Hari ini Pengadilan Negeri Jakarta Pusat kembali mengelar perkara pidana kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin dengan terdakwa tunggal Jessica Kumala Wongso. Pada persidangan hari ini Jaksa Penuntut Umum menghadirkan Roni Nitibaskara (Guru Besar Kriminologi) dan Sarlito Wirawan (Guru Besar Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia). Dalam analisa ini saya hanya akan menganalisa analisa ahli yang penuh dengan kebohongan-kebohongan;
CCTV 7
Pada pukul 16:22:59 WIB, Jessica duduk di paling ujung, setelah mengambil sesuatu dari dalam tas, menengok ke belakang sesaat, lalu ia langsung pindah tempat duduk ke tempat/dekat tempat dimana  Mirna nanti duduk (16:23:38) dan memperbaiki posisi duduknya beberapa kali setelah itu bergeser dan mengibaskan rambut dengan kedua tangannya (16:23:43).
Analisa Kriminolog , Roni Nitibaskara;
Mengibaskan rambut adalah sinyal menenangkan/menyamankan diri sendiri ketika berada dalam dalam situasi dan kondisi yang tegang, situasi dan kondisi yang dianggap membuatnya tidak nyaman, gelisah, cemas. Ketika seseorang berada dalam kondisi di atas, ia akan menyentuh bagian tubuh dirinya.
Menarik sekali jika menyimak keterangan yang disampaikan ahli. Ahli memilih kalimat ‘’Mengibaskan rambut adalah sinyal menenangkan/mengamankan diri sendiri ketika berada  dalam situasi dan kondisi yang tegang’’. Nah sekarang kita berbicara tentang fakta yang ada di masyarakat.
Seringkali kita lihat ada wanita-wanita yang mengibas-ngibas rambutnya dimana saja itu tanpa memperdulikan tempat. Seringkali kita bisa lihat di tempat umum, jalan dan sebagainya. Nah jika ahli dalam analisanya menganggap bahwa mengibas-ngibas rambut yang dilakukan Jessica adalah sinyal untuk menenangkan/menyamankan diri ketika dalam siatusi atau kondisi yang tegang. Maka pertanyaan yang harusnya dicecar habis-habisan oleh Otto Hasibuan adalah:
- Apakah wanita yang mengibas-ngibas rambutnya langsung dapat dipastikan berada atau sedang dalam kondisi yang menegangkan, cemas, tidak nyaman dan gelisah?
- Bagaimana sebenarnya korelasi antara kondisi yang menegangkan dengan  gerakan tangan mengiba-ngibas  rambut (yang dianggap untuk menenangkan atau menyamankan diri dari situasi yang menegangkan tersebut) dengan situasi tegang?
- Dimana korelasi antara orang yang sedang atau dalam kondisi/situasi yang mengundang kecemasan dengan mengibas-ngibas rambut?
- Apa hubungan antara tidak nyaman dan gelisah dengan gerakan mengibas-ngibas rambut?
- Karena bisa saja wanita yang mengibas-ngibas rambutnya karena ingin mengikat rambutnya dengan jepit rambut (pengikat rambut), bisa pula karena ingin merapikan rambut karena rambutnya yang berantakan akibat rambutnya yang panjang atau tidak rapi. Karena jika orang yang sedang dalam situasi atau kondisi cemas , tidak mungkin orang tersebut mengibas-ngibas rambutnya agar terlihat tidak cemas. Kurang logis jika mengibas-ngibas rambut  menjadi alasan untuk menyamankan diri. Untuk memastikan orang itu cemas atau tidak , maka yang dilihat bukan gerakan tangan mengibas-ngibas rambut tetapi bisa dilihat dari mimik wajah orang yang bersangkutan/ekspresi wajahnya.
Analisa Kriminolog,Roni Nitibaskara:
Orang dengan wajah asimnetris mudah berubah suasana hatinya tergantung mood. Hal tersebut dapat terjadi secara singkat atau lama. Orang dengan tipe wajah ini memiliki minat dan melakukan banyak hal serta dapat mencapai kesuksesan dalam karier.
Dari tipe wajahnya ia termasuk tipe kurang percaya diri dan membangun harga dirinya dengan pengetahuan, cenderung belajar kembali sebelum melakukan hal baru.
Jika begitu analisa ahli, maka pertanyaannya adalah; Bagaimana hubungan antara tipe wajah seseorang dengan pengetahuan seseorang?
Analisa ahli sungguh NGACO jika menghubungkan tipe wajah dengan pengetahuan karena tidak logis menghubungkan keduannya. Karena sesungguhnya setiap orang/orang pasti membutuhkan yang namanya pengetahuan karena pengetahuanyang merupakan bagian dari ilmu tersebut yang dapat menunjang kehidupan dan masa depan seseorang, terlebih lagi Jessica adalah anak seorang pengusaha dan Jessica secara keuangan mampu untuk terus mengejar pengetahuan-pengetahuanyang merupakan bagian dari ilmu untuk membangun harga dirinya, dan itu adalah hal yang sangat wajar dan logis. Tidak masuk diakal dan tidak logis dan NGACO jika ahli menghubung-hubungkan antara tipe wajah dengan pengetahuan. Karena pengetahuan adalah kebutuhan dasar setiap orang dan itu logis.
Analisa Kriminolog, Roni Nitibaskara:
Dari hidung yang bersangkutan, dirinya sangat ketat dengan keuangan alias hemat. Uang yang keluar dari kantongnya harus diperhitungkan dengan matang , kalau tidak perlu batal.
Analisa ahli sungguh berbeda hingga 180 derajat karena yang terjadi justru Jessica yang mentraktir minuman teman-temannya untuk minum-minum (VIC dan Cotail) karena Jessica sudah lama dan kangen dengan teman-temannya yang berada di Indonesia (Mirna, Hani) sekaligus reunian mereka. Sehingga hematnya dimana? Jika dalam analisa ahli sepert itu, maka pertanyaannya adalah; Mentraktir teman adalah berpoya-poya terlebih lagi ini minuman yang harganya bukan harga kelas bawah, sehingga kalau Jessica bertiep hemat, mengapa mentraktir temannya dengan minuman VIC dan Coctail yang harganya mahal? Ini bukan hemat tapi boros, sehingga analisa ahli yang NGACO terbantahkan sudah!
Analisa Kriminolog, Roni Nitibaskara:
Dagu yang bersangkutan menujukan sifat keras kepala, tidak suka ditekan, lebih banyak menekan kemarahan sehingga tidak menutup kemungkinan menjadi pendendam. Dan Jessica memiliki sifat pendendam
Lagi-lagi analisa ahli ini terkesan NGACO DAN ASAL JADI. Ahli dengan gampangnya menyebut bahwa Jessica adalah seorang yang pendendam, pertanyaannya adalah: Bagaimana metode untuk menilai bahwa seseorang itu adalah orang yang memiliki sifat yang pendendam?
Ini penting karena terkadang kita hanya bisa mengatakan bahwa ‘’tu orang dendam sama gue, sampe sekarang pun masih dendam dia, gara-gara itu mungkin dia jadi pendendam’’. Contoh tersebut menujukan bahwa tidak ada alat ukur yang jelas soal bagaimana untuk menilai bahwa seseorang itu pendendam atau tidak. Lalu ahli ini dengan gampangnya menilai Jessica pendendam tanpa ada alat ukur yang jelas.
Termasuk pula soal penilaian terhadap sifat kepribadian seseorang yang dinilai ahli , Jessica keras kepala. Keras kepala memiliki beberapa ciri. Pertanyaannya adalah bisa menyimpulkan bahwa itu ciri dari keras kepala, metode apa yang digunakan ahli sehingga kesimpulannya oh ini Jessica memiliki sifat keras kepala?
Keterangan Sarlito Wirawan;
Memilih meja nomor 54.
Ahli langsung menyimpulkan bahwa Jessica yang memilih meja nomor 54. Ini tidak benar dan NGACO. Karena dalam fakta di persidangan , Cindy, resepsionis Olivier Cafe saat bersaksi menyebut bahwa saat itu satu-satunya meja yang tersisa dan berada di area no smoking adalah meja nomor 54. Itu artinya bukan Jessica yang memilih meja tetapi diarahkan oleh Cindy. Karena sebelumnya Jessica dibawa ke meja nomor 53 dan 55 tetapi sudah ada tamunya sehingga tidak ada pilihan lain kecuali meja nomor 54.Â
Nah tadi Tim Kuasa Hukum Jessica (Perempuan yang sebelah Yudi Wibowo Sukinto) berusaha mengcler-kan hal tersebut tapi sayangnya tidak tepat karena yang dikutip justru setengah-setengah, yakni Cindy yang mengarahkan Jessica ke area itu. Area mana? Kan tidak jelas, sehingga tidak clear, dan itu sangat disayangkan, padahal ini kesempatan membuktikan bahwa Jessica tidak pernah memilih meja nomor 54! Harusnya dijelaskan kepada ahli (analisnya di atas baris terakhir).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H