayinya saya yang gendong sambil menyodorkan ASI langsung dari payudara bundanya. Gaya miring, gaya diri, dan berbagai gaya.Â
Bayangkan saja, saat bundanya hamil berat badan saya menyentuh 73 Kg, setelah lahiran BB saya jadi 61-62 Kg hanya dalam 3 minggu, Haha.
Sampai suatu malam, sekitar jam 2 malam, bundanya sudah pasrah, tapi saya minta kali terakhir supaya bundanya baring kemudian bayinya di sampingnya sambil mengarahkan payudaranya ke mulut si bayi.
Hasilnya menakjubkan. Sedotan pertama bayi kami yang sangat tidak terlupakan hingga saat ini.
Setelah anak kami mulai bisa mendapatkan ASI langsung dari payudara bundanya, hidup kami sedikit lebih terbantu. Tidur mulai nyenyak walaupun sesekali bangun kalau anaknya menangis, tetapi kali ini tangisannya bukan karena lapar melainkan karena basah, kencing atau pup. Dan kami tidak perlu mengeluarkan seribu rupiah pun untuk ASI.
Hal ini bertahan hingga usia 6 bulan tanpa tambahan sufor maupun makanan bayi. Usia 7-24 bulan anaknya masih tetap tidak kami berikan sufor, hanya makanan tambahan sesuai dengan tumbuh kembang si bayi. Mulai dari bubur halus, naik ke bubur kasar, sampai ke makanan seperti apa yang dimakan orang tuanya.
Tidak cukup sampai disitu, ternyata bundanya sulit melepas ASI dari anaknya, akhirnya baru bisa lepas di usia ke 3 tahun. Dan sampai saat itu ASI bundanya masih juga ada dan keluar selama bayinya menyedot. Di samping itu, ajaibnya sekalipun ASI sudah dilepas, tapi bayinya tidak begitu tertarik dengan sufor.
Kami pernah coba dan ganti-ganti merk, sempat betah dengan 1 merk yang harganya minta ampun. Bayinya mau bahkan minta nambah terkadang. Tapi ternyata tidak bertahan lama. Sekarang di usianya menuju 4 tahun, anak kami ikut susu yang diminum bapaknya, bahkan minum kopi juga haha (jangan ditiru, kami rasa ini tidak baik).
Kesimpulannya
Baik ASI maupun Sufor itu terletak pada pilihan bunda dan bapaknya ya. Namun untuk diketahui, ASI itu sudah dirancang sesuai kebutuhan anak selama 9 bulan di dalam rahim bundanya.
Sementara sufor itu formula umum yang mendekati formula ASI manusia. Tidak pernah bisa sama, karena ASI itu karya Maha Pencipta sedangkan Sufor itu karya mesin buatan manusia sekalipun sekarang sudah banyak metode dari produk sufor mendekati kebutuhan bayi, hanya saja harganya sangat tinggi terutama jika dibandingkan dengan saya yang pendapatannya setara UMR.
Sekali lagi, saya tidak menyalahkan bunda yang memilih memberikan sufor dibanding ASI Eksklusif, tetapi bunda dan bapak bisa menjadikan tulisan saya ini sebagai pertimbangan kedepannya.
Terima kasih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI