Mohon tunggu...
Muhammad Ricko Aji Saputro
Muhammad Ricko Aji Saputro Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

216. Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Bunyi dan Makna pada Tiga Puisi Pilihan dalam "Inspirasi Tanpa Api" Karya Tri Budhi Sastrio

25 Juli 2022   19:01 Diperbarui: 25 Juli 2022   19:09 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN

Sastra berasal dari bahasa sanskerta yaitu kata "Shastra" yang merupakan kata serapan dari bahasa sansekerta, memiliki makna "teks yang mengandung intruksi atau pedoman" dari kata "sas"yang memiliki makna intruksi atau ajaran. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasanya digunakan untuk mengacu kepada kesusastraan atau sesuatu tulisan yang memiliki arti, makna dan juga sesuatu yng memiliki suatu keindahan tertentu. Karya sastra adalah ungkapan perasaan manusia yang bersifat pribadi yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam bentuk gambaran kehidupan yang dapat membangkitkn pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sumardjo dalam bukunya mengatakan bahwa karya sastra adalah sebuh usaha merekam isi jiwa sastrawanya, rekaman ini menggunakan alat bahasa. Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain.

Karya sastra dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu karya sastra imajinatif dan karya sastra nonimajinatif. Sastra imajinatif adalah sastra yang berupaya untuk menerangkan, menjelaskan, memahami, membuka pandangan baru, dan memberikan makna realitas kehidupan agar manusia lebih mengerti dan bersikap yang semestinya terhadap realitas kehidupan. Dengan kata lain, sastra imajinatif berupaya menyempurnakan realitas kehidupan walaupun sebenarnya fakta atau realitas kehidupan sehari-hari tidak begitu penting dalam sastra imajinatif. Sastra imajinatif memiliki ciri-ciri yaitu, bersifat khayalan, menggunakan bahasa konotatif dan memenuhi syarat estetika seni. Sedangkan ciri karya sastra nonimajinatif adalah karya sastra tersebut lebih banyak unsur faktualnya daripada khayalannya cenderung menggunakan bahasa denotatif dan tetap memenuhi syarat syarat estetika seni. Pada penelitian ini penulis ingin membahas golongan karya sastra imajinatif. Peneliti memilih untuk membahas salah satu jenis karya sastra yakni puisi.

Puisi termasuk salah satu bentuk karya sastra yang banyak disukai karena disajikan dalam bahasa yang indah dan sifatnya yang imajinatif. Bahkan puisi juga dianggap sebagai rangkaian kata-kata yang menggambarkan perasaan penulisnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Puisi juga diartikan sebagai gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat.

Dalam menghasilkan sebuah puisi, tidak sedikit seorang penulis menghasilkan sebuah puisi yang mengandung makna tersirat atau makna yang tidak dituliskan secara nyata atau secara gamblang melalui kata-kata yang tertulis dalam puisi tersebut. Beberapa puisi bahkan membuat beberapa pembaca tertarik untuk mengetahui makna sebanarnya atau pesan apa yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca melalui puisinya. Karya sastra puisi memang merupakan karya sastra yang mengindahkan makna melalui bahasa. Bahasa-bahasa yang terkandung dalam puisi tidak sedikit menggunakan bahasa-bahasa kias atau bahasa pengibaratan. Hal ini, tentu membuat beberapa pembaca untuk berpikir keras dalam memahami maksud yang disampaikan oleh penulis melalui bahasa-bahasa kias yang digunakannya.

Dalam puisi kita mengenal yang namanya bunyi. Bunyi dalam puisi adalah hal yang penting untuk menggambarkan suasana dalam puisi. Oleh karena itu pembaca puisi harus benar-benar memperhatikan pengucapan kata demi kata dalam puisi. Namun ada kalanya pembaca puisi kurang memperhatikan dalam pengucapan karya puisi sehingga pendenggar tidak ikut merasakan suasana puisi tersebut. Bunyi juga merupakan salah satu unsur penting dalam puisi, selain bersifat estetik, menambah keindahan. Bunyi juga mampu memberi kekuatan ekspresif. Bunyi-bunyi tertentu dalam puisi mampu membantu pembaca menemukan suasana yang disajikan penyairnya. Bunyi-bunyi merdu (efoni) dan bunyi-bunyi tidak merdu (kakafoni) adalah hal yang akan selalu ditemui dalam puisi. Gaya bunyi berupa gaya ulangan bunyi: asonasi, aliterasi, persajakan: sajak awal, sajak akhir, sajak dalam, dan sajak tengah. Kombinasi pola-pola bunyi itu membuat sajak menjadi merdu. Kombinasi bunyi yang merdu itu menimbulkan bunyi musik yang merdu dalam karya sastra, puisi pada khususnya.

Dalam ilmu bahasa, kita mengenal ilmu yang mengkaji makna Bahasa yaitu salah satunya makna denotasi dan konotasi. Makna konotasi dan denotasi biasa digunakan dalam ilmu bahasa. Konotasi adalah sebuah kata yang mengandung makna kias atau bukan kata sebenarnya, sedangkan denotasi merupakan sebuah kata yang memiliki arti yang sebenarnya dan apa adanya seperti yang sehari-hari kita gunakan. Makna denotasi sangat mudah ditemukan pada sebuah tulisan, karena merupakan kata yang sebenarnya tertulis pada kalimat. Sementara itu, makna konotasi digunakan untuk memperindah suatu kalimat ungkapan pada sebuah kata. Hal ini biasanya ditemukan pada karya sastra seperti pantun, puisi, cerpen, dan lain-lain.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti sebuah puisi dalam kajian bunyi dan maknanya karya Tri Budhi Sastrio yang berjudul Jejak Langkah Sang Pangabdi, Mengampuni itu Indah dan Mudah, dan Kisa Gotami Mencari Biji Sesawi. Dalam mengkaji puisi tersebut, peneliti fokus pada bunyi dan makna dalam puisi yang sudah ditentukan tersebut. Permasalahan pertama adalah menganalisis puisi dalam kajian bunyi, lalu permasalahan kedua peneliti menganalisis dari segi ilmu bahasa yakni teori semiotika dalam pertandaan yaitu denotasi dan konotasi.

KAJIAN TEORI

Secara etimologis, puisi berasal dari kata poites (bahasa Yunani), yang artinya membangun, pembuat, atau pembentuk. Sementara itu, dalam bahasa latin istilah ini muncul dari kata poeta, yang bermakna membangun, menimbulkan, menyebabkan, dan menyair. Selanjutnya, kata tersebut mengalami penyempitan makna menjadi hasil karya seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat, prinsip atau aturan tertentu dengan menggunakan rima, irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan.

Puisi adalah salah satu karya sastra yang berbentuk pendek, singkat dan padat yang dituangkan dari isi hati, pikiran dan perasaan penyair, dengan segala kemampuan bahasa yang pekat, kreatif, imajinatif (Suroto, 2001:40). Bersifat imajinatif menjadi ciri khas yang kuat karena susunan kata-katanya. Menurut Waluyo (dalam Dani, 2013:9) puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi rima dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Sedangkan menurut Dunton (dalam Pradopo, 2009:6) bahwa puisi merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Puisi sebagai karya sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspek, misalnya struktur dan unsur-unsurnya, bahwa puisi merupakan struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa puisi adalah rangkaian hasil pikiran dan perasaan seseorang yang dituangkan ke dalam bahasa yang indah dan terstruktur. Puisi terdiri dari unsur-unsur seperti imajinasi, pemilihan kata, pemikiran, nada dan rasa. Dalam penelitian ini ada tiga puisi yang ingin dianalisis yakni berjudul "Jejak Langkah Sang Pangabdi, Mengampuni itu Indah dan Mudah, dan Kisa Gotami Mencari Biji Sesawi" karya Tri Budhi Sastrio. Ketiga puisi tersebut ada dalam buku kumpulan puisi karya beliau dengan judul buku "Inspirasi Tanpa Api" yang pertama kali cetak pada Agustus tahun 2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun